bab 14

6.4K 453 8
                                    

''Bia apa kau tidak apa apa? Apa ada yg terluka hmm? Atau ada yg sakiy'' tanya evan beruntun sembari menggoyangkan tubuh gadis itu ke kanan dan kekiri untuk memastikan apakah sang empu baik baik saja.

''Saya tidak apa apa yg mulia. Tapi, lihatlah gadis itu. Sepertinya dia sangat terluka hingga benangis begitu pilu, padahal aku tak menyentuhnya barang sehelai benang pun'' ucap bianca datar namun di setiap kata katanya terdapat sindiran pada dua orang itu.

Evan hanya mendengus malas, menatap mira dengan tatapan tajqm tak minat. Memang gadis sial, karena dia aku jadi di cuekin bia ahir ahir ini'' batin evan

''Kenapa kau begitu ketus padaku bia? Padahal aku sedang menghawatirkan mu loh'' dengus evan dengan wajah cemberutnya

''Cih, dasar menjijikkan'' cibir arkan mewakili ketiga orang lainnya yg juga merasa jijik melihat tingkah evan. Dia itu seorang putra mahkota loh, tingkahnya sangat tidak dengan jabatannya itu

Bahkan mira juga tertegun di buatnya. ''Apa ini? Seharusnya tidak seperti ini yg terjadi'' batin mira bertanya tanya

''Diam kalian!'' dingin evan menatap tajam keempat laki laki remaja itu

''Bia~ kamu itu salah paham sama aku. Aku gak dekat dengan gadis gila ini'' evan menunjuk mira sambil menatapnya jijik

''Dia nya aja yg nempelin aku terus.'' lanjutnya dengan wajah memelas minta di kasihani

Menghiraukan rengekan evan. Bianca keluar dari kantin itu dengan rautnya yg masih setia datar, tak tinggal diam evan langsung mengekori bianca agar gadis itu meu memaafkannya dan tidak mendiaminya lagi.

''Apa ini? Apa aku baru saja melihat yg mulia evan merengek?''

''Ku pikir aku sedang berhalusinasi. Ternyata kau juga melihannya kan?''

''Aku pasti sedang bermimpi saat ini''

''Apa aku salah melihat. Putra mahkota bahkan sangat manis pada nona bianca!''

''Ya, padahal selama ini aku hanya melihat raut dingin di wajah yg mulia putra mahkota evan''

''Hmm!hmm! Rumor memang tak bisa di percaya''

Komentar para murid merasa tak nyata dengan apa yg baru mereka saksikan.

''Apa ini? Kenapa bisa jadi seperti ini? Seharusnya bukan ini yg terjadi. Ini sunggu sangat berbeda dengan yg di tulis di dalam buku. Apa jangan jangan....'' batin mira heran ia juga masih mencerna apa yg baru saja ia saksikan

.............

''Al, apa yg aku pikirkan ini benar?'' ucap aurora menatap al dengan tatapan meminta kepastian

''Benar master, entah bagaiman fl nya juga masuk ke dalam novel ini. Lebih tepatnya dia bertransmigrasi ke tubuh mira, sang fl'' ucap al dengan nada ragu ragu

''Maksudmu ia sama seperti aku?'' tanya aurora lagi

''Iya master, tapi bedanya dia tak punya sistem seperti master'' jelas al menatap aurora ragu

''Oh'' tanggap aurora cuek

''Kenapa master terlihat sangat biasa?'' tanya al heran. Padahal ia sudah sangat was was dari tadi

''Lalu? Kau ingin aku apa lagi'' aurora menatap al malas dan cuek melanjutkan acara nontonnya

''Ha~ seharusnya aku sudah tau bagaimana kepribadian master'' al menghela nafas lelah

''Hufth....apa master tidak merasa takut? Apalagi fl nya pasti tau dengan alur novelnya'' tanya al mencoba sabar

''Buat apa? Lagian itu bukan urusan gue. Toh novelnya juga udah kacau'' acuh aurora menatap ke arah depan dengan raut malas tak minatnya

''Apa master gak takut kalo nanti flnya.....'' ucapan al langsung di potong oleh aurora

''Buat apa takut? Lagian gue di sini tu cuma penonton dan gak punya niat mau ikut campur sama isi tu novel'' aurora seketika hilang dari sana setelah mengatakan kalimat terahirnya itu. Malas dia di dalam kantin kalo tontonannya sudah selesai

The aurora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang