6

25K 1.4K 36
                                    

Menara sihir di ujung akademi punya pemandangan indah. Di sini juga sepi karena beberapa murid malas menaiki tangga yang berputar-putar. Selain itu, rumor mengatakan bahwa tempat ini penuh dengan hantu.

Zayyan tertawa mengejek. "Akulah hantunya, lihat bagaimana aku merasuki tubuh seseorang."

Kenyataan bahwa ia mati dan masuk ke dunia novel masih menjadi sesuatu yang sulit ia terima. Bahkan yang paling Zayyan tidak terima adalah mengapa ia tidak mengetahui alur cerita itu? Genre apa itu?

Zayyan masih terkejut setengah mati mendengar pengakuan Sing, lelaki itu menyukainya.

Zayyan merasa tidak adil, hidupnya yang dulu hanya diisi dengan kesibukan, membuat ia lupa dengan dunia percintaan. Setelah ia mati, bukannya seorang wanita yang menyukainya tetapi lelaki!

Burung-burung terbang panik mendengar teriakan Zayyan, lelaki itu menunjuk-nunjuk langit tidak terima.

"Sing memang tampan, tapi aku ini lelaki." Zayyan menarik poninya hingga kusut. "ya, walaupun ciumannya sangat baik." Detik kemudian ia menampar wajahnya sendiri.

Zayyan tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang tersipu ketika mengingat dirinya yang pernah dipuaskan oleh Sing.

"Zena akan menertawakanku hingga 7 turunan jika ia mengetahui hal itu." Zayyan tersenyum sendu mengingat Adiknya. Ia sangat rindu.

"Kuharap Zena bahagia di sana."

"Siapa Zena?"

Zayyan hampir tersandung kakinya sendiri karena terkejut. Leo menahan bahu Zayyan dengan sigap.

"Lepaskan!" Zayyan menarik diri menjauh.

Leo menelisik penampilan Zayyan yang berantakan, terutama rambutnya.

"Kau bolos?"

"Bukan urusanmu!"

Leo terkekeh, ia menumpu sikunya di sisi pagar pembatas menara, melihat pemandangan baru untuknya. Ya, ini pertama kalinya Leo ke sini.

"Kenapa kau ke sini?"

Leo melirik sekilas. "Ini tempatku membolos, aku yang harusnya bertanya mengapa kau di sini." Bohong, Leo tiba di menara setelah berputar-putar mencari Jayan ke seluruh akademi.

Zayyan berkedip, mengusap tengkuknya. "Ah, begitu. Baiklah." Zayyan ingin berlalu dari sana, namun Leo segera mencekal lengan itu.

"Jayan, ayo kita berteman."

Entahlah, Zayyan seperti dejavu. "Kenapa? Apa kau butuh bantuan lagi?"

Leo diam, merasakan energi Jayan yang memang benar cahaya putih.

"Tidak, kulihat kau berteman dengan Sing. Aku juga mau berteman denganmu."

Zayyan hampir tersedak salivanya sendiri. Kalau dipikir-pikir kedua tokoh cerita itu seperti menempel dengan dirinya, bukan Cassie.

"Terserah saja," jawab Zayyan acuh.

Leo tersenyum hingga deretan giginya terlihat. "Baiklah, sekarang sudah jam makan siang, ayo!" Ia menarik Jayan untuk turun.

"Hei, lepaskan!"

"Teman harus makan siang bersama."

Zayyan mengernyit, apa yang dibicarakan lelaki ini? Leo bahkan dengan erat menautkan jemari mereka, juga dengan hati-hati menuntunnya menuruni anak tangga.

Zayyan pasrah saja, dia memang lapar.

Mereka sudah dekat dengan tujuan beberapa langkah lagi, namun tubuh Zayyan tertarik ke belakang.

Jayan or Zayyan✔️Where stories live. Discover now