11

12.8K 1K 45
                                    

Karena aku lama ga up, jadi ini double up yaa!
Happy reading!🙌🏻

.
.
.
.
.

Leo menatap tetesan air bersih yang menghapus noda darah di pedangnya. Tangannya dengan lembut mengusap jejak merah itu hingga bau amisnya perlahan hilang.

Air itu dengan bebasnya mengalir hingga ke siku, membuat pakaiannya basah. Leo melepas bajunya memperlihatkan banyaknya bekas luka di sekujur tubuh.

Mengingat Sing merangkul pinggang ramping Jayan tadi membuat dadanya panas. Entah sejak kapan Leo mulai menaruh ketertarikan berlebih kepada Jayan.

Ketertarikan yang awalnya bermula dari rasa penasaran, berubah menjadi perasaan yang Leo sadari sudah menyimpang.

Perasaannya kepada Jayan lebih kuat daripada yang ia rasakan ketika dengan Cassie. Apa karena lelaki itu punya kekuatan yang lebih besar daripada Cassie?

Tidak. Jantungnya berdebar lebih cepat ketika menatap mata emerald hijau itu. Jauh berbeda ketika ia melihat mata Cassie. Leo semata-mata hanya ingin memanfaatkan kekuatannya.

Leo merasakan sesak di dadanya, rasa haus terkutuk itu sangat menyiksa.

Terlahir dengan kutukan darah monster, ditambah dengan lahir di keluarga terkejam di Kekaisaran. Begitulah sebutan orang-orang.

Tidak berhenti di situ saja penderitaan Leo. Walaupun Ibunya seorang Duchess, ia masih saja harus menelan kepahitan karena terlahir sebagai anak kedua Duke Richard.

Seharusnya, anak pelayan itu tidak punya kekuatan sama sekali agar ia bisa menjadi penerus dengan mudah. Tetapi, Sing malah lebih kuat darinya, hingga menarik perhatian Duke.

Leo menajamkan pendengaran, langkah kaki di atas dedaunan kering berjalan mendekat padanya.

Sing tersenyum miring melihat Leo yang berbalik dan melesatkan belati ke arahnya. Ia melirik belati itu tertancap sempurna di pohon.

"Kau meleset." Sing berjalan mendekat dengan angkuh, "kau memang selalu meleset, Leo. Bahkan takdirmu sendiri juga begitu."

Rahang Leo mengeras. Sing sepertinya datang hanya untuk memprovokasinya. "Anak pelayan seperti kau membicarakan takdir?"

"Anak pelayan ini bisa membunuhmu sekarang." Sing menjilat bibir bawahnya. "lain kali, bukan pembunuh bayaran yang akan datang menemuimu, tetapi anak pelayan ini."

Leo mencengkram kuat leher Sing. Tetapi lelaki itu masih saja menunjukkan senyuman yang semakin membuat Leo ingin membunuhnya.

"Kau sangat tidak sopan dengan Kakakmu, ya?"

Leo merasa tangannya panas ketika lelaki itu menyentuhnya. Ia berlutut di depan Sing, matanya melihat bagaimana lelaki itu membuat luka bakar di lengannya.

Sing menunduk, melihat bagaimana wajah Adiknya memerah menahan sakit. "Ilmu pedangmu bahkan masih kurang untuk membunuhku. Tapi kau ini sombong sekali, ya?" Sing menendang lelaki itu hingga jatuh terlentang.

"Kau itu dilahirkan hanya untuk dapat sisanya. Dengan kekuatanmu itu, kau ingin menjadi penerus?" Sing terkekeh.

"Perempuan lemah itu tidak akan sempurna memurnikanmu."

"Siapa bilang aku menginginkan Cassie?" Leo tersenyum miring.

Mata Sing menggelap. Ia menginjak leher Leo. "Kau akan mati hari ini."

Leo merasakan dadanya sesak. Napasnya kian tersengal-sengal. Sepatu kulit Sing yang keras dan berat itu seperti ingin meremukkan tulang lehernya.

Leo berusaha melepaskan diri, namun tubuhnya kian lemah. Pandangannya tepat ke arah mata Sing yang sudah bertekad membunuhnya.

Jayan or Zayyan✔️Where stories live. Discover now