35

3.3K 286 32
                                    

Lehernya terasa panas. Tangan yang mencekik membuat darahnya mendidih. Tubuhnya mundur menubruk apa saja di belakangnya, hingga sekarang ia bisa merasakan duri tajam dan ranting runcing menancap di punggung.

Sayup-sayup Sing mendengar Jayan yang berteriak memanggil. Namun ia kesulitan untuk menemui lelaki itu. "Lari, Jayan! Lari!"

Lelaki itu dilempar dengan mudahnya sampai terdengar bunyi retakan. "Brengsek!" Sing yakin tulak rusuknya patah.

Sing menunduk, telinganya yang peka dengan mudah mendengar suara angin dari sisi kiri. Lelaki itu menahan kepalan tangan yang mengarah padanya. Meremas jemari itu hingga suara retakan tulang memekakkan telinga.

Sing merasa kekuatannya menguar, terserap sesuatu di bawah kakinya saat ini. Lawannya bukan sembarang orang.

Lelaki itu geram, dan sekarang mengincar penutup wajah orang di depannya saat ini.

"Sing! Tolong aku!"

Fokus Sing terbelah. Lelaki itu menendang dada lawannya hingga terlempar jauh. Dengan rahang yang mengeras, ia berlari secepat mungkin ke arah suara. Namun lagi-lagi, Sing menubruk sesuatu yang membuat tubuhnya roboh.

"Sialan."

Duke Richard tersenyum melihat Sing yang terluka. Sedetik kemudian betisnya ditarik sampai badannya jatuh terlentang.

Sing menginjak leher pria itu seakan ingin meremukkan. Duke Richard tak kalah kuatnya memukul tulang kering lelaki itu, sampai sekarang Sing terjatuh ke sampingnya.

"Kau kira bisa melebihiku? Pemurni terkuat itu terlalu berlebihan untukmu yang bodoh." Pria itu menunduk, berbisik tepat di samping telinga Sing.

Hampir Sing mengeluarkan sihirnya, mata lelaki itu membelalak merasakan kuatnya jeratan di leher. Rantai besi itu menjepit kulitnya, membuat napasnya tertahan.

Dari belakang Leo menjeratnya seperti seekor anjing. Sebuah rantai yang telah dimantrai oleh penyihir hitam dengan jiwanya, mustahil Sing bisa melepaskan diri.

***

"Semua pasukan kita telah berada di titik kumpul. Tinggal menunggu perintah dari Anda, Yang Mulia."

"Bagus. Pastikan semua anggota kerajaan ada di tempat. Pembersihan ini harus berhasil melenyapkan mereka semua tanpa terkecuali."

Pangeran Andrew menjilat sisa darah di belati. Indra pengecapnya merasakan rasa manis yang baru pertama kali dirasakan. Benar-benar manis melebihi madu.

"Kau sudah sadar? Jangan menguping seperti itu."

Tubuh Zayyan menegang. Ia tidak ingin membuka mata melihat hal mengerikan apa di hadapannya sekarang.

"Buka matamu atau aku yang ke sana."

Pangeran Andrew tersenyum melihat Jayan yang terikat. Tangan lelaki itu melingkari tiang kebelakang dalam jeratan tali tambang.

Padahal saat menculiknya tadi, lelaki itu menusuk pinggang Jayan hingga membuatnya pingsan. Tetapi sekarang lelaki itu terlihat sudah membaik.

Kekuatan cahaya putih memang tidak bisa diremehkan. Bayangkan bagaimana jika memilikinya? Lelaki itu menyeringai.

Zayyan tak pernah membayangkan Pangeran Andrew melakukan tindakan keji seperti ini.

"Kau kira akan selamat setelah menculikku? Sing akan menghancurkanmu!"

Pangeran Andrew mengangguk. "Aku suka percaya dirimu. Tetapi, bagaimana dia menghancurkanku? Lelaki itu sedang tidak berdaya di penjara bawah tanah."

Jayan or Zayyan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang