Extra Part I

3.9K 311 50
                                    

Setelah perkara Sing menanyakan nama aslinya, tentu saja membuat Zayyan menghindari lelaki itu.

Tetapi percuma saja, ibarat mangsa yang sudah berada di tangan predator. Ke mana pun Zayyan bersembunyi, Sing selalu menemukannya.

Entah apa yang lelaki itu inginkan. Seperti sekarang, Zayyan mengendap-endap seperti pencuri setelah makan siang bersama Cassie.

Ketua akademi memanggil ke ruangan, menyerahkan sebuah surat dari kediamannya.

"Baiklah, apa yang dikirim Ayahku. Apa Ayahku di sini juga bajingan?" Zayyan mulai membaca deretan kata itu, alisnya mengkerut.

"Kekuatan cahaya?" Zayyan ingat dirinya punya kekuatan cahaya putih yang dirahasiakan. Itulah sebabnya dia lemah terhadap sihir karena dua kekuatan itu seperti bertempur ingin keluar dari tubuhnya.

Pantas saja dirahasiakan, Jayan sekarang masih belum menjadi kepala keluarga dan kebangkitan kekuatannya belum terlihat. Ayahnya mencoba melindungi Jayan.

"Sepertinya orang tua ini baik." Menurut ingatannya. Zayyan meletakkan surat itu di tangan, mengeluarkan sihir hendak membakar, tetapi api yang keluar terlalu kecil.

"Mau aku bantu?" Zayyan terkejut bukan main. Ia melotot ketika mengetahui Sing di sebelahnya.

Sing tersenyum melihat wajah itu. Masih sama. Semuanya masih sesuai perkiraanya. Jayan berada di sini sedang mencoba membakar gumpalan kertas.

Lelaki itu dengan tekad yang begitu kuat, ingin mengubah takdir tragis di antara mereka.

Zayyan menatapnya waspada. Hampir lelaki itu akan melarikan diri, Sing sudah berhasil mencekal lengannya.

"Tolong jangan menghindariku."

"Lepas!" Zayyan menyentak tangannya kasar sampai terlepas dari genggaman Sing.

"Kau mau apa?! Untuk apa kau ingin berteman denganku yang bukan Jayan asli?!" Emosinya tersulut. Sebenarnya ia ingin mengajak Sing berkelahi sekarang. Tetapi melihat tubuh tinggi besar di depannya, membuat Zayyan berpikir dua kali.

Sing menatapnya sendu. Ah, rasanya ingin sekali menarik tubuh mungil itu ke dalam dekapan sekarang. "Aku tidak tahu. Apa berteman harus punya sebuah alasan?"

"Tentu saja, idiot." Zayyan berkacak pinggang. Ia sepertinya harus menyelesaikan urusannya dengan Sing agar hidupnya kembali tenang.

"Zayyan. Namaku Zayyan."

"Hanya Zayyan?" Sing berusaha melafalkan dengan benar. Raut wajahnya tak bisa terkontrol lagi. Degup jantungnya berdetak kian menggila.

Zayyan memicingkan mata. Kenapa lelaki ini terlihat sangat gembira hanya karena mendengar nama aslinya?

"Ya! Zayyan." Lelaki itu jujur. Orang tuanya yang brengsek itu hanya memberikan nama dengan satu kata. Nama keluarga pun tidak ada di belakangnya. Ia tersenyum masam.

Zayyan menggeleng mengusir pikiran yang mulai tenggelam. "Jadi ... kenapa kau bisa tahu kalau di raga ini bukan Jayan yang asli?"

"Temui aku di festival rakyat, aku akan memberitahumu nanti."

Zayyan menepis tangan yang tanpa permisinya mengusap pucuk kepala sampai rambutnya berantakan.

Lelaki itu bergidik. Entah ia salah penglihatan atau bagaimana, tingkah Sing seperti sedang kasmaran.

"Amit-amit! Aku ini masih normal."

***

Zayyan menatap sekelilingnya. Ramai sekali orang-orang menari di bawah matahari yang tak terlalu terik. Sepertinya semesta memberkati acara festival panen rakyat yang digelar.

Jayan or Zayyan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang