14🔞

25K 889 42
                                    

WARNING!🔞

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sing kembali ingin mencumbu Jayan, namun lelaki itu segera menahan mulut yang mendekat dengan tangannya.

"Kita sedang di luar, aku tidak mau melakukannya!" Zayyan mendorong Sing, tetapi tak ada gunanya. Lelaki itu bergeming.

"Aku sudah memasang perisai di sekeliling kita, tidak ada yang akan melihat." Sing mengecup kelopak mata Jayan dengan lembut.

Jayan berkedip dengan lucu hingga membuat Sing tambah ingin memakan lelaki itu.

"Tetap saja itu terasa aneh."

Sing bangkit berdiri, menggenggam tangan Jayan menuju kelas sihir. Karena masih jam makan siang, murid-murid akademi sepertinya menghabiskan waktu mereka di ruang makan. Tempat itu terlihat sepi, namun Zayyan tetap saja takut.

Kursi panjang yang tersedia di depan kelas sihir, menjadi tempat pilihan Sing. Lelaki itu mengambil posisi duduk, meletakkan Jayan di pangkuannya. Kaki Jayan terbuka lebar melingkari pinggang Sing.

"Sing ...." Zayyan mendesah kecil merasakan hangatnya mulut lelaki itu menyesap lehernya yang putih. Zayyan menengadah, memberikan akses lebih.

Sing membuka satu per satu kancing kemeja Jayan, menurunkannya hingga merosot ke siku.

Zayyan tidak percaya mereka melakukannya di sini. Padahal tadi ia berlagak tidak mau menjadi alat pemurnian. Tetapi sekarang ia malah menyerahkan tubuhnya lagi.

Sing menatap Jayan yang wajahnya sudah memerah seperti tomat. Sing mengecup punggung tangan lelaki itu dengan lembut. Ia memeluk Jayan dengan erat, kepalanya miring menciumi telinga lelaki itu.

"Sing, itu geli." Zayyan menggelinjang tidak nyaman. Napas hangat lelaki itu membuatnya merinding sebadan.

Sing mengendus leher, membiarkan pula bibir basahnya menyapu permukaan kulit Jayan.

Desahan keluar dari bibir Jayan. Lelaki itu sangat sensitif. Matanya sudah terpejam menikmati sentuhan Sing.

Zayyan terlonjak ketika mendengar suara bising. Lelaki itu panik melihat banyaknya murid akademi menuju kelas.

"Sudah jam masuk!" Zayyan bergerak panik, Sing tidak mau melepaskan.

"Tenanglah, tidak akan ada yang melihat." Sing menjawabnya sambil menggigit kecil dada Jayan hingga lelaki itu tak sadar mengeluarkan suara kecil.

"Tapi mereka bisa mendengarmu." Sing tersenyum miring. "jadi, tahan desahanmu sekuat mungkin."

Sepertinya mereka akan membolos lagi hari ini. Zayyan tersentak ketika Sing mengulum putingnya, mengisap benda kecil itu dengan kuat.

Zayyan menggigit punggung tangannya menahan desahan. Ia sangat takut jika ada yang mendengar. Tidak, Zayyan lebih takut jika ada yang duduk di kursi ini.

"Ba-bagaimana jika ada yang duduk di sini?"

"Maka kita ketahuan." Sing menjawab acuh. Ia asik menjilat benda itu. Lidahnya memutari puting Jayan dengan lembut.

"Ahh! Hentikan ...." Kaki Jayan melilit erat pinggang Sing. Tonjolan di celana lelaki itu menambah kegelisahannya.

Tangan Sing satunya tidak diam. Ia memilin puting sebelahnya, mencubit kecil hingga mulut Zayyan terbuka menikmati.

Sing menurunkan usapannya, membelai perut Jayan yang rata. Lelaki itu tiba-tiba saja menyelusupkan tangannya ke dalam celana Jayan.

Sontak Zayyan menahan tangan Sing. Ia menggeleng lemah.

Jayan or Zayyan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang