16

10K 776 64
                                    

Zayyan menggesekkan kapurnya ke tempat yang sudah disediakan untuk praktik hari ini. Ternyata ada untungnya dekat dengan ahli sihir. Zayyan diajarkan Sing sampai bisa membuat garis yang lumayan rumit.

Untung saja Zayyan pintar. Ternyata sihir berhubungan juga dengan matematika. Rumusnya dengan cepat lelaki itu pahami.

Walaupun seisi kelas nampaknya iri hati karena Zayyan dengan mudah satu kelompok dengan Sing, mereka tidak berani protes. Sing menatap tajam orang-orang yang berani membicarakan Jayan dari belakang.

Alasan mereka iri karena Sing terkenal tidak pernah membutuhkan teman kelompok. Dan sekarang tiba-tiba lelaki itu menarik Jayan untuk sekelompok dengannya, bahkan melarang keras siapa saja yang ingin ikut. Padahal minimal empat orang bekerja sama.

"Seperti ini, bukan?"

Sing menepuk pelan pucuk kepala Jayan. Mengapresiasi kerja keras lelaki itu.

Zayyan mengusap peluh yang mulai turun. Cuaca terik seperti ini membuat sebagian murid tidak fokus. Di tambah jubah penyihir yang mereka kenakan. Namun, itulah tujuan Guru di depan yang sedang mengawasi.

Ketidakfokusan mereka menjadi penentuan nilai hari ini.

"Sepertinya ini akan menjadi sihir pertama yang aku keluarkan dengan kuat." Zayyan sedikit gugup.

"Aku akan membantumu." Sing menarik Jayan perlahan menjauhi lingkaran sihir yang sudah sempurna mereka buat.

Zayyan tidak khawatir dengan nilainya kali ini. Bersama Sing, pasti lingkaran sihir itu sudah sempurna. Zayyan mengangkat dagunya dengan sombong melihat teman sekelasnya yang masih pusing menggambar.

Setelah beberapa waktu, semua lingkaran sihir sudah terbentuk. Semua Guru yang mengawasi mulai mencatat nilai kesempurnaan garis dan rumus itu.

Zayyan tersenyum senang melihat tingginya nilai yang diberikan untuk kelompoknya. Sing membiarkan jari kelingkingnya digenggam Jayan dengan kuat. Lelaki itu sepertinya sangat bersemangat dan gugup.

Penilaian itu sudah selesai. Sekarang semua kelompok berdiri di atas lingkaran sihir yang sudah mereka buat masing-masing.

Zayyan tidak pernah menggunakan sihir teleportasi. Ia tidak bisa. Berbanding dengan Sing yang sudah menguasai sihir itu.

"Kau bisa diam saja, aku akan melakukannya."

Zayyan menggeleng. "Aku juga ingin mencobanya."

Sing sebenarnya khawatir karena kegagalan sihir ini bisa berefek cukup parah untuk tubuh. Namun ia berusaha meredam semua kekuatan yang dikeluarkan Jayan, dan mengganti dengan miliknya tanpa sepengetahuan lelaki itu.

Setelah Guru memerintahkan untuk mulai, semua lingkaran sihir itu menyala mengeluarkan cahaya berwarna biru yang terang.

Jubah mereka berkibar karena angin yang kencang. Mereka disuruh untuk berpindah posisi ke lapangan akademi.

Zayyan menggenggam erat jemari Sing. Ia menutup mata sambil terus merapalkan mantra. Tiba-tiba dadanya menjadi sesak. Zayyan meringis menahan sakit.

Secara ajaib mereka berpindah tempat. Ada yang gagal dan yang berhasil. Zayyan tersenyum senang karena telah berhasil di ujian hari ini. Ia bingung menatap Sing yang melihatnya dengan khawatir.

Zayyan menyentuh sesuatu yang membasahi bibirnya. Darah segar keluar dari hidung lelaki itu.

Sing berhasil menangkap Jayan yang sudah tumbang hampir menyentuh tanah. Ia segera menggendong lelaki itu menuju klink akademi.

Jayan or Zayyan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang