18🔞

22.3K 753 51
                                    

WARNING!🔞

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Semua orang memperhatikan deretan kereta kuda mewah yang memasuki halaman akademi. Akhirnya Kaisar telah tiba, didampingi Bangsawan kelas atas dan banyaknya Ksatria yang berjalan di belakang.

Zayyan melihat Viscount Lefan yang berada di samping Kaisar. Mencoba memberikan senyum terbaik ketika pria itu menoleh melihatnya.

Sing melirik Jayan, wajah lelaki itu sangat ceria sekarang. Matanya juga menangkap Duke Richard yang melihatnya sekilas.

Atensi semua orang teralihkan lagi saat kereta kuda berwarna hitam, dengan corak emas baru saja sampai. Sepatu hitam mengkilap membalut kaki jenjangnya yang turun dari kereta.

Semua orang membatu melihat wajah baru itu. Rambut pirang khas keluarga Kekaisaran berkibar pelan tertiup angin. Surainya bergelombang dengan panjang seleher. Matanya seperti rubah, dengan kulit putih pucat bagai tumpukan salju.

Dengan pakaian lengkap khas Pangeran, ia berjalan dengan tegap melewati orang-orang yang menunduk hormat. Tanpa diberitahu sekalipun, semua orang sudah mengenalnya.

Kaisar tersenyum lebar, membentangkan tangan menyambut putra sulungnya.

"Salam kepada Yang mulia Kaisar." Ia menunduk, menekuk satu kakinya berlutut.

"Bangunlah." Kaisar tak bisa menyembunyikan wajahnya yang gembira. Membuat orang-orang bertambah yakin, bahwa jalan menuju singgasana Putra mahkota akan sangat mudah untuknya.

"Selamat datang, anakku Arthur."

Pangeran Arthur tersenyum tipis, membuat deretan murid perempuan memekik tertahan. Zayyan mengangguk setuju. Lelaki itu memang tampan.

"Seperti Pangeran."

Sing mendelik mendengar lelaki itu bergumam. "Dia memang Pangeran."

Zayyan mengedikkan bahu. Ia melihat Viscount Lefan yang memberi kode untuk mendekat.

"Sing, aku pergi dulu." Zayyan berpamitan, ia segera berlalu dari sana tanpa mendengar jawaban lelaki itu.

Viscount Lefan mengenggam jemari Jayan. "Berhati-hatilah. Sebelum kau melindungi Pangeran itu, kau juga harus melindungi dirimu sendiri."

"Baik, Ayah. Tenang saja, aku sudah punya rencana." Zayyan tersenyum menenangkan.

Sing memperhatikan Jayan yang sedang berbincang. Tanpa sengaja lagi matanya beradu tatap dengan Duke Richard yang sedang tersenyum ke arahnya.

Duke Richard menoleh ketika ada yang berbisik padanya. Bawahannya itu membisikkan kata yang membuat ia tertawa.

"Kandidat kedua-ku itu sudah dilenyapkan?" Ia menggeleng kecil, memperhatikan Sing yang berdiri tak jauh dari kotak tempat pemilihan senjata.

Duke Richard mengusap jenggot tipisnya, tak sabar dengan rencana anaknya yang selalu mengejutkan.

***

Zayyan memicingkan mata, memperhatikan tiap gerakan Pangeran Arthur yang sedang mengikat rambutnya. Ia merasa seperti penguntit, namun tidak ada pilihan lain.

"Salam kepada, Yang mulia Pangeran pertama."

Lelaki itu menoleh, melihat seseorang yang menunduk sopan dengan wajah berseri. Ia memperhatikan tampilan lelaki di depannya, dari atas hingga bawah.

Zayyan tersenyum hingga matanya menyipit. "Pangeran, bolehkah saya tahu senjata apa yang Pangeran dapatkan tadi?"

"Apa urusanmu?"

Jayan or Zayyan✔️Where stories live. Discover now