12

11.6K 960 51
                                    

Napas Zayyan memburu karena berlari dengan kencang. Lelaki itu melangkahkan kakinya entah ke mana saja asal tidak ada Sing.

Zayyan takut Sing menangkapnya. Penyihir itu pasti dengan mudahnya menemukan, tetapi Zayyan tidak akan menyerah begitu saja.

Setidaknya untuk hari ini Zayyan tidak ingin melihat wajah Sing. Lelaki itu tidak fokus melihat jalan sehingga tabrakan keras tak terhindarkan.

"Awas!" Zayyan tidak bisa mengontrol laju tubuhnya. Ia menubruk orang itu.

Zayyan mengusap wajahnya yang sakit karena benturan itu. Ia mendongak hingga seketika wajahnya pucat.

"Sing ...." Zayyan merutuki suaranya yang bergetar.

Sing melangkah maju, membuat lelaki itu mundur beberapa langkah menjauh.

"Kenapa? Kau takut denganku?" Jujur saja Sing tidak mendengar percakapan mereka tadi. Ia baru menemukan Jayan di perpustakaan setelah mencarinya, memutari seluruh akademi. Sekarang lelaki kecil itu terlihat takut dengannya tanpa alasan yang jelas.

"Bukan seperti itu!" Zayyan menyilangkan tangannya.

"Lalu?"

"Bisakah kau diam di sana saja?! Jangan mendekat!" Zayyan kesal dengan Sing yang terus mempersempit jarak.

Sing tidak peduli. Ia terus mendekat hingga sekarang lelaki itu mengukung Jayan di antara tembok koridor akademi yang sepi.

"Apa yang wanita itu katakan hingga kau bersikap seperti ini?"

Zayyan menahan napasnya. Sing menyatukan kening mereka hingga napas hangat lelaki itu menerpa wajahnya.

"Tidak ada."

Bohong. Sing tahu ketika Jayan berbohong. Kenapa Jayan melindungi Cassie? Apa dia masih menyukainya?

Zayyan menahan dada Sing ketika lelaki itu mengecup bibirnya. Sing yang melihat kemudian menyatukan lengan Jayan dengan satu tangannya, dan menggenggamnya di atas kepala lelaki itu.

Zayyan mencoba berontak, tetapi Sing malah menggigit bibirnya hingga ia meringis.

Sing melembutkan lagi ciumannya. Lidah lelaki itu menari di dalamnya dengan lincah. Zayyan sepertinya mulai terbiasa mengimbangi ciuman itu.

Sing menarik pinggul Jayan hingga tubuh lelaki itu menempel padanya. Tangan Jayan ia arahkan agar memeluk lehernya dengan erat.

Zayyan mendesah kecil merasakan tangan besar Sing masuk menyelusup kemejanya. Kulit telanjang mereka bersentuhan langsung, hingga menambah sensasi panas di bibir mereka yang beradu.

Zayyan membuka mata ketika tersadar sekarang mereka berada di luar ruangan. Ia melepaskan pagutan bibir itu.

"Kenapa?" Suara rendah Sing membelai pendengaran Zayyan. Sepertinya lelaki itu sudah dikuasai nafsu.

Zayyan teringat lagi tentang pemurnian. Lantas lelaki itu langsung mundur sambil melepaskan lengan Sing yang merangkul pinggulnya.

"Aku tidak mau!"

Sing mengatur napasnya. Lelaki kecil di depannya ini membuatnya tidak berdaya. Padahal Sing bisa saja memaksa Jayan. Tetapi entah mengapa satu kalimat penolakan itu berpengaruh besar untuknya.

Sing tersenyum. Merapikan kemeja Jayan dan mengecup pipi lelaki itu dengan hati-hati. Sepertinya ia harus menemui Cassie untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Sing tidak tahan jika Jayan terus menolaknya nanti.

Zayyan hendak berbicara, namun terhenti karena suara lonceng bergema dengan keras. Sudah jam pulang, murid-murid akademi berhamburan keluar kelas.

Sing menarik Jayan agar menjauh. Mereka beriringan berjalan dengan rasa sunyi yang menyelimuti.

Jayan or Zayyan✔️Where stories live. Discover now