20

8.3K 647 25
                                    

Sing menarik kerah baju Leo, menghantamkan punggung itu ke dinding hingga terdengar bunyi retakan. Para pelayan yang melihat kejadian itu berlari menjauh ketakutan.

"Brengsek! Kau yang sudah melepas anak panah itu, kan?!"

Leo mendorong Sing tidak kalah kuat. Lelaki itu memberikan pukulan di sudut bibir Sing. "Kau pikir ini semua salahku?! Kau juga membahayakan Jayan dengan bonekamu itu!"

"Aku sudah menarik kekuatanku saat itu, tapi kau dengan bodohnya malah menyerang lagi." Sing meludah, membuang darah yang masuk seenaknya.

Leo merasa sesak ketika Sing tiba-tiba mencekiknya dengan kuat. Membayangkan lelaki ini bercumbu dengan Jayan membuat Sing ingin membunuhnya lagi.

"Ya, buat aku terluka lagi, dan saat itu Jayan akan dengan senang hati mengobatiku kembali." Leo menarik sudut bibir, puas melihat ekspresi Sing yang tidak biasanya.

Rahang Sing mengeras, melempar tubuh Leo dengan entengnya hingga membentur tiang lorong. Ia meludah sekali lagi, berjalan mendekati Leo.

"Aku bisa menebas kepalamu sekarang dengan mudahnya. Tetapi, ide bagus membiarkanmu hidup lebih lama. Mengizinkanmu untuk melihat bagaimana aku memiliki Jayan nanti. Aku sangat tidak sabar." Sing berbisik tepat di telinga Leo, membuatnya mengepalkan tangan.

"Yang Mulia Duke memanggil kalian berdua."

Perhatian mereka teralihkan melihat bawahan Duke Richard yang entah muncul dari mana. Sing berdecak, menendang perut Leo dengan keras sebelum pergi mengikuti pria itu menuju ruang kerja Duke.

Duke Richard memandangi langit yang tiba-tiba mendung dari balik jendela. Menoleh ketika mendengar ketukan pintu.

Kedua anaknya berdiri berdampingan menghadapnya. Pria itu duduk menyilangkan kaki di atas meja kerja, mengisap cerutu yang entah sudah berapa kali dinyalakan.

"Bodoh, tidak berguna." Ia berujar dengan suara rendah.

"Aku tidak tertarik melihat drama pertemanan kalian itu." Duke Richard mengepulkan asap lewat mulutnya. Jendela yang tidak dibuka membuat ruangan menjadi gelap dan udara menyesakkan.

Sing memejamkan mata merasakan benda keras menghantam kepalanya. Begitu juga Leo. Aroma wine yang memabukkan bercampur dengan anyir darah menusuk penciuman.

Pecahan botol berserakan di depan mata Sing. Ia mengepalkan tangan dengan kuat di sisi tubuhnya. Apa ia bunuh sekarang saja pria di depannya ini?

"Kenapa? Kau mau membunuhku?" Duke Richard berjalan mendekat. Mencengkram dagu Sing yang langsung ditepis kasar lelaki itu.

"Kau tidak akan bisa membunuhku." Duke Richard tertawa hingga suara itu memantul ke seluruh ruangan. Ia bergeser menghadap Leo yang juga sedang memberikan tatapan tajam.

"Lebih baik berusaha untuk menjadi penerusku yang penurut, daripada memikirkan cara membunuhku." Ia menunjuk-nunjuk kening Leo dengan jarinya.

"Karena rencana ini gagal, aku akan menyuruh kalian melakukan hal lain lagi nanti." Duke Richard memijat lehernya, menghembuskan napas berat. "hari ini akan sangat merepotkan menghadapi Kaisar brengsek itu."

Kacaunya acara tadi membuat Kaisar Luden murka. Percobaan pembunuhan Pangeran Arthur memberikan dampak yang luar bisa kepada seluruh Bangsawan.

Baik yang mengusulkan pertandingan itu, maupun yang menyetujuinya tidak lepas dari kemarahan Kaisar.

Duke Richard menyuruh mereka keluar ruangan. Menginjak cerutunya yang sudah pendek hingga menjadi seperti bubuk.

"Cari tahu siapa yang sudah menyembuhkan Leo, dan juga cari tahu mengapa kedua anjingku itu sangat melindungi anaknya Lefan."

Jayan or Zayyan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang