0045

112 8 1
                                    

Mentari benar-benar bersinar terang, sebagian biasnya terlihat menelusup masuk dari celah kamar itu. Hingga mengenai wajah seorang pria cantik yang masih bergelung di bawah selimut tebalnya.

"Unmmhh"-lenguhnya tak nyaman, seraya menjejak selimutnya. Berharap kain berat itu lekas menyingkir karena itu benar-benar membuatnya gerah.

"Uhh.. ugh"-pete semakin menggerutu sebal, dengan tangan menarik-narik selimut itu, meski kedua mata sipit itu masih terpejam.

"Ngghh"-pete menyerah, selimut itu tetap melekat erat di tubuhnya hingga ia hanya bisa berteriak-

"PHI DEW"

Dew mendadak bangkit terbangun, karena terkejut mendengar jeritan itu tapi setelahnya ia mendesah nafas berat seraya memijit pelipisnya, sadar Pete hanya di buat rusuh dengan selimutnya sendiri.

Keringat yang merembas dengan kening bertaut, jengkel itu membuatnya tau anak itu kepanasan. Ah ya matahari bersinar sangat cerah hari ini. Tak mengherankan jika anak itu merasa gerah setelah tidur panjangnya.

Dew beranjak dari sofa seraya mendekati Pete, menyibak Surai hitam nya ke atas sebelum akhirnya menarik pelan selimut tebal itu.

"Kau tidur lama sekali Pete"

Pete hanya mengerejap, Lalu lebih memilih menjatuhkan kepalanya yang masih terasa berat di pundak dew.

"Phi dew aku lapa-uummphh"-pete tiba-tiba membekap bibirnya sendiri dengan mata membulat lebar menyadari mual yang hebat itu kembali menyedaknya.

"Tentu saja lapar, sejak kemarin kau tidak memakan apapun"-kekeh dew seraya menjauhkan tubuh kecil itu demi melihat wajahnya, namun betapa terkejutnya ia melihat Pete gemetar dengan bibir di bekap sendiri.

"Pete kau mual lagi"-ucap dew dengan wajah paniknya

Anak itu hanya mengangguk cepat, dengan mata memerah bahkan terlihat rembasan bening di pelupuknya. Membuat dew bergerak cepat membopong tubuh kurus itu untuk di bawanya menuju kamar mandi.

"Hhooeekk..hhhh"

Dew kembali berdetak cemas, berulang kali ia mencoba memijit tengkuk Pete membiarkan anak itu mengeluarkan biang mualnya, meski nyatanya itu hanya cairan bening.

"Hhh.. phi dew..HH"-senggal Pete sambil menggeleng tak sanggup, kedua tanganya terlihat lunglai namun dengan cepat dew Menangkap nya dan mengangkat nya ke atas pangkuannya sendiri.

Mengapa dew seperti ini?

Ya ia menyukai Pete, meski seribu kali Pete menolaknya dew tetap pada cintanya, sampai ia lelah sendiri dan berhenti menyukai Pete.

"Masih mual?"-bisik dew seraya membasuh bibir kecil itu dengan air bersih.

Pete hanya menggeleng lemah, kedua matanya terpejam berharap pening itu lekas menghilang.

.

.

"Jadi apa yang terjadi pada Pete"-ucap dew memandang kedua dokter yang tengah duduk di hadapannya.

"Ya tuan, seperti yang saya lihat dengan rekan dokter yang lain. Sepertinya tuan muda Pete tengah mengandung"-ucap dokter paruh baya itu.

"Dan berhubungan dengan mual yang di alami tuan muda Pete, itu pengaruh dari morning sicknes nya"- ucap nya lagi.

Dew terbelak lebar, mendengar tutur dokter itu.

"Apa kau sedang membual? Bagai mana mungkin, Pete seorang pria"-ucap dew sedikit tak percaya

"Ya seperti yang saya katakan pada hari yang lalu, saya menganalisa dengan rekan dokter yang lain. Dan tuan muda Pete memiliki rahim dalam perutnya. Usia kandungan dari perkiraan saya mungkin sudah 3 Minggu"-ucap dokter itu lagi.

the invisible~vegas pete 🔞🔞🔞Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα