LULUS

117 9 1
                                    


Di siang hari yang begitu terik. Matahari menyinari seakan ia tak pandang orang lain. Seakan matahari sedang dalam keadaan gundah. Panasnya membuat pribumi merasakan gerah yang tak karuan. Bersama perasaan deg-deg-an akan pengumuman. Iya. Pengumuman kelulusan. Aku menanti pengumuman itu tiba dengan sejuta harap bahwa semua akan baik-baik saja. Tiba lah aku dalam kondisi yang tak menentu. Terkadang, iman akan naik dengan cepat dan turun lebih dari kata cepat. Aku tak begitu yakin akan keputusan Nya. Aku terlalu percaya diri bahwasanya semua akan berjalan dengan lancar.
Salah lah jika aku menganggap bahwa aku mampu melakukannya. Saat secarik kertas info nilai Ujian Nasional dibagikan, bukan wajah bahagia yang ditunjukkan. Kali ini, aku gagal. Lulus? Iya. Tetapi nilai ku…sangat tidak memuaskan. Berbeda dengan apa yang aku ekspektasikan. Aku duduk termenung sebentar. Mengingat perjuangan Ayah yang sudah lelah membiayai ku mengikuti les dengan harga nya yang tak murah. Tetapi, nilai ini justru sangat jauh dari apa yang aku rencanakan.

Mama : “gak apa-apa, yang penting gak ada yang ngulang” kata Mama dengan mata sendunya. Usia ibuku tak lagi muda. Aku tau seharusnya aku bisa membanggakan nya melalui secarik kertas ini. Mama…maafkan aku. Aku akan berusaha lebih keras untuk bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri.

Ayah : “ya gak papa. Sekarang fokus SBM aja” respon *gak apa-apa* keluar dari mulut Ayah.
Aku tau Ayah sangat kecewa. Kali ini, aku harus bisa lolos ujian seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri. Aku harus melakukannya.
Setidaknya aku harus bersyukur karena aku masih bisa lulus dengan nilai yang melewati batas minimal. Tapi sayangnya, aku masih belum menyadari keberadaan Nya.

        ***

Di Atas CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang