Masker Penutup Debu

15 1 0
                                    

Saat itu masker berwarna hijau sedang hits-hitsnya dikalangan para pekerja. Sebagai penangkal debu dan bagian belakangnya khusus untuk yang sedang flu. Ada yang diikat, ada pula yang hanya disangkut di telinga. Pertengahan Oktober sungguh benar-benar crowded, dalam artian banyak sekali kegiatan menginap entah untuk ospek ataupun ukm. Yah maklum, namanya juga maba alias mahasiswa baru. Harus ikut ini itu supaya bisa resmi menjadi anggotanya. Kala itu hari Jum’at menjadi hari yang penat. Karena dosen yang hari Selasa tak masuk, meminta jadwal pengganti di hari Jum ‘at. Dan di sore hari, kami harus ikut acara wisata islam fakultas. Aku lari terburu-buru dari parkiran menuju gedung lantai 9. Masuk pukul 08.00 dan aku tiba di gedung pukul 08.05 , semoga saja liftnya tidak penuh. Benar saja, tak ada yang antre menunggu lift. Memang gedung itu sepi sih dan sudah waktunya masuk kelas. Ah pasti aku telat dan bagaimana rasanya masuk kelas terlambat? Aku masuk di lift sendirian. Lantai 9 lama sekali dirasa. Kemudian *teng* pintu terbuka di lantai 5. Namun tak ada satupun orang yang masuk. Okey baik. Masih pagi Ra, jangan parno. Mungkin ada orang yang ingin tidak jadi naik lift tapi sudah terlanjur tekan tombol naik. Horror sendiri. Dan lega rasanya ketika tiba di lantai 9. Saat keluar lift, kulihat banyak mahasiswa yang duduk terdampar di lantai. Dan mereka adalah kawan-kawan kelasku. Mereka terdiam dan panik melihat siapa yang keluar dari lift. Hahaha lagi-lagi aku mengejutkan mereka seperti saat pertama kali masuk kuliah.
“Ya Allah, Ra”
“Ngagetin lu”
“Gue kira dosennye”
“Eh, Ra liat dosennya gak tadi di bawah?”
Aku hanya geleng-geleng kepala dan memberikan symbol tidak tau dengan kedua telapak tangan.
“hahahaha lepas maskernya Ra, pengap itu elu”
“deg-degan ye?lu kira udah telat?”
Aku hanya tertawa dengan terlihatnya mataku yang menyipit menempel dengan garis masker. Aku segera mencari tempat yang lapang untuk meluruskan kedua kaki ku. Kau tau? Aku bukan hanya deg-degan soal telat dan kejadian di lift. Tapi juga soal Arka. Ini sudah kesekian kalinya kami bertatapan tanpa sengaja. Jantungku tiba-tiba saja berdegup kencang melihatnya. Ia melihatku dengan tatapan terkejut dan langsung segera menundukan kepala. Aku pun sama. Bagaimana tidak? Mata ini saling bertatapan dan maskernya……..kami memakai masker yang sama. Masker warna hijau yang hanya bisa disangkutkan di telinga, bukan masker hijau muda yang bisa diikat di kepala. Beberapa temanku yang dekat denganku langsung berbisik…
“ciaaa, samaan nih ye maskernya”
Dan ternyata saat itu Arka tengah sakit, itulah alasan ia memakai masker tersebut. Sedangkan aku? Hey aku membawa motor dari kota lain, sehingga aku wajib memakai masker agar tak terkena debu. Dan memang hanya kami berdua saja yang mengenakan masker hijau muda. Tak apa. Ini ketidaksengajaan. Seperti kejadian-kejadian sebelumnya, yang berlandaskan ketidaksengajaan.

***

Di Atas CintaWhere stories live. Discover now