Feeling Something

18 2 0
                                    

Setelah berhenti kost, aku memutuskan untuk pulang pergi naik motor. Mungkin bagi sebagian orang atau bahkan dari mayoritas orang-orang yang tahu aku naik motor ke kampus, akan mengatakan naik motor lebih melelahkan di banding kereta. Jawabannya buat ku salah. Ya memang lebih berisiko. Apalagi kalau hujan dan pulang malam. Tapi aku nyaman. Karena aku bisa terkena angin bebas dan melihat banyak pemandangan. Walaupun seringnya melihat orang-orang bermacetan. Buatku naik motor itu mengasyikkan.Teman-teman di kelas terkejut karena aku hanya kost selama seMinggu dan membawa motor dari kota yang sangat jauh. Aku hanya senyam-senyum. Iyakan saja. Tugas berceceran dan presentasi bertumpukkan.
Suatu hari di hari Jum’at entah tanggal berapa. Kami sekelas janjian di pagi hari tepatnya didepan loket yang memiliki tempat cukup luas untuk mengerjakan tugas akuntansi bersama. Belum semua anak-anak berkumpul, hanya beberapa wanita dan 1 orang laki-laki. Saat aku menghampiri mereka yang sedang berkumpul di depan loket, tiba-tiba dada ku berdegup kencang. Kaki ku tersentak saat aku melihatnya yang sedang sibuk menatap layar netbook nya. Aku berbalik arah dan menuju gedung belajar ku. Padahal jam kuliah masih sangat lama. Tapi entahlah bagaimana menjelaskannya. Dari pada aku tidak nyaman,  Lebih baik aku sendiri saja di gedung belajar. Dan aku tidak terpikirkan apapun. Aku hanya berkata pada diriku, “Dari pada gak tenang, lebih baik sendiri saja.”
Saat mata kuliah berlangsung aku teringat mimpi ku di hari kamis. Ya. Sosok laki-laki itu. Laki-laki yang membuat dada ku berdegup. Ternyata ia adalah laki-laki yang ada dikelas ku, yang duduk di bangku paling belakang dan sempat bertatapan sebentar di hari pertama masuk kuliah. Mungkin karena mimpi itulah aku jadi terbawa gugup. Perlahan…aku mulai mengenal karakternya. Bagaimana tidak? Ia adalah ketua kelas ku. Jelas aku pasti tau karakternya. Dari mulai ia bicara didepan dan membantu mengumpulkan tugas dan terakhir, saat ia melakukan tanggung jawabnya terhadap kelas. Karakter yang berbeda dan sungguh menggemaskan. Baiklah itu saja intinya.

Aku : “Wi…kenapa belakangan ini aku agak minder ya kalau ketemu sama cowok itu?”
Dwi : “eh cowok siapa?”
Aku : “itu loh…cowok yang dikelas”
Dwi : “banyak Ra etttt…”
Aku : “ke…ketua kelas”
Dwi : “Arkarna?”
Aku : “ya itulah aku gak hafal namanya”
Dwi : “ya ampun Ra, lo tuh ya.Kenapa emangnya?Lo suka lagi jangan-jangan?”tanya Dwi| dengan mata yang terkesan meledek.
Aku : “astaghfirullah…aku Cuma minder. Waktu itu pernah mimpiin dia terus gitu lah tiba-tiba kalau ada dia jadi deg-deg-an. Alay ya” kata ku sambil berbisik.
Dwi : “hahahah iya lo alay Ra, jangan gitu, biasa dulu aja Ra…pantesan kalo setiap ada dia tuh lo pasti ngilang.” Katanya sambil tertawa.
Ya, rasanya benar-benar  aneh. Aku menjauhinya bukan karena aku tidak suka padanya. Hanya minder. Sosok laki-laki yang berbeda diantara semua laki-laki di kelas ku. Bahkan aku baru menemui laki-laki seperti itu. Sebelumnya ada satu teman ku yang seperti itu, tapi aku tidak mengingatnya. Setelah melihat dia dengan karakternya yang berbeda dan sangat bertolakbelakang dengan ku, aku merasakan sesuatu yang tidak bisa ku perjelas dan tidak mau ku sadari. Aku menjauhinya karena aku khawatir akan hati ini. Hatiku...belum waktunya untuk merasakan sesuatu selain mengisinya dengan cinta Allah terlebih dahulu. Jika ini fitrah dan sebuah hadiah dari Allah, tetaplah sebuah ujian untukku. Aku tidak ingin merasakan sesuatu sebelum adanya ikatan halal. Hanya itu. Dari pada hati terus berdegup kencang, lebih baik aku menghindarinya dan menjaga hati ini dengan baik. Huah. Berat ya.
Berhari-hari ku lakukan hal yang sama. Sejujurnya lelah sekali. Bukan hanya perihal fisik yang lelah dijalan. Tapi juga lelah bersembunyi dalam diam. Bayangkan, aku dan dia 1 kelas. Dan dia adalah ketua nya. Dimana setiap kami berkumpul, pasti ketua kelas ikut serta di perkumpulan. Setiap kami berkumpul di perpustakaan, pasti ada dia disana. Aku masih tetap bertumpu pada perasaan ku yang menanggap ini semua *tidak apa-apa*. Aku hanya menyugestikan hati bahwa semuanya karena rasa minder ku kepada sosok dia yang karakternya membuat ku kagum.
Suatu hari saat mata kuliah Pengantar Bisnis, aku sedang duduk dan menghafal materi yang akan aku rangkum untuk Minggu depan, aku duduk dibaris kedua di bangku paling pojok. Minggu depan giliran kelompok ku yang akan presentasi. Disaat aku ingin mengambil binder ku didalam tas, aku memutar tubuhku ke belakang dan ku lihat sosok laki-laki itu sedang duduk tepat dibelakang ku, bahkan hampir saja mata ini bertatapan. Tetapi, ia tidak menatapku sedikitpun. Aku melihatnya sekilas sambil mengambil binder didalam tas. Setelahnya, ku putar balik badan ku ke depan, segera melanjutkan rangkuman yang sedang ku buat dan dihafal, dengan hati yang sangat berdebar dan perasaan kagum yang semakin menjadi. Aku sangat senang dia tidak menatapku tadi, sekalipun jarak kami sangat dekat. Tepat dibelakang ku, dengan menundukkan kepalanya kebawah. Aku sangat senang, karena masih ada di dunia ini laki-laki yang bisa fokus pada kitab Nya tanpa sadar ada wanita yang sedang menghadapnya untuk mengambil binder. Dia bisa fokus tanpa goyah sedikitpun. Serius membaca kitab Nya dalam hati. Ya, ku lihat dia sedang membaca al qur’an. Dengan ekspresi yang sangat tenang dan serius.
Yang ku ingat, Al Qur’an berukuran sedang dan selebihnya aku hanya ingat bagaimana hati ku berdegup saat itu. Tanpa tahu apa-apa, tanpa ingin rasa tahu akan suatu hal. Laki-laki seperti ini seharusnya diperbanyak. Hehe

***

Di Atas CintaWhere stories live. Discover now