12&13

12 0 0
                                    



Sungguh, Allaah itu Maha Penyempurna. H-jam, kawanku di kelas lama share sebuah broadcast mengenai seminar yang akan diadakan esok pagi. Dengan modal dadakan, aku segera berangkat esok paginya. Walau sangat sangat telat untuk hadir di tempat. Seminar itu sangat menarik. Bertema dengan penulisan puisi. Ah, ya! Seminar hadir di hari-hari kami membungkam kepatahan hati. Kepatahan yang kami patahkan sendiri. Allaah itu Maha Penyempurna. Ya! Saat absen pendaftaran, aku berbincang sebab mereka adalah kawan lamaku dulu walau tidak begitu akrab. Mata ini membulat. Dadaku berdegup cepat. Namanya...nama Arka ada di kertas absen pendaftaran seminar urutan ke-12.

Wia : "ayo, Ra. Tulis dulu namanya, buat e-sertifikat"

Aku : "Ah, iya" kataku tersentak kaget.

Aku menulis namaku tepat di bawah nama Arka. Tunggu! Ini benar Arka? Kulihat nama lengkapnya. Tulisannya yang miring-miring menjadi ciri khas. Nomer teleponnya yang hanya kuhafal angka awalnya. Dan tanda tangannya. Ya! Benar! Ini Arka.

Memasuki ruangan auditorium. Acara sedang berlangsung dengan seru. Lalu tiba-tiba hening dan banyak mata yang bertatap pada seseorang yang baru saja buka pintu. Begitu juga tatapan yang diberikan pengisi acaranya sendiri. Aku mengambil bagian kursi yang terisi dengan mayoritas perempuan. Ternyata, mereka teman-teman sekelasku sendiri. Aku duduk di paling belakang dengan gamis biru dongker dan sepatu biru yang menjadi clue bahwa aku masih sangat setia mencintai biru. Seminar itu membutuhkan kertas dan pensil. Saat aku sedang mengambilnya dari tas yang kuletakkan di samping kursiku sebelah kanan, kulihat sosok Arka yang sedang duduk di barisan kanan paling belakang. Arka! Astaghfirullaah. Segera kutundukkan pandangan ini. aku hanya ingat ia membawa handphone di tangannya. Sudah itu saja. Sebab, hatiku sudah lebih dulu berdegup. Takut benar-benar bertemu. Ingin katakan ini adalah seminar paling menyeramkan. Mengapa harus benar-benar berada di satu ruangan?

Aku baru teringat. Ah, iya! Arka suka membuat sajak. Pantas ia hadir mengikuti seminar ini. walaupun yang kulihat saat itu ia sendiri. Mungkin ia belum sibuk akan kegiatan aktifnya di organisasi. Lalu, dengan absen yang berurut atas bawah dan tiba-tiba setelah lebih dari setahun lamanya tak jumpa dalam satu wadah, apa maksudnya?

Tiba-tiba kawanku menyeletuk, "Jodoh, Ra!!!".

Setelah seminar tersebut mengadakan break sejenak. Kawan-kawanku berfoto bersama. Namun, aku tidak ikut. Malu. Jadi, hanya sekedar mengobrol biasa dan pastinya cepika-cepiki untuk berpamitan. Aku tidak tahu, apakah Arka masih ada di ruangan atau tidak. Segera dari auditorium, ku beranjak pada masjid yang selalu kurindukan. Sujud yang begitu menentramkan. mengingat perjuanganku yang dulu selalu saja letih menghadapi mata kuliah yang amat kubenci. Dalam sujudku, terbayang wajah Arka. YaAllaah! Aku bertemu Arka lagi. Sekian lama. Dan di saat kami sedang dalam keadaan mematahkan hati masing-masing. Sungguh, betapa Allah Maha Penyempurna. Buatku ini kebetulan yang luar biasa. Namun, bagi-Nya inilah momen terbaik. Allaah itu selalu menakdirkan keadaan yang baik bagi-Nya. Walau bagi kita buruk, akan ada makna yang tersimpan dibalik itu semua. Aku menangis dalam sujud. Kemudian menatap cahaya yang memancar melalui jendela bagian kiblat. Allaah...izinkan aku kembali ke sini.

Kemudian aku pulang ke rumah, melewati berbagai jejak kaki yang dulu pernah aku jejaki sebelumnya. Harumnya masih sama, kondisinya masih sama, bahkan hatiku masih tertinggal di sana. Ya! Di sosoknya yang abstrak dan jauh dengan jarak. Arka, disebutnya. Laki-laki pencemburu dan jago dalam bersajak.

Di Atas CintaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt