Jatuh Cinta Itu Setiap Hari

15 1 0
                                    


Hari ke-3 UAS. Rasanya ingin buru-buru menuju hari akhir dan liburan 2 bulan lamanya. Baiklah, sabar Airaaa. Setelah jam 11, kau akan segera pulang ke rumah. Besok santai kok, hanya 1 matkul dan itu pengantar pendidikan. Mata kuliah favorit kamu. Sabar ya, Ra. Ucapku tiada henti dalam hati. Melihat soal-soal pengantar ekonomi yang bagiku really not important. Sedetik, dua detik, 3 menit, dan sampailah pada tujuan akhir yang dinantikan. Ujian selesai. Entah akan berapa nilainya. Aku telah mengerjakan sebaik mungkin. Totalitas bahasanya. Haha. Kemudian seperti biasa, berpamitan dan segera pulang. Saat itu, tak kutatap sedikitpun wajah Arka bahkan aku tak tau saat itu Arka ada di ruang kelas atau tidak. Berakhirlah untuk bermesraan dengan motor di parkiran. Yeaaaa pulang. Nyemil apa kita malam ini?

Esoknya, kudapatkan kisah unik yang membuatku tertawa lucu. Memangnya benar? Hari Kamis, UAS mata kuliah pengantar pendidikan pukul 8 pagi. Tapi, aku sudah stay dengan baik pada pukul 7.20 . Karena budaya kami memakai baju batik, maka saat itu aku ingat sekali, kukenakan batik tosca bersama rok biru biasa. Terkejut karena saat masuk kelas, lagi-lagi mata ini berdosa terkena tatapan tak sengaja, lagi dan lagi dan terus lagi. Ia duduk di belakang. Hanya ada beberapa anak yang sudah hadir di kelas. Termasuk Arka. Dan Rani yang telah sengaja menempati tempat duduk ku agar tidak diduduki orang lain. Biasanya selalu di barisan ketiga bagian kiri dekat jendela. Jendela besar yang selalu tersiarkan pancaran sinar mentari. Tapi, kali ini justru barisan paling belakang bagian kanan. Aku tersentak karena bertatapan tak sengaja dengan Arka untuk ribuan kalinya, dan tersentak karena Rani tersenyum mencurigakan sambil menunjuk kursi yang telah ia sediakan untukku, dan itu tepat di samping Arka, terakhir...aku tersentak karena baju kami berwarna sama. Batik hijau tosca. Ya Allaah, ujian apa lagi ini?

Benar-benar. Akhirnya duduklah aku di bangku yang tidak disediakan oleh Rani. Samping Rani, tapi sebelah kiri. Arka menunduk sambil membaca buku entah judulnya apa. Rani bertanya,

Rani : "lah kenapa Ra? Di sini aja ih. Udah gue tempatin juga."

Aku : "No, aku di sini aja. Ih kenapa ga di barisan itu, sih?"

Rani : "UAS, Ra. Kapan lagi dapet belakang?"

Aku : "lagian kan open book -_-"

Rani : "open book dari mana? Lu nyatet lengkap emangnya?"

Aku : "enggak sih hahahaha"

Rani : "sini aja sih. Samping Aa. Hahahaha"

Argggh . Sabar . Rani adalah sahabatku. Sabar.

Kemudian pasca UAS selesai, Dew datang menghampiriku sambil penuh antusias.

Dewi : "Raaaaaaa...sini bentar. Jangan langsung pulang. Mau cerita"

Aku : "cerita apa, Dew?"

Arka yang duduk dua bangku dari kursiku langsung beranjak pergi keluar kelas. Walau masih ada tasnya di dalam kelas.

Dewi : "kocag battt si Arka kemaren, Ra. Hahahahaha" . Katanya sambil tertawa.

Aku : "kocag kenapa?"

Dewi : "jadi gini loh, Ra. Kemarin kan abis pada belajar bareng ya di perpus fakultas? Nah, si Arka ngikut. Sampai sore kita di sana. Nah kita tuh baru pada shalat jam 5 atau setengah 5 gitu. Di mushola fakultas udah sepi tuh, Ra. Aku kan lagi duduk di kursi yang depan mushola itu lohhh yang pas kamu liat Arka batal wudhu gara-gara aku? Inget ga? Hahaha"

Aku : "hahahaha iya iyaa inget, terus kenapa lagi abis kamu duduk disitu?" responku seperti ibu-ibu yang lagi asyik cerita dengan anak mungilnya.

Dewi : "nah si Arka gak lama selesai shalat tuh, dia keluar mushola. Terus tuh... hahahahaha" . Dewi cerita sambil tidak bisa menahan tawa.

Dewi : "Aduh, ya Allaah. Pokoknya kocag dah."

Aku : "kocag gimana? Aku ga ngerti :'D ."

Dewi : "dia kepleset coba, Ra. Hampir kejengkang gitu. Terus dia pegangan pintu, apasih itu pinggiran pintu dah. Jadi tangannya tuh dua-duanya nahan badan dia sambil pegangan yang buat pinggiran pintu itu loh. Ngakak coba"

Aku : "astaghfirullaah, terus jatoh?"

Dewi : "kagak, dia pegangan. Terus kan aku ngakak ya. Dia malah senyum-senyum gitu kayak malu. Ya, aku ledekin kan. 'Kaki lu perasaan gak basah, kenapa lu mau kejengkang gitu dah, Ka? Lagi mabok lu ya? Mabok cinta?' . Eh terus dia jawab apa dah? 'iyalah, Dew. Jatuh cinta itu setiap hari' . Langsung aku ledek, 'dih genit'. Terus dia senyum-senyum malu gitu. Ah kocag dah, Ra pokoknyaaaa. Hahahaha"

Aku : "hahahahahaha" . Aku hanya bisa tertawa. Karena memang orang semacam Arka itu unik. Sebegitu lucunya, dia malah senyum. Sama seperti waktu ia batal wudhu karena Dew. Semua tertawa terbahak-bahak, tapi ia hanya tersenyum yang bahkan orang tak bisa membedakan ia sedang tertawa atau memasang keramahan.

Dewi : "hmmm 'jatuh cinta itu setiap hari' kayaknya paham ya maksudnya tuh hahahaha"

Aku : "ke matkul kali maksudnya hahaha"

Dewi : "yeee sok gak peka deeh ah kamu, Ra wkwkwk"

Tibalah, adzan Dzuhur. Karena Jum'at adalah UAS terakhir bagi umumnya mahasiswa kampus kami. Jadilah, BEM di fakultas kami mengadakan Family Gathering sebagai bentuk ikatan silaturahim dan perpisahan sebelum liburan panjang. Yap. Arka adalah anak organisasi yang pastinya menjadi panitia acara tersebut. Yang biasanya aku selalu pulang saat mata kuliah telah berakhir, kini aku dicegat oleh 2 anak yang menyuruhku untuk ikut serta pada acara besok. 4 bulan lamanya aku tidak lagi menyanyi. Kini aku mendapat tugas untuk menyanyi di acara tersebut sebagai perwakilan dari kelas kami. Saat itu, aku kira Arka dan kawan laki-laki lainnya akan shalat di masjid sebelah gedung. Tapi ternyata mereka shalat di dalam kelas. Karena mungkin malas melihat lift yang penuh dan memang kita juga sedang berada di lantai 5 yang lumayan sekali jika turun apalagi naik melalui tangga darurat. Kulihat mereka bergerombol keluar kelas untuk wudhu. Kedatangan mereka ke dalam kelas dengan wajah yang basah karena air wudhu, membuat para akhwat pasti menutup mata sambil beristighfar. Akhwat yang ada di dalam kelasku langsung bersaut, "Maa syaa' Allaah". Ada beberapa dari mereka yang biasa saja, ada yang bahkan tertunduk malu seperti Arka, haha, dan adapula yang malah dengan pedenya ia bergaya. Ya, si Akbar. Mereka shalat berjama'ah. Arka menjadi imamnya. Disusul kami para akhwat yang juga ingin shalat bergantian dengan para ikhwan. Kami berjama'ah. Dan aku menjadi imamnya.

Benar. Jatuh cinta itu memang setiap hari.

Di Atas CintaOnde histórias criam vida. Descubra agora