UJIAN

59 2 0
                                    


Begitu singkat waktu berjalan. Dari mulai pengumuman kelulusan hingga dimana aku sedang berproses untuk menyiapkan ujian. Ujian ini sungguh berat seperti ujian kehidupan. Hehe. Dimana aku harus bisa lolos PTN dan meraih cita-cita ku disana. Orang tua mana yang tak bangga melihat anaknya lulus dan bisa melanjutkan pendidikan di universitas terkenal? Aku ingin…orang tua ku merasakan itu. Aku ingin Ayah bahagia melihat anaknya mengenakan almet yang diimpikan banyak orang.
Belajar yang ku tekuni pagi, siang dan malam…membuat diri terkadang lelah. Kapan aku bisa sejenak berisitirahat dengan hati yang lapang. Rasanya mendengar kata ‘pengumuman’ membuat ku tak karuan. Sekolah kini sudah tak menjadi kewajiban ku untuk datang dengan seragam lengkap. Setiap pagi, selain ibadah dan membantu pekerjaan Mama di rumah, biasanya aku akan membaca rangkuman-rangkuman materi untuk menambah bahan pengetahuan menjawab soal-soal latihan. Siangnya, ba’da Dzuhur, aku segera pergi ke tempat les dan disuguhkan banyak soal-soal latihan. Pulang ke rumah dimana Senja sudah mulai muncul sekilas. Malamnya, ba’da Isya, tetap berada di kondisi yang sama seperti di tempat les. Sibuk menyebar buku di atas kasur dan berlatih soal-soal. Hidupku rasanya sangat monoton. Tak ada penyejuk jiwa apalagi refreshing untuk fisik. Rasanya benar-benar hampa entah apa yang terjadi. Hampa…kosong…seperti tak punya semangat dalam hidup. Aku masih tidak mengerti apa maksudnya. Ibadah hanya sekedar kewajiban ku sebagai seorang muslimah. Aku tak terpikirkan yang lain, yang ada hanya obsesi ku terhadap kampus impian ku. Dimana aku harus memakai almet itu dan membuat Ayah dan Mama bangga.
Hari demi hari berjalan hingga tidak terasa 1 bulan lebih terlewati. Lagi-lagi aku yakin akan apa yang aku lakukan. Aku yakin kali ini bisa lolos dan masuk ke kampus impian ku. Kampus PTN yang aku dambakan sejak seleksi melalui nilai rapot. Aku yakin kali ini kesempatan itu datang kepadaku. Pagi hari dengan semangat yang berkobar, bersiap-siap untuk berangkat ke tempat test dilaksanakan. Letaknya sekitar 45 menit dari rumahku. Aku sudah menyiapkan waktu banyak sebelum datang kesana. Bersama beberapa kawan ku yang juga mendapatkan tempat test yang sama. Kami ber-4 berniat untuk berangkat dari jam 7 pagi. Walaupun ujian akan berlangsung pada pukul 10 pagi. Lebih baik menunggu dibandingkan berangkat terburu-buru. Mama sudah menyiapkan teh panas favoritku di pagi hari. Sarapan yang membuatku kenyang dan membuat semangat ku semakin berkobar. Aku duduk di teras sambil memandang langit mentari dengan warna biru indah Nya.
Mama: “nanti jangan lupa berdo’a, jangan terlalu di forsir belajarnya. Sampai sana gak perlubelajar lagi. Istirahatin otaknya buat ngerjain soal. Biar gak capek” Mama mengatakankalimat itu sambil mengaduk gula yang belum larut didalam gelas teh panas danmenghampiri ku yang sedang berada di teras.
Aku: “iya ma…do’ain ya semoga aku dimudahin ngerjainnya. Dan lolos di tahap ini”
Mama: “iya selalu mama do’ain”

Setengah jam kemudian, kawan ku datang menjemput. Aku segera menghampiri nya dan menyuruhnya untuk pamit kepada ibuku.
Aku: “eh Cindy…bentar ya aku panggil Mama” . Kata ku.
Cindy: “eh iya Ra…” jawabnya.
Aku: “Ma…Cindy udah dateng…” kata ku sambil menghampiri Mama.
Mama: “Oh iya? Sama siapa? Si Ditya juga udah dateng?” tanya mama sambil berjalan keluardan melihat ke teras rumah.
Cindy: “assalamu ‘alaikum Tante…” sapa Cindy.
Mama: “wa’ alaikumssalam ini Cindy ya?”
Cindy: “iya Tante…eh itu dia Ditya” katanya sambil menunjuk Ditya yang tak lama datang danturun dari motor.
Ditya: “assalamu ‘alaikum Tante” sapa Ditya.
Mama: “wa’alaikumssalam Ditya…jadi kalian bertiga aja?”
Ditya: “ber-4 Tante, jadi kita jemput Dika soalnya rumahnya jauh dari sini, biar sekalian arahberangkat.” Jawab Ditya.
Mama: “yaudah deh kalau gitu hati-hati ya bawa motornya. Jangan ngebut.” Kata mama.
Ditya: “iya siap Tante…kita akan menjaga Aira dalam perjalanan berangkat dan pulang.” KataDitya sambil hormat didepan Mama. Aku hanya geleng-geleng kepala. Ditya memanganak yang suka bercanda.
Mama: “hahaha dasar Ditya, yaudah sana berangkat biar gak kena macet.”
Kami: “oke Tante…kita berangkat ya. Assalamua ‘alaikum.” Dan kami bertiga salim kepadaMama.
Mama: “semoga semuanya lolos ya…jangan lupa berdo’a.”
Kami: “aamiin ya Allah”

Di Atas CintaWhere stories live. Discover now