PENGUMUMAN 2

17 1 0
                                    

Tepat di hari Selasa tiba, lagi-lagi pengumuman online di umumkan pukul 14.00 siang. Aku berdzikir dari hari-hari sebelumnya. Paginya pun tak luput dari harapan semoga saja diterima, jika tidak pun tak apa…asalkan Allah memberikan kelapangan. Mama sedang angkat baju yang dijemur, aku dengan rasa super deg-deg-an memberanikan buka pengumuman di tengah ruang tamu. Takdir Allah menunjukkan hal paling bahagia. Ada nama ku disana dan di kalimat paling bawah tertulis “Selamat Anda Lolos Ujian Mandiri Jurusan Pendidikan Ekonomi”. Saat itu juga aku langsung sujud syukur. Aku berteriak memanggil Mama yang lagi diluar, Mama segera masuk dengan segumpal cucian ditangan nya.
Aku : “aku lolos Ma” Kata ku dengan nangis terharu.
Mama : “Alhamdulillah…” Mama langsung memelukku lama, mencium kening dan pipiku. Kemudian melanjutkan “di jurusan yang mana?”
Aku : “Pendidikan Ekonomi” kata ku sesegukan. Mama melepaskan pelukannya. Ku lihat wajah Mama yang sedikit berbeda.
Mama : “yah…bukan yang Psikologi?”
Aku : “bu…bukan Ma…”
Mama : “gak apa-apa emangnya? Kamu kan gak suka jurusan itu?”
Aku : “iya gak apa-apa yang penting negeri Ma”
Mama memunculkan keraguan nya. Intinya aku lolos PTN dan dapat mengenakan almet kampus impian ku. Segera aku kabari Ayah saat itu juga, ku kabari guru ku tersayang, ku kabari sahabat-sahabat yang selalu ada disaat aku susah maupun senang. Seperti hal yang biasa, orang-orang akan datang kepadamu disaat posisi mu sedang bahagia. Dan hanya segelintir orang yang setia menemani disaat sulit, ya…mereka adalah sahabatmu. Namun itulah kehidupan agar kita bisa belajar memahami mana yang buruk dan yang tidak. Dan aku tidak akan pernah menyia-nyiakan sahabatku.
Setelah Ayah dan Kakak tau pengumuman ku di Ujian Mandiri, mereka turut senang dan bangga. Akhirnya aku lolos PTN, akhirnya aku bisa memakai almet kampus impian ku, akhirnya aku bisa menjawab pertanyaan guru-guru ku ‘Aira, kamu kuliah dimana sekarang?’ dan akhirnya, aku membahagiakan orang tua ku. Ayah membebaskan ku untuk memilih. Terserah akan pilih kampus ku yang S1 atau yang D3, karena ke-2 nya sama-sama negeri. Yang membedakan hanya gelar belakangnya. Dan yang membedakan nya juga, kampus ku yang S1 lebih terkenal dan lebih tinggi kualitas lulusannya. Dengan yakin, aku memilih kampus yang ku perjuangan dari seleksi pertama hingga akhir. Dan Ayah, Mama meng-iya-kan. Ayah menemani ku untuk daftar ulang ke kampus itu. Kami menaiki sepeda motor karena aku ingin tau seberapa jauh jika pulang pergi dengan motor. Macet dimana-mana. Sampai rasanya Ayah lelah mengemudi. Sambil menghafal jalan, aku pun terkantuk-kantuk dibelakang. Bagaimana Ayah yang menyetir?
Perjalanan memakan waktu 1 setengah jam. Pulangnya pun juga memakan waktu segitu. Sesampai di kampus, aku mengantre panjang untuk mendaftar ulang. Ayah juga ikut mengantre. Ayah bahkan tidak duduk sama sekali. Sebenarnya aku tidak tega. Lagi-lagi aku merepotkannya. Daftar ulang saat itu langsung mendapatkan almet. Dengan bangga almet itu ku pegang sampai tiba di rumah. Sesampai di rumah, Ayah menyuruhku memakai almet itu. Aku memakainya dengan dilihat Ayah, Mama dan Kakak. Ayah langsung tersenyum puas. Mama? Biasa saja. Ayah bangga karena akhirnya anaknya lolos PTN. Kakak ku hanya turut senang, akhirnya perjuangan adiknya untuk masuk PTN terbayar lunas.
Ayah : “widih…keren banget dah” kata Ayah. Aku yakin Ayah sebenarnya sangat terharu, tapi dibawa bercanda.
Mama : “nah cuci dulu deh…hmm? Tuh bau. Maklum masih bahan baru” respon Mama sambil membantuku melepas almet itu.
Aku : “senin ospek…wajib lagi”
Mama : “jam berapa?” tanya Mama.
Aku : “jam 5 subuh udah disana Ma…” kata ku sedikit manyun.
Mama : “ya Allah berangkat jam berapa itu?” Mama terlihat panik.
Ayah : “Ayah yang antar nanti. Bawa mobil aja. Subuh di jalan” kata Ayah.

Sejujurnya, mendengar kata ospek buatku bagaikan gemercik hujan dari serpihan api neraka. Hal yang membosankan dan konyol. Apalagi harus datang pagi-pagi sekali. Aku harus kuliah. Aku sudah diterima kampus impian ku. Apalagi yang harus aku sesali? Aku harus ikut ospek sebagai langkah awal perjuangan.
Hari pertama, Ayah mengantar ku sampai kampus. Langit masih gelap gulita, banyak mahasiswa baru berpakaian putih hitam. Awalnya aku bingung, akhirnya ku cari orang-orang yang berslayer warna tembaga. Ya, fakultas ku ditugaskan untuk mengenakan slayer berwarna tembaga di bagian kerah kemeja kami. Yang wanita, mengikat slayer tersebut di luar kerudung. Di mulai dari baris berbaris, geser sana sini, entahlah…seperti hanya sekedar menghabiskan waktu subuh disana. Saat ospek, ada kakak-kakak kdsp atau disebut dengan tim kedisiplinan yang menyuruh kami shalat subuh. Dengan wajah datarnya, kakak tersebut menyuruh kami ubah barisan dan segera pergi ke masjid.
“yang belum shalat subuh siapa? Baris sebelah sini”
Aku tidak ikut barbaris, karena sedang tidak shalat. Tapi tetap saja kena tatapan wajah si kakak kdsp yang datar-datar horror. Wkwkwk
Kami dikumpulkan di sebuah stadion besar, membuat yel-yel, becek-becekkan, dijemur, ya cukup bahagia sih karena kami secara sah masuk sebagai mahasiswa baru di kampus tersebut. Yang aku ingat dari perkataan rektor saat beliau berpidato adalah “sampai bertemu 4 tahun lagi dengan baju toga kalian”
Hari pertama, aku pulang naik kereta. Sendiri. Pertama kali. Benar-benar pertama kali naik kereta sendiri. Dan hari-hari ospek berikutnya pun memberikan kesan buruk buatku pribadi. Bosan. Dan begitulah kiranya. Siapapun ia pasti berharap kuliah tanpa adanya ospek. Hingga tibalah di hari pertama masuk kuliah. Hari yang ku tunggu-tunggu. Semoga dirindukan.

***

Di Atas CintaWhere stories live. Discover now