Di Atas Cinta

Accountant?

Ah, terima kasih. Jika ada tawaran untuk bekerja menjadi akuntan di suatu lembaga ternama pun, hanya berending kata terima kasih. Pertama, bukan passion. Kedua, bukan tak ingin mengusahakan untuk belajar, hanya saja aku merasa menjadi seorang akuntan akan sangat memungkinkan aku keluar dari diri ku sendiri. Aku tak ingin menjadi orang lain. Pun bekerja bukan mengincar gaji besar, tapi aku ingin bekerja untuk bisa bermanfaat bagi orang-orang. Bukankah itu kebahagiaan sejati?
Kala itu, hari Minggu. Dimana hari tenang untuk bisa istirahat sejenak. Sayangnya, itu hanya sebuah khayalan bagi mahasiswa. Karena biasanya ketika tugas menumpuk, maka hanya hari Minggu lah yang menjadi wadah untuk mengerjakan. Entahlah untuk mahasiswa aktivis yang biasanya hari sabtu dan Minggu memiliki jadwal rapat atau hal lainnya. Begitu hebat rasanya melihat aktivis yang tetap bisa mempertahankan ip persemester dengan baik. Ada satu dosen yang kalau memberikan tugas tidak kira-kira. Tujuannya untuk melatih mahasiswanya. Dengan table excel dan warna-warni saldo beredar mengitari dimensi otak hemisfer kiri ku. Aku tetap mengusahakan untuk bisa walaupun ujung-ujungnya kembali bertanya pada teman yang jago akuntansi. Aku bertanya pada Arka melalui chat pribadi karena yang ku tau ia telah mengerjakannya beberapa hari lalu di kelas. Aku hanya bertanya apakah jawaban tugas 2 memiliki saldo yang tidak balance atau tidak? Kemudian dengan segera ia membaca dan mengirim sebuah foto. Foto utuh beserta tabelnya. Padahal aku tidak minta jawaban penuh. Kau tau? Tabelnya begitu rapih dan polos. Tak ada warna selain hanya saldo yang diberi background warna kuning. dan saat aku cek grup kelas, Ah!Malunya. Ternyata teman-temanku yang lain juga sedang membahas soal itu. Lalu kenapa aku harus mengirim pesan pribadi kepada Arka? Yasudah tak apa. Sudah terlanjur. Aku segera mengucapkan terima kasih kepadanya. Ia jawab sama-sama dalam waktu yang begitu cepat.

***