Nikmatnya Menjadi Orang Baik

15 0 0
                                    

Tiga hari ikut kegiatan wisata islam fakultas, masih banyak mahasiswa yang tetap masuk di hari Senin nya. Aku? Hehe bahkan aku tak ikut acara tersebut. Di hari Senin, aku melihat kelengkapan anak-anak kelasku sekalipun dengan wajahnya yang begitu lelah. Pulang malam dan besoknya ada kelas pagi. Kulihat Arka pergi keluar kelas dan kembali dengan wajah yang basah. Mungkin cuci muka. Dan di hari Selasa nya ia tak ada di kelas. Bahkan tak ada kabar apapun. Mungkin hanya aku yang tak mau tau. Sampai tiba di hari Jum’at bahwa ia pulang ke kampung halamannya dan dirawat di rumah sakit, izin selama seminggu penuh. Ternyata, banyak sekali anak-anak yang bertanya soal Arka. Aku yang mungkin tak begitu peduli, namun saat tahu kabar Arka dirawat, aku diam sejenak. Dan bertanya-tanya dalam hati, memangnya Arka sakit apa? Bagaimana keadaannya? Namun aku lebih memilih bisu. Ah, pantas saja Senin lalu ia terlihat lemas dan membasahi wajahnya. Hari demi hari berlalu, bahkan seringkali dari sebelum kabar Arka sakit, beberapa anak menanyakan Arka kemana. Dan setibanya kabar itu hadir, grup ramai memberikan pesan get well soon untuk Arka padahal belum tentu Arka memegang handphone. Aku? Tidak tentunya. Mendo’akannya sudah lebih dari cukup. Bagaimana ia tidak sakit? Dengan jadwal yang padat, tugas berserakan, aku seringkali mendengar omelan kawan yang mengajaknya untuk makan, namun ia hanya berkata “Iyaa..duluan aja” , kemudian bergegas menuju mushola.
Aku iri melihatnya, ketika sehari tak ada kabar, banyak yang bertanya kemana ia pergi. Menjadi orang baik itu asyik. Walaupun harus berlelah untuk mengalah, bersabar ketika tak didengar, bertanggung jawab pada kelengkapan masalah. Ia adalah pemimpin kelas yang amanah. Bergegas tanpa bicara dan pandai menahan segalanya. Walaupun, masih malu-malu kucing jika maju ke depan kelas. Melihatnya, aku ingin menjadi orang baik juga. Agar ketika aku tidak ada untuk sementara, banyak yang menanyakan kabar. Agar ketika aku tidak ada  untuk selamanya, banyak yang datang dan mendo’akan ku di pemakaman.
Hingga ketika hari dimana Arka kembali masuk kuliah, banyak kawan yang menyambutnya. “wedew kemana aja lu bro?” , “sehat Ka?” , “gimana sih Ka, lu tumbang juga kan akhirnya” , “tenang Ka, tugas makin menumpuk kok tenang aja hahahaha” . Aku? Tetap tak menatapnya. Ia sudah kembali. Berarti ia sudah sehat.

***

Di Atas CintaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu