Vitamin

10 1 0
                                    

Kamis, hari yang begitu santai karena hanya 1 mata kuliah yang hadir di hari tersebut. Cuaca sudah mulai tak menentu. Kadang panas begitu terik, kadang juga hujan begitu deras. Menuju UAS, malah banyak kawanku yang terkena flu. Ayah selalu tak lupa menyuruhku minum vitamin agar tidak sakit. Apalagi UAS akan segera hadir. Terserah bagaimana soal hasil, yang jelas aku harus sehat agar tidak ada UAS susulan. Arka yang kulihat seringkali memasang wajah sendunya. Walau tak sepenuhnya kupandang wajah seorang Arka.
Sepulang dari kampus, aku mampir ke salah satu supermarket di dekat perumahan. Membeli sesuatu untuk dijadikan cemilan. Kemudian saat sedang berkeliling, aku melihat salah satu merk vitamin yang tertera. Memori ku mengantarkan ku pada sosoknya. Arka. Diri yang terdiam kaku sambil menatap vitamin tersebut, mulai berperang dengan ego di dalam self.

Jumu 'ah
Belajar tajwid yang membuat diri sampai memiringkan kepala sambil menulis. Saat itu tugas dikumpulkan tepat pukul 3 sore. Diri terburu-buru menulisnya.
Aku : “kalo nun mati ketemu sama qof berarti i…..kh….fa….”

Dewi : “eh si Arka kan mau ngerjain laporan, dia suruh kesini aja ah” ungkap Dewi  yang duduk di sampingku sambil memegang handphone.
5 menit kemudian, kami masih stay menulis tugas. Semua terdiam dan terburu-buru menyelesaikannya.

Aku : “kalo misalkan nun mati ketemu alif berarti idz…har…” kata ku sambil menulis dengan berbicara, bahkan sampai ikutan memiringkan kepala.

Dewi : “aduh gercep banget ya kalo gue suruh ke sini” tiba-tiba saja Dewi bicara demikian. Aku masih fokus mengerjakan.

Aku : “oh yang ini berarti a…lif… lam…syam…syi…yah” kata ku masih sambil memiringkan kepala.

Dewi : “duduk Ka, diem aje lu. Entar ya abis gua ngerjain ini, laporannya mau gua liat.”

A???Arka??? what the? Segera ku angkat kepala ku, mata ku terbelalak. Arka? Sejak kapan ia disana? Berdiri tepat di depan meja ku, sekilas tersenyum dan langsung duduk tepat di belakang kursi ku. Tu…tunggu…bukankah baru saja Dewi chat Arka untuk datang ke gedung ini? kenapa cepat sekali? Baik itu tak penting. Masalahnya, berarti ia melihatku menulis tajwid sambil bicara? Bahkan sampai memiringkan kepala? Lalu senyum tadi, mengapa ia lukiskan? Ah sialnya, lukisan itu membekas dalam memori ku.
Setelah selesai, segera ku ambil kertas tugas dan bangkit dari kursi. Menunggu di depan papan tulis, menunggu yang lain untuk segera mengumpulkan.

“ayooo dikumpulin”
“iya iya bentar, aku naro tempat pensil dulu”
“waittt dikit lagi”
“udah nih udaah bentaar”
“bentaar lagi nulis nama”

Sambil mendengar kata-kata teman di kelas, kenapa lagi-lagi mata justru tertangkap basah pada tatapan yang lagi-lagi tidak ada unsur kesengajaan. Arka menatapku, 1 detik kemudian kami langsung tertunduk taat. Astaghfirullaah.
“Yaudah, aku itu ya, aku tunggu di luar ya”. Sungguh mata ini tak sanggup menahannya. Lagipula, kenapa Arka datang di saat teman-teman kelas ku masih mengerjakan tugas?
Setelah mengumpulkan tugas, aku segera ambil tas dan bergegas untuk pulang. Oh iya! Baiklah, satu-satunya jalan. Pas sekali momen nya.

Dewi : “Ka, lu print nih”
Arka : “pake uang lu dulu, Dew. Ortu belum transfer”
Dewi : “santuy. Udah sono print sekarang.”
Arka : “nanti aja, cek lagi”
Dewi : “Emmm ini udah bener kok udah, sekarang print gihhh”
Arka : “yaudah sini gua cek lagi”
Dewi : “ehhh Ka! Ihh, dibilangin udah. Gua udah cek juga kok. Sekarang tinggal lu print aje. Sono cepet”

Itulah momen yang pas. Dew mengerti sekali. Hihi. Segera ku masukkan ke dalam tasnya. Dan bergegas pamitan juga pulang.
Vitamin itu, ada di dalam tasnya. Tanpa pemberitahuan secara tertulis atau omongan. Kira-kira, ia sadar atau tidak ya?





***

Di Atas CintaWhere stories live. Discover now