October Is Coming

11 0 0
                                    

Bulan Oktober, mahasiswa kampus ini memang akan terus merasakan ospek selama 1 semester. Jangan heran dan jangan terkejut. Hehe. Hampir 2 Minggu sekali, setiap hari Sabtu, akan ada kegiatan untuk kami para mahasiswa agar datang acara tersebut dengan durasi waktu yang lama…bisa dari pagi sampai malam hari. Sebenarnya jika enjoy, maka semua akan baik-baik saja. Lelah? pastinya. Tapi yasudah, mau bagaimana? Aku yang kuliah saja penuh ragu, boro-boro ikut organisasi ataupun mengikuti lingkaran kegiatan untuk mahasiswa baru. Aku hanya ikut satu organisasi, yang orientasinya mengenai pendidikan anak usia dini. Sebuah kelompok sosial yang tidak ada paksaan dan aturan syarat untuk memasuki UKM tersebut. Hanya mahasiswa yang ikhlaslah yang bergabung disana. Dimana kami mengajar dan mengabdi tanpa dibayar.
Tapi pada akhirnya akupun tak melanjutkan kegiatan itu. Karena aku merasa lelah kalau ikut ini itu. Daripada tidak amanah, lebih baik fokus kuliah. Walaupun kuliah setengah-setengah. Yah bagaimana rasanya kuliah dengan mata kuliah yang bukan passion kita? Jenuh dan bahagia berbanding terbalik intensitasnya. Jenuh memayoritasi diri ini. Namun, aku harus tetap kuliah.
Bulan itu, dikala tugas sudah mulai padat. Fakultas mengadakan sebuah lomba antar kelas. Ada cerdas cermat, menyanyi dan aku lupa sisanya. Yang aku ingat aku didaftarkan anak-anak kelas untuk ikut lomba menyanyi. Dan yang aku ingat, Arka ikut serta dalam lomba cerdas cermat. Saat pendaftaran dibuka, kami beda kelas karena saat itu hari mata kuliah umum. Kelas kami dibagi menjadi 3 bagian. Seperti biasa, saat mata kuliah berakhir, aku akan segera turun dari gedung dan berjalan ke arah parkiran untuk segera pulang. Pukul 14.15, dan entahlah saat di parkiran aku merasa ada sesuatu yang mengganjal, tapi aku tetap mengarahkan motorku untuk pulang ke rumah. Hihi benar saja, sesampai di rumah, kulihat notifikasi handphone di salah satu grup sosial media. Kulihat Arka mengirim pesan di grup, namun tidak ada yang menjawab. Sampai pada chat Arka yang kesekian kali, akhirnya satu temanku ada yang merespon. Kau tau apa yang ditanyakan Arka di grup?
Arkarna: [“ada yang tau nama asli rara?”]
Arkarna: [“p”]
Arkarna: [“p”]
Arkarna: [“p”]
Caca: [“Aira”]
Arkarna: [“Nama lengkapnya?”]
Caca: [“Aira Azzalfa”]
Arkarna: [“thanks ca, nomer teleponnya ada yang tau?”]
Caca: [“wait”]
Caca: [“081812325132”]
Arkarna: [“sip, makasih”]
Caca: [“sama-sama Ka”]

Kulihat chat itu berlangsung sekitar pukul 2 siang. Yap. Saat aku sedang ada di parkiran. Pantas saja perasaanku seperti ada yang mengganjal. Dan yang membuatku tertawa kecil adalah, jadi selama ini Arka tak tau nama asli ku? hanya berfokus pada username akun di sosial media? Entahlah padahal tidak lucu, tapi aku tertawa membacanya.

***

Di Atas CintaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon