33; taeyong

4K 450 11
                                    

Setelah pernikahan dengan Taeyong selama 2 bulan, kalian belum melakukan hal romantis sedikitpun. Suamimu hanya terus bekerja di studio tanpa mau meluangkan waktu sekalipun untuk istrinya.

Tapi kamu tak keberatan selama itu kemauan Taeyong dan kamu tidak mau mengganggunya. Kamu hanya mendukung semua yang Taeyong lakukan.

“Taeyong, ayo kita pergi jalan-jalan ke dream world. Aku ingin naik roller coaster.”

“Ah, benar. Pertemuan dengan seorang komposer.” Taeyong menunjuk sebuah tanggal di kalender. Hari ini, tanggalnya dibulati dengan spidol merah.

“Oh, baiklah. Itu pertemuan yang sangat penting kan? Aku mengerti. Semoga lancar.”

Kau memberikan banyak pengertian ini dan itu. Kau melakukan semuanya untuk Taeyong, tapi kenapa dia tidak? Bahkan untuk menjawab pertanyaan dengan tingkah seperti itu bukannya kekanakan sekali?

“Taeyong! Bawa ini.” Kau memberikan sebuah kotak makan berisi sandwich dan sebotol jus jeruk.

Pria itu tidak menerimanya dan langsung masuk ke dalam mobil. Kau membuka pintu mobil dan memberikan dua benda itu ke samping jok Taeyong. “Hati-hati di jalan.”

Taeyong pergi dengan mobilnya. Dan kau kembali sendiri di rumah, duduk di balkon kamar sambil menikmati cappuccino dan membaca buku untuk menghilangkan kesepian selagi menunggu kepulangan Taeyong.

Drrt~

Ponselmu bergetar di atas meja. Kau menerima panggilan dari bibimu.

“(Y/n). Apa kabar hah? Kupikir kau akan terlambat menjawab telepon karena sibuk berdua dengan Taeyong. Hahaha”

“Hehe, tidak. Dia sedang ada pertemuan. Aku sedang membaca buku disini. Ada perlu apa bibi meneleponku?”

“Apa harus ada perlu agar bibi meneleponmu?”

“Biasanya begitu.” Jawabmu seadanya. Bibimu tertawa sumbang disana.

“Sepertinya kamu sedang senggang ya. Aku bisa titip Yojin padamu? Keponakan lelakimu itu loh.”

“Aku ingat. Bukankah dia sekarang sedang sekolah?”

“Tapi dia pulang mendadak karena ternyata ada insiden di sekolah, jadi murid-murid dipulangkan dulu. Bisakah kau menjemputnya? Aku sedang pergi ke rumah ibu sekarang.”

“Oke, oke. Dengan senang hati.”

Kau tersenyum. Setidaknya hari ini tidak akan sesepi biasanya. Kau beranjak dari kursi, mengambil syal dan mantel.

Kau berjalan melewati toko roti, warung permen, cafe yang ramai dan menyusuri gang pintas di dekat toko jahit. Kau kemudian berjalan ke kanan dan menemui sebuah taman kanak-kanak yang ramai.

“Bibi (y/n)!”

Tanpa perlu mencari, Yojin sudah berteriak dan berlari memeluk kakimu.

“Yojin sudah besar ya.”

“Iya. Yojin sudah bisa membaca dan menulis nama Yojin.”

“Ibumu sedang pergi ke rumah nenek. Kamu pulang dengan bibi hari ini. Ya?”

“Iya, bibi.”

Kau berjalan pulang menggandeng Yojin. Saat melewati warung permen, Yojin merengek.

“Bibi, belikan aku sebungkus lollipop!”

“Tidak Yojin, bibi tidak  membawa uang.”

“Bohong!”

“Hehe, tapi kan Yojin tidak boleh makan manis- manis seperti itu.”

“Belikan saja!”

“Oke, oke.”

nct • imagine✔️Where stories live. Discover now