20; jeno

5.1K 515 16
                                    

Kau masih tersiksa di kamar mandi, mengeluarkan rasa sakit yang selama ini kau derita. Tapi diluar, Jeno sedang menunggumu.

"(Y/n)-ssi. Cepat!"

Kau bercermin sebentar, dan melihat wajahmu tidak terlalu pucat. Tidak ada yang bisa membuat Jeno curiga.

"Aku akan keluar." Katamu dan membuka pintu kamar mandi.

"Apa yang kau lakukan di sana? Lama sekali." Jeno protes dan langsung masuk ke kamar mandi tanpa mau mendengar penjelasanmu.

Kau menghela napas lega dan pergi ke kamar. Kau rasanya bersalah menjadi istri seorang Lee Jeno yang sempurna dan memiliki apapun untuk diberikannya kepadamu. Tapi kau tidak dapat memberikan apa yang Jeno inginkan.

"Apa aku pantas?" gumammu sambil menunduk, duduk di pinggir ranjang dan hanya catuk.

"(Y/n)-ssi. Aku akan pergi." Jeno mengambil mantelnya dan pergi meninggalkanmu.

"Jangan terlalu lama." Katamu, tapi Jeno sama sekali tidak menghiraukannya.

Saat suamimu sedang pergi, kau pergi ke rumah sakit untuk mengonsultasikan penyakitmu lagi. Tapi, setiap kali pergi kesana, dokter mengatakan tak ada yang lebih baik daripada mengadopsi bayi.

...

Jeno datang, kau meringkuk sambil masih menangis. Jeno tidak mengacuhkanmu dan pergi berbaring.

"Kau daripada menangis seperti anak kecil, lebih baik kau membuatkanku sesuatu untuk bisa dimakan." Kata Jeno sambil terpejam.

Kau segera pergi ke dapur dan memasakkan sesuatu untuk Jeno. Dia pun keluar dari kamar dan menghampirimu yang ada di dapur.

"Kenapa kau menangis?" tanya Jeno sambil menyantap makanannya.

"Aku tidak menangis. Hanya saja aku takut. Jeno-ya, kita belum melakukan apapun setelah pernikahan kita."

"Aku tahu maksudmu. Tapi jangan harapkan apapun dariku. Tahu?"

"Aku juga tidak pernah mengharapkan sesuatu."

"Jujur saja, aku punya wanita lain diluar sana."

"Aku tidak peduli selama kamu mencintaiku." Katamu ringan.

Jeno meletakkan alat makannya dan memperhatikan kalimatmu. "Apa kau tidak keberatan sama sekali?"

"Aku bahkan tidak bisa memberimu apapun. Jadi wajar saja kau berseligkuh di luar sana."

"Apa yang kau bicarakan sih? Kenapa kau polos sekali."

"Aku tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu." Katamu dan menangis lagi.

"Menangislah yang keras. Aku tidak peduli padamu. Dengar, aku akan pergi keluar kota selama empat hari. Ini urusan bisnis dan kau jangan buat kekacauan selama itu."

"Aku mungkin akan pergi ke suatu tempat." Katamu di sela-sela tangisanmu.

...

Jeno akan pergi ke luar kota selama empat hari. Kau tidak keberatan sama sekali dan malah punya waktu untuk berpikir.

"Aku bisa saja tidur dengan wanita lain selama disana. Kau tidak khawatir?" kata Jeno sambil
mengepak kopernya.

"Tidurlah. Aku tidak melarangmu menjadi bajingan seperti itu. Kau tahu, jika kau benar-benar mencintaiku, kau tidak akan melakukannya. Dan kau mengatakan itu bukan seperti ancaman, tapi memint izin padaku." Katamu dan pergi sambil membuang napas kasar.

...

Sekarang sudah hari kedua sejak Jeno pergi. Kau mulai berpikir bodoh karena tidak bisa memberikan Jeno seorang bayi yang manis.

Kau berpikir akan bunuh diri karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk Jeno.

"Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Seharusnya aku mati membusuk lebih cepat."
Kau memegang pisau itu gemetar. Dan akhirnya menusuk dirimu sendiri yang sudah putus asa.

...

Sementara itu, Jeno menyuruh adiknya, Herin untuk memeriksa keadaanmu. Dan saat dia sudah datang di rumahmu, dia langsung
membawamu ke rumah sakit.

...

Kau tersadar. Jeno ada di sampingmu, tertidur dengan tenang. Kau sulit bergerak. Jarimu bergerak-gerak kecil dan Jeno terbangun karenanya.

"Sudah bangun kau ternyata. Kenapa kau berbuat nekad hah?"

Ada rasa bahagia sekaligus cemas di raut muka Jeno saat itu. Kau tersenyum samar. Tanganmu masih digenggamnya dengan erat.

"Apa kau memedulikanku?" tanyamu memelas.

"Jangan bicara seperti itu. Kau tahu, aku sangat khawatir begitu mendengar kabarmu."

"Oh, sepertinya kau takut kehilanganku." Katamu sambil terkekeh.

"Jangan lakukan hal-hal bodoh lagi. Dengar (y/n), aku sudah tahu semuanya tentangmu. Jangan lakukan hal bodoh dan jangan putus asa."

"Kenapa? Aku tidak bisa memberikanmu yang terbaik." Katamu dengan nada rendah.

"Aku tidak peduli kau tidak bisa memberikanku seorang bayi. Tapi aku butuh kamu untuk hidup. Aku baru sadar, aku mencintiamu seperti orang gila hingga aku ingin menjauh darimu karena kau benar-benar membuatku jatuh cinta. (Y/n)-ssi, dengar. Aku mencintaimu, tak peduli dengan kekuranganmu. Jadi kumohon, bertahanlah."

Dia mencium tanganmu. Sudah seperti ini, dia baru mengaku dengan perasaannya. Bodoh sekali.

"Jeno ya, apa kau mau kita mengadopsi seorang bayi yang sama sekali tidak ada hubungan darah dengan kita? Apa kau mau merawatnya seperti anakmu sendiri?" tanyamu memastikan pertanyaan yang tersimpan di benakmu sejak lama.

"Aku mau asal kamu bahagia." Katanya dan mencium tanganmu lagi.


a/n : suka nggak sih alurnya aku bikin begini? Bayangin deh coba bayangin kamu itu (y/n) dan kamu punya suami kaya Jeno! Bayangin gaes! *nangis guling guling

nct • imagine✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin