45; winwin

2.4K 278 16
                                    

Sudah hampir dua tahun Winwin mengirim pesan kepadamu. Pesan itu meskipun terus terkirim, tak pernah ada balasan satupun.

Winwin pernah mencoba meneleponmu, tapi juga terus menggantung dan tidak ada yang menerima panggilan.

Kenapa?

Karena nomor telepon itu tidak di tanganmu sekarang.

. . .

"Hei, bisa tidak mengetik dengan cepat?" Suhyun membentakmu untuk kedua kalinya.

"Apa ini kurang cepat? Ini sudah secepat kilat!" katamu kesal. Kau menggerutu, "dasar kotoran biawak."

Suhyun tentu tidak mendengarkanmu karena dia sedang asyik dengan ponselnya sambil minum jus. Kau sangat menderita harus satu kelompok bersamanya. Itu berarti kau harus bertanggung jawab atas tugas.

Meski begitu, kau tetap menuliskan nama Suhyun pada anggota kelompok, dan mengatakan pada guru bahwa dia tidak melakukan apa-apa.

"Suhyun!" temannya menyapa Suhyun. Kemudian berbisik, membulatkan mata Suhyun yang memang sudah bulat.

Suhyun langsung pergi meninggalkan ponselnya dan jus yang ada di bangku. Kau melirik ponsel Suhyun, rasa penasaran muncul di benakmu.

Kau mengambil ponsel Suhyun tanpa seorangpun tahu. Kemudian kau membuka ponselnya dan langsung mendapati pin pengaman. Kau mencoba beberapa kali dan akhirnya kau dapat membuka pin yang 'terlalu mudah' itu.

Kau membuka kotak masuk pada pesan dan mendapati nama Winwin disana. Kau membaca satu demi satu.

Aku merindukanmu.

Hei, saat ini hujan. Kita biasa minum teh hijau bersama.

Kemejaku robek. Aku tidak bisa menjahit. Kau yang biasa melakukannya untukku.

Apa kau tidak bisa membalas pesanku?

Kau dengan cepat membuka ponsel Suhyun, mengambil sim card dan menyembunyikannya di sakumu, lalu menghidupkan kembali ponsel perempuan itu.

"Winwin, masamu untuk menunggu telah habis." katamu lirih.

Kamu cepat-cepat memberesi laptop dan buku-buku yang ada di bangku. Suhyun kembali.

"Hei! Kau mau kemana?" Suhyun berteriak. Kau tidak menggubris dan pergi dari kelas.

Jam pulang yang kau gunakan untuk mengerjakan tugas itu telah berakhir. Kau segera mencari kendaraan yang mengantarmu ke rumah Winwin.

Kau menaruh sim card tersebut ke ponsel. Dengan tangkas, kau mencari nama Winwin di kontak dan meneleponnya.

Sambil menunggu panggilan, kau menyalakan GPS dan menunjukkan jalan pada sopir. Tapi,

Brakk!

. . .

Kau terbangun dengan mata yang amat berat. Sudah pasti setelah kecelakaan itu, seseorang membawamu ke rumah sakit.

"Hei, sudah sadar rupanya?" Suhyun. Dia membayar orang untuk menggagalkan rencanamu.

"Apa yang kau lakukan hah?" katamu sambil dengan perlahan mencoba duduk.

"Kau sudah merebutnya." kata Suhyun sambil berpaling darimu.

"Merebut?" kau mencoba fokus. "Maksudnya, kau-"

"Ya, aku menyukai Winwin. Aku mencintainya. Aku yang mencuri sim cardmu dan aku sudah jemu dengan semua spamnya yang terus merindukanmu."

"Suhyun, bolehkah aku berkata kalau kau tidak pantas untuknya?"

nct • imagine✔️Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum