36; chenle

3.6K 400 10
                                    

Siang yang sangat terik, matematika yang membakar, itu semua merupakan satu sensasi yang sangat indah.

Pria di sampingmu sedari tadi menaruh kepalanya di bahumu sambil bergumam ini itu tidak jelas. Dan kau hanya menjawab 'hmm', setidaknya dia sudah puas.

"(Y/n), kau tahu kenapa power ranger kalah dengan ultraman? Karena power ranger tidak bilang 'sah' untuk menikahi istrinya."

"Hmm."

Guru matematika itu mendekati kalian dan menggebrak meja membuat Chenle gelagapan. Dia terbangun dari sandarannya lalu tersenyum ke arah guru tersebut.

"Chenle? Kamu tahu kenapa nilai kamu nol?" Guru itu tersenyum. Seperti iblis.

"Aku tidak tahu." Chenle menggeleng.

"Karena kamu otak udang."

Chenle langsung tertawa seperti dolphin dan terdiam seketika karena perasaannya tidak enak.

"Kamu masih bisa tertawa padahal tidak bisa membanggakan orang tuamu." Guru matematika itu melipat tangannya di depan dada. "Kamu manusia atau bukan?"

"Saya manusia. Tapi setelah saya ke klinik tong cold, saya jadi dolphin." Chenle tersenyum lebar.

"Keluar sekarang."

Chenle pun berdiri dan keluar dari kelas. Kamu tidak menyangka pria itu benar-benar tidak punya otak. Tapi, kenapa kamu menyukainya?

Saat istirahat, kau menghampiri Chenle yang duduk memelas di depan kelas. Dia langsung berdiri dengan mata berbinar ketika melihatmu disana. Dia langsung memelukmu erat-erat.

"Hei, lepaskan."

Chenle langsung melepaskan pelukannya dan mengisi sela-sela jarimu dengan jarinya.

"Ayo kita makan." ajakannya membuatmu tersenyum.

Chenle menggandengmu sepanjang perjalanan ke kantin. Setelah sampai di kantin, sepertinya tak ada lagi bangku yang kosong. Chenle pun menghampiri sebuah bangku yang agak longgar.

"Hei, bisa kau berikan bangkunya untuk pacarku?" tanya Chenle kepada seorang pria berkaca mata yang duduk sendirian di bangku empat kursi yang sudah ditempati dua orang dan pria tersebut.

"Oh o- oke."

Chenle tersenyum dan menepuk punggung pria itu. Kamu tersenyum dan duduk disana.

"Kamu tunggu disini sebentar. Aku akan mengambilkan makanan untukmu."

Kamu tersenyum dan menunggunya disana. Tak lama kemudian Chenle datang membawa makanannya dan milikmu.

"Chenle-ya. Aku ingin kau mengantarku ke toko buku."

"Buat apa?" tanya Chenle sebelum menyuapkan makanannya.

"Ingin membeli es kopi."

"Kenapa harus disana?"

"Ya jelas kesana aku membeli buku, sayang." katamu dengan nada kesal.

"Ah, maaf. Aku bercanda." Chenle tertawa kecil.

Chenle menyendokkan nasinya, kemudian menyuapkannya ke kamu. Kalian bertukar makanan hingga jam istirahat selesai.

Pulang sekolah, kau dan Chenle naik taksi bersama ke toko buku yang kau maksud. Chenle tertidur di bahumu selama perjalanan. Kau membelai kepalanya dan menciumi ujung kepalanya.

Kalianpun sampai di toko buku. Kau mencari buku yang kau inginkan. Sedangkan Chenle hanya diam sambil melihatmu yang berjalan mengelilingi setiap rak.

"Sayang, buku yang ini atau yang ini?"

Kau menunjukkan dua buku. Putih dan hitam dengan judul yang sama.

"Judulnya sama. Manapun bisa."

"Aku ingin yang hitam." katamu.

"Ya sudah yang hitam saja." jawabnya sambil tersenyum.

"Tapi yang putih lebih murah." katamu lagi.

"Putih saja kalau begitu." kata Chenle agak kesal.

"Tapi nanti gampang kotor." pikirmu.

Chenle berjalan mendekatimu. "Kalau begitu kau beli yang putih, minta diberi sampul agar tidak mudah kotor."

"Nanti tambah bia—"

Cup!

Chenle mengecup bibirmu singkat kemudian mengambil buku putih yang ada di tanganmu.

"Aku akan membayarnya untukmu, sayang."














A/n : uwo.

nct • imagine✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin