57; jeno

2.9K 267 8
                                    

Lelaki itu mirip almarhum kakakmu jika dilihat dari punggungnya. Kekar, punya tengkuk yang bagus dan bahu yang lebar.

Jika dilihat dari depan, dia selalu punya senyum manis yang bisa dia berikan untukmu. Senyuman dengan mata menyipit yang paling kamu kagumi.

Dan untuk hari ini, lagi-lagi kamu bersyukur masih dipertemukan dengannya. Lelaki yang selalu menghiburmu kala bersedih.

"Apa kamu masih menyukaiku seperti pertama kali bertemu?" tanyamu tanpa menoleh.

Jeno tersenyum. Dia membelai rambutmu dengan lembut. "Kamu masih menjadi perempuan yang kusukai. Bukan karena makin hari makin cantik, tapi karena sifatmu yang sejak awal kulihat masih sama hingga sekarang."

Kamu menoleh ke wajah Jeno yang tersinari pantulan cahaya dari depan. Mukamu menunjukkan ekspresi apa-maksudnya.

"Artinya, kamu sudah menunjukkan sifat aslimu sejak awal. Kamu perempuan yang benar-benar tangguh, pembohong yang buruk, jahil, dan ceroboh. Tapi kamu berusaha menyimpan sifat itu untuk dirimu sendiri supaya tidak merugikan orang lain. (Y/n), kamu orang hebat yang mampu membuat orang sepertiku bertahan."

Mungkin film yang sedang tayang merupakan peperangan hebat di abad 19. Tapi, peperangan batinmu terhadap Jeno tidak kalah hebatnya. Bahkan hingga dibicarakan ketika sedang menonton film.

Jeno mencubit lembut pipimu. "Aku menyayangimu seperti aku menyayangi diriku sendiri."

Kamu selalu takut kalau semua yang dikatakan Jeno hanyalah omong kosong. Kamu takut pula lelaki tampan sepertinya akan direbut oleh perempuan yang lebih cantik darimu. Kamu selalu takut bila kehilangannya, karena kamu bukanlah perempuan yang se-worth it itu untuk dipertahankan.

Kalimat Jeno yang menenangkan hatimu malah menimbulkan hal sebaliknya. Kamu menjadi makin tidak percaya dengan lelaki itu. Menjadi pudar rasa yang dulunya pekat. Menjadi rapuh yang dulunya kokoh.

Sepulang dari menonton film, Jeno mengajakmu pergi makan. Tapi kamu sama sekali tidak menginginkannya. Kamu sedang tidak nafsu untuk melakukan hal-hal lain. Akhirnya Jeno mengantarmu pulang.

Setelah turun dari motor, Jeno menahan tanganmu.

"Dengar, (y/n) sayang." Suaranya bahkan selembut sutra jika diwujudkan menjadi sebuah benda.

"Aku tidak ingin kamu bertengkar dengan perasaanmu. Cukup, perdebatan dengan pikiranmu tidak perlu dilanjutkan lagi. Aku ingin kamu tidur nyenyak malam ini."

"Aku-"

"Rasa percaya itu akan tumbuh lagi. Trauma masa lalu tidak pernah seorangpun tahu kapan usainya. Bertahanlah, tetaplah kuat. Aku disini menggandengmu, membantumu keluar dari badai."

Jeno tersenyum, mengisyaratkanmu untuk ikut tersenyum. Lalu kamu memeluk lelaki itu. Erat.




















. parody

a/n : no, iam not. aku ga akan hancurin imajinasiku sendiri yang bener bener lagi bucin banget :(

nct • imagine✔️Where stories live. Discover now