69; yuta

2.9K 244 7
                                    

Para pemain basket masih melanjutkan permainan di tengah cuaca yang panas ini. Kamu berlari ke bangku pinggir lapangan untuk menenggak air.

"Y/n! Ayo bermain lagi!" Teriak seseorang dari tengah lapangan sambil memegang bola.

"Sebentar." Kamu mengatur napas dahulu sebelum terjun kembali ke lapangan.

Mereka melanjutkan permainan. Kamu menyimak langkah-langkah mereka. Namun sesuatu terjadi hingga seseorang jatuh terguling dan susah untuk bangkit lagi. Kamu berlari menghampirinya.

"Yeji!" Kamu melihat beberapa luka yang ada di tubuh perempuan itu.

Lia dan Dara mencoba membopong Yeji, tapi mereka terlalu lemah. Melihat mereka yang kesulitan, kamu langsung berjongkok di depan Yeji, menyuruhnya naik. Kamu pun menggendongnya ke pinggir lapangan.

"Ambilkan kotak p3k!" Teriakmu sambil berlari ke pinggir lapangan menggendong Yeji.

. . .

Huft.

Sementara yang lain telah pulang, kamu masih merehatkan badanmu yang kelelahan. Melihat air minummu habis, kamu mendengus. Tak ada daya untukmu pergi membeli minuman.

Tiba-tiba seseorang berdiri di depanmu, menutupi sinar matahari yang menerpamu. Lelaki yang berdiri itu tampak bersinar membelakangi cahaya. Dia memberikan sebotol air minum sambil tersenyum.

"Ini belum kadaluwarsa kok," ucapnya.

Kamu menerima minuman tersebut. Dia duduk di sebelahmu, melihat lapangan luasnya lapangan.

Oh, inikah Yuta? Yang dibicarakan teman-teman satu angkatan kalau dia sedang digosipkan menyukai seseorang?

Batinmu merutuk sambil menenggak air minum itu.

"Mungkin kamu sudah dengar dari semua orang. Mereka sedang membicarakan aku di depan maupun di belakang," katanya yang menoleh ke arahmu.

"Aku tahu kamu mahasiswa jurusan olahraga dan ... itu saja," ucapmu sambil sedikit membuka kaki dan membungkuk bertumpu pada tangan.

Yuta terkekeh. "Beberapa orang tidak menyadari kalau sebenarnya orang yang kusukai itu adalah kamu."

Matamu membelalak, melihat ke arahnya dengan rasa tak percaya. Laki-laki asal Jepang itu tidak mungkin menyukai seorang yang sering berkeringat dan bau sepertimu.

"Aku?" Kamu menunjuk muka polosmu. "Perempuan berambut pendek, tidak pernah make up, selalu pakai sneakers sepertiku? Kamu yakin tidak menyukai gadis lain yang pandai bersolek, pakai pakaian feminim, memakai high heels ...?"

"Ya, aku menyukai si kapten tim basket wanita." Sebelum kamu mengucap, Yuta menimpali, "Tadi aku melihatmu menggendong seorang gadis. Sebenarnya aku berdiri disana tadi."

Yuta menunjuk sebuah tempat di luar lapangan. Agak jauh. Mungkin dia bisa melihatmu dari sana. Tapi kamu tidak akan menyadarinya.

"Di permainan sebelumnya kakimu sempat keseleo, kan? Aku lihat kamu berjalan tertatih. Apa tidak sakit ketika menggendong temanmu saat ankle-mu terluka?"

"Aku tahu batas kemampuanku. Dan saat itu aku berpikir aku bisa melakukannya. Tapi, kenapa kamu melihat kami bermain?"

"Aku tidak melihat kalian." Yuta mencebik. "Aku melihatmu."

Kamu menghela napas panjang lalu berkata, "-"

"Eh sebentar!" Namun disela oleh Yuta. "Aku tidak ingin kamu terdesak dengan ungkapanku hari ini bahwa aku menyukaimu. Aku hanya ingin mengatakannya supaya kamu tahu, dan kita bisa saling mengenal."

Laki-laki itu tersenyum manis dengan tatapan yang lembut.

"Wahh!" Kamu mengibaskan kaosmu, merasa sangat kepanasan. "Jangan menatapku seperti itu."

Yuta tersenyum miring. "Oh iya. Kakimu masih sakit? Kiri kan?" Dia berjongkok di depanmu, membuka sepatumu. Kamu hanya diam, menyimak apa yang diperbuatnya.

Yuta membuka kaus kakimu. (Dan kamu sangat takut jika lelaki itu mengeluh tentang bau kaos kakimu). Dia memijat kakimu sambil berkata, "apa yang kau lakukan hari ini sangat gentleman."

"Ya, terserah."

Ia memutar pergelangan kakimu, berusaha membuat kakimu pulih. Dia memegang kakimu lalu menariknya hingga menimbulkan bunyi yang satisfying untuk didengar.

Yuta mendongak, tersenyum lagi. "Aku yakin itu bisa membuatmu kembali bermain basket besok."

Kamu berdiri. Merasakan kakimu yang baru saja dipijatnya.

"Kamu bisa jalan?" Tanya Yuta.

"Bisa," katamu sambil melangkahkan kaki.

"Kapan? Nanti malam aku ada jadwal kosong. Besok, lusa, besok lusa juga bisa."

Kamu melihat datar ke arah Yuta. Lelaki licik itu tertawa. "Aku bercanda," katanya. "Kamu istirahatlah. Jangan banyak bergerak. Meski sekarang kakimu terasa sembuh, sebenarnya itu belum sepenuhnya. Aku ada janji dengan temanku. Aku pergi dulu."

Sebelum laki-laki itu pergi, kamu menarik tangannya. Yuta menoleh. "Terima kasih," katamu malu-malu.

Yuta mengacak rambutmu. Dia mengadakan tangannya lalu berjalan pergi sambil merekahkan senyumannya.

Kamu bergumam, "dia seharusnya mengikuti kelas ortopedi."



















A/n: gais, ini ff nct terakhir dariku😭 Besok udah ganti cerita lagi ya. Simak aja terus ganti cerita apa besok😃

See you soon~

nct • imagine✔️Where stories live. Discover now