51; taeyong

3.5K 343 9
                                    

Alarm yang sejak tadi berdering berisik ditambah teriakan ibumu sambil menggedor pintu yang sengaja kau kunci adalah kombinasi yang membuatmu terbangun gelagapan dari tidur yang nyenyak.

"Iya, aku bangun!" teriakmu sambil mematikan alarm. Teriakan ibumu mereda. Suara itu menjauh seperti gumaman. Sepertinya ibumu sudah turun ke lantai dasar untuk menyiapkan sarapan.

Dan sepertinya kau tidak akan mencicipi sedikitpun masakan ibumu pagi itu —jika tidak kau jadikan bekal, karena jarum jam menunjukkan waktu dimana kau seharusnya sudah sampai di sekolah.

Tanpa mandi, kau langsung memakai seragam, memakai parfum, mengoles lip ice ke bibir manismu dan memasukkan buku-buku yang ada di atas meja belajar ke dalam tasmu.

Kau lekas turun dari kamarmu di lantai dua dan langsung mengambil sebuah sandwich dan pergi keluar rumah.

"Aku berangkat!" Teriakmu sambil melambaikan tangan. Taeyong yang sudah menunggumu dengan motor kerennya yang berwarna merah hitam itu telah siap berangkat.

Taeyong melajukan motornya sangat kencang. Kau memeluk Taeyong dengan erat dan mencoba melahap sandwich di tanganmu dengan rakus.

Begitu sampai di sekolah, Taeyong tidak segera berlari ke kelasnya, malah mengantarmu sampai kelas.

"Apa yang kau lakukan?" tanyamu masih terus berlari tanpa mengurangi kecepatan.

"Aku tidak ingin kau berlari terlalu kencang lalu tersungkur. Malunya lebih besar dibanding rasa sakitnya. Kan?"

Ketika kau sudah sampai di depan kelas, Taeyong mencium keningmu lalu mengacak ujung kepalamu. Kemudian dia berlari ke kelasnya.

Kau masuk ke dalam kelas. Beruntung guru masih belum masuk ke kelas.

"Y/n, kenapa kau hampir terlambat huh? Sudah bosan sekolah? Kau berpikir untuk bolos?" Herim, temanmu, berceloteh tak karuan.

"Aku... insomnia... tadi malam." Kau mengatur napas dan menenangkan denyut jantungmu yang memompa dengan cepat.

"Bagaimana bisa kau insomnia? Apa kau belajar terlalu keras? Sejak kapan kau membaca buku?"

"Diam. Aku hanya bermimpi aneh."

"Lagi?"

"Sst!"

Kau terduduk. Tak lama kemudian guru fisika itu masuk.

. . .

Istirahat tiba. Herim mengajakmu ke kantin. "Kita ke kantin ya, baru nanti kita kumpulkan buku sejarah."

"Buku sejarah?" tanyamu sambil mengerutkan kening.

"Ya. Tadi malam sudah berbincang-bincang di grup chat. Buku sejarah dikumpulkan hari ini. Jangan bilang kau tak membawanya."

"Sialan."

Kau dan Herim pergi ke kantin. Masa bodoh dengan buku sejarah dan nilai. Kau hanya tidak perlu memikirkannya.

"Hei." Taeyong menghampirimu bersama temannya, Ten.

"Kenapa mukamu cemberut hah?" tanya Taeyong yang tak kau jawab.

Dia menarik dagumu. "Ada apa?"

"Bukunya sejarahnya tertinggal dan mungkin dia tidak akan mendapat nilai. Sudah dua kali hal ini terjadi." Herim menjelaskan.

"Tidak penting. Aku hanya badmood saja. Tidak ada yang harus dipikirkan." katamu sambil tersenyum kecut.

"Apa yang tidak penting? Kalau nilaimu jelek, kau bisa saja tidak lulus tahun ini, y/n!" Taeyong naik darah melihatmu putus asa seperti itu.

"Aku pasti lulus. Akan kugunakan cara lain. Aku akan bersungguh-sungguh setelah ini." katamu.

"Ten, urus surat izin untukku. Aku akan pergi." Taeyong beringsut dan tidak menghiraukanmu yang menolak untuk pergi.

. . .

Istirahat sudah usai. Kau belum mendapat buku sejarah yang diambilkan Taeyong. Pria itu entah kemana tak kunjung datang dan membuatmu resah.

Ketika guru sejarah masuk, Taeyong meneleponmu.

"Sayang, dimana kau meletakkan buku sejarahmu?" tanya Taeyong sambil membaca sampul buku-bukumu di atas meja belajar yang berserakan tak keruan.

"Aku menaruhnya di... Ah, berdiri di sudut meja dengan buku-buku tebal lainnya."

Taeyong mematikan panggilan begitu mendapat buku sejarahmu.

"Selagi saya keluar untuk mengambil buku yang tertinggal, tolong kumpulkan pekerjaan rumah kalian." ujar guru sejarah itu kemudian berlalu.

"Y/n, bagaimana dengan Taeyong?" Herim berbisik ke telingamu.

"Kau tahu, bahwa tadi malam aku bermimpi sesuatu yang buruk terjadi padanya." katamu dengan raut muka pucat.

"Jangan katakan..."

"Iya. Aku takut hal itu terjadi. Kau tahu sendiri Taeyong akan melajukan motornya dalam kecepatan maksimal ketika dia sedang terdesak."

"Sst." Herim merangkulmu.

Sementara guru telah kembali masuk, kau belum mendapati kedatangan Taeyong sama sekali.

"Y/n, apa kau sudah mengumpulkan buku? Bukankah kau seharusnya tidak meninggalkannya di rumah?" Guru sejarah itu berkicau.

"Saya tahu. Saya..."

Pintu terketuk. Taeyong menunjukkan buku sejarahmu sambil tersenyum. Dia melihat guru sejarahmu sambil tersenyum dan membungkuk. Kau segera mengambil buku yang dibawa Taeyong.

"Taeyong, apa kau baik-baik saja?" tanyamu khawatir.

"Kenapa kau pucat pasi begitu? Jangan pikirkan aku dan belajarlah dengan rajin." Taeyong mengacak ujung kepalamu. Dia membungkuk pada guru sejarah itu lalu beringsut pergi.

. . .

Taeyong ada di ruang menari. Dia sedang menari sendiri sambil bercermin. Kau masuk kesana dan langsung memeluk Taeyong.

"Hei, kenapa?" Taeyong membalas pelukanmu.

"Aku tidak ingin kehilanganmu."

"Bilang apa kau ini."

"Aku khawatir padamu."

Taeyong terkekeh. "Aku menaiki motor itu kira-kira 80km/jam. Dan jalanan sedang sangat longgar. Aku dengan bebas menelusuri jalan itu ke rumahmu."

"Tapi tetap saja kau seharusnya tidak perlu melakukan itu."

"Dan kau terancam tidak lulus tahun ini?"

Taeyong melepas pelukanmu. Dia mengecup bibirmu. "Dengar. Kalau kau butuh bantuan, kau hanya mengatakannya. Jangan ragu. Apa gunanya aku sebagai pacar kalau tidak bisa membantu?"

"Maksudku, usahamu terlalu keras."

"Karena aku berhubungan denganmu tidak main-main. Aku serius padamu." Taeyong tersenyum.

Kau memeluknya sekali lagi. "Terima kasih sudah memercayaiku selama ini. Kau adalah yang terbaik, Taeyong."

Taeyong membelai rambutmu sambil tersenyum. "Ya. Kepercayaan adalah satu-satunya kunci agar sebuah hubungan berjalan lancar."



















.parody

"Y/n, apa kau sudah mengumpulkan buku? Bukankah kau seharusnya tidak meninggalkannya di rumah?" Guru sejarah itu berkicau.

"Saya tahu. Saya...

...saya? Jadi, duta shampo lain? Ahahahaha, ups!"

nct • imagine✔️Where stories live. Discover now