BAB 2 | She is different

40.2K 1.8K 30
                                    

Kigan harus dirawat di dalam ruang NICU kembali. Berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter, Kigan menderita pneumonia, semacam gangguan pernapasan pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri.

Dokter menganjurkan agar Kigan dirawat terlebih dahulu di rumah sakit supaya keadaanya membaik. Anak kedua Gunawan dan Ardina itu kembali menggunakan selang ventilator yang langsung masuk ke dalam hidung dan trakeanya. Alat itu membantunya bernapas saat ini.

Ardina hanya bisa terduduk lemas didepan ruang NICU diiringi dengan air matanya yang tidak berhenti mengalir sejak dirinya harus menerima kenyataan kalau bayinya itu menderita penyakit yang bahkan tidak pernah di dengarnya.

Malam yang sudah hampir larut tak membuat Jena enggan mendatangi rumah sakit. Begitu mendengar penyakit yang dialami  oleh cucunya, Jena sudah tahu harus berbuat apa. Ia membawa beberapa helai pakaian ganti untuk anak dan menantunya. Tak lupa ia juga mengajak Megan kesana untuk tetap tinggal bersama Ardina karena bayi itu masih membutuhkan asupan ASI.

Kasihannya, malam itu Ardina bahkan tidak bisa memberikan ASI nya kepada Megan karena tidak ada setetes pun yang keluar melalui payudaranya. Jena mengerti kenapa hal itu bisa terjadi. Rasa lelah karena mengurus bayi yang rewel serta tekanan akan rasa khawatir membuat Ardina stress hingga ia merusak siklus tubuhnya.

Setelah mendengar saran dokter, akhirnya Ardina memilih untuk dirawat saja di rumah sakit sembari memulihkan kondisi tubuhnya Dan lebih mudah melihat Kigan setiap saat.

Lebih kurang dua minggu lamanya Kigan dirawat di rumah sakit. Kesehatannya mulai menunjukkan kemajuan yang lumayan. Bayi itu tidak lagi rewel seperti dulu. Bakteri di paru-parunya juga sudah teratasi dengan baik. Berat tubuhnya pun kembali normal, walau belum bisa menyaingi bobot tubuh Megan yang luar biasa sehat.

"Hari ini bayi ibu sudah bisa pulang. Tapi harus diperhatikan kesehatannya. Kalau mulai demam kembali, segera bawa kesini." Pesan dokter anak yang menangani Kigan saat itu.

Ardina mengangguk paham tanpa sepatah kata pun. Gunawan menghela napas leganya. Hari yang paling ditunggu nya sejak kemarin akhirnya tiba.

"Pernapasannya apakah sudah normal docter?" sela Rowan, ayah Ardina yang semalam baru tiba di Indonesia. Aksen inggrisnya kental sekali.

"Sudah bapak. Tapi jangan sampai lengah, ya. Kigan agak sedikit berbeda dari adiknya. Sistem imun tubuhnya sedikit lemah sehingga dia mudah terserang penyakit. Ada baiknya ia diberikan ruang yang tertutup namun dengan ventilasi yang bagus. Dan kalau bisa di berikan kelambu disekitar tempat tidurnya untuk sementara waktu."

"Baik, docter." Jawab Rowan tegas. Jena mengelus lengan suaminya.

"Untuk sementara Kigan jangan di biarkan berdekatan dengan kembaran nya dulu, sampai ia benar-benar pulih total." Saran dokter.

Ardina mengangguk paham.

"Setiap minggu dikontrol, ya." Pungkas dokter sebelum mengakhiri percakapan mereka.

Gunawan mulai tersenyum.

"Saya permisi dulu." Dokter itu pun pamit meninggal kan keluarga yang penuh rasa gembira itu.

Ardina mengikuti semua saran dokter. Ia menyiapkan kamar khusus untuk Kigan. Kamar itu tidak memiliki perabotan apapun kecuali tempat tidur yang dipasang kelambu putih. Ventilasi jendela juga sudah dibersihkan dengan sangat teliti. Kamar itu letaknya tepat disebelah kamar Kemal dilantai satu yang sebelumnya menjadi kamar tidur Mama dan ibu mertuanya.

Kinan's Life Story (SELESAI)Where stories live. Discover now