BAB 50 | In the end, he knows ...

24.4K 1.4K 63
                                    

REVISI : 8 OCT 2018


Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!

Tim fino keluar menjadi pemenang hari ini. Sesaat setelah pertandingan berakhir, fino meraih tasnya lalu pergi meninggalkan sekolah. Mood nya naik turun. Untungnya, emosinya bisa membakar semangatnya untuk menang.

Keesokan paginya, kinan masuk ke dalam kelasnya. Namun pemandangan pagi ini berbeda. Fino sudah lebih dulu duduk di bangkunya seperti ia pemilik kursi itu. Kinan melangkah pelan dan memperhatikan wajah fino yang campur aduk.

Kinan selalu tiba disekolah sekitar pukul 6.20 pagi dan fino datang lebih awal darinya.

"Ngapain lo pagi-pagi disini?" Tanya kinan. Gaya bicara kinan dengan fino sudah tidak seperti dulu lagi. Sekarang ia sudah punya keberanian melawan walaupun sedikit.

"Kemana lo semalam?" Tanya fino datar.

"Kapan?" Kinan memasang wajah cuek.

"Pulang sekolah." Nada fino masih tenang.

"Oh." Jawabnya santai. Ia begitu tidak peduli.

"Oh?" Fino berdiri. "Lo tahu gak semalam temen-temen lo turun main futsal mati-matian kemana peduli lo?" Nadanya mulai tinggi.

"Ya udah sih. Menang juga kan gue gak ada. Lagian juga gak ada hubungannya dengan gue." Kinan menjawabnya dengan malas.

"Kalo lo marah sama gue, oke. Tapi setidaknya hargai perjuangan wiji, doni dan dani main kemarin. Semua teman sekelas lo nonton kasih semangat. Lo kemana?" Rahang fino mengeras.

"Sebenarnya yang butuh semangat itu mereka apa lo sih?" Kinan kesal dengan kalimat fino membawa nama teman-temannya padahal ia yang membutuhkannya. "Udah deh gue males pagi-pagi debat sama lo." Kinan membuang wajahnya ke arah lain sambil melepaskan tas sandangnya dan meletakannya di atas meja.

Fino diam sesaat. Gue yang butuh semangat, benaknya. "Kemana lo tiga hari gak masuk sekolah. Ijin alasan lo. Hidup lo kayaknya sibuk banget sampe ijin sana sini." Ia mengalihkan pembicaraan.
"Harusnya lo tanya sama diri lo kemana gue gak masuk sekolah." Balas kinan.

Fino tidak bisa menjawab. Kinan berbalik tapi fino menahan lengannya.

"Kenapa sih lo selalu aja kayak gini?" Fino melihat lebam kecil di lengan kinan. Hari ini gadis itu tidak mengenakan jaket. "Dirumah lo ngapain, kuli bangunan? Yang kemarin juga disini, terus kaki lo luka, lo ngapain aja dirumah."

"Udah lah lo gak usah sok peduli sama gue. Ujung-ujungnya lo juga yang bikin gue kayak gini." Kinan berbalik lalu pergi dari sana.

Fino menghempaskan tubuhnya di bangku kinan. Ia geram. Ia menendang meja kinan dengan kuat. Ia melirik tas kinan. Ia bangkit dan membawa tas kinan pergi dari kelas itu.

***

Ana datang sedikit lebih awal dari biasanya hari ini. Ia melihat fino lewat di depannya sambil membawa tas ransel bewarna cokelat yang sangat familiar untuknya. Fino menuju gedung olahraga.

Kayak pernah lihat tasnya, tapi dimana ya, kata ana pada diri sendiri.

Fino meletakkan tas kinan di kursi pemain di tengah lapangan. Ia sengaja meninggalakan tas itu disana. Ia setengah berlari menuju pintu keluar. Namun langkahnya terhenti dan ia kembali ke kursi pemain. Pikirannya bercampur aduk. Akhirnya fino membuka tas kinan.

Tas itu ada 3 kantong utama. Satu kantong besar tempat buku. Satu kantong kecil di tengah atas yang hanya berukuran 10cm. Lalu kantong berukuran sedang di bagian depan.

Kinan's Life Story (SELESAI)Where stories live. Discover now