BAB 19 | First bruises

24.6K 1.4K 17
                                    

REVISI: 7 OCT 2018

Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!

Kinan, Ana dan Yuli berjalan menuju kelas sambil asyik mengobrol. Saat masuk ke dalam kelas, Kinan terkejut melihat meja dan kursinya tidak ada ditempatnya. Ia mengitari seisi kelas namun tidak melihat mejanya. Ia keluar kelas dan melihat meja serta kursinya ada di depan kelas 11IPA2 tepat berbatasan dengan kelas 11IPA1.

Kinan berlari menuju kelas 11IPA2 lalu menarik mejanya dibantu oleh Yuli. Sedangkan Ana mengangkat kursi. Mereka kembali ke kelas berusah payah.

Kinan menoleh ke arah Fino yang sedang melihatnya sambil tersenyum. Kinan menarik napas dalam dan memilih bersabar.

Wajah Fino yang tadinya tersenyum berubah kaku melihat Kinan yang tidak ada reaksi. Ia bangkit dari kursi lalu berdiri di depan meja Kinan. Ana dan Yuli saling melotot tak percaya.

Kinan menoleh ke arah depan. Ia melihat wajah Fino sedang menatap lekat ke arahnya. Terbesit rasa bahagia melihat wajah itu. Tak pernah ia bayangkan melihat wajah Fino sedekat ini. Kinan memperhatikan secara detil wajah itu.

Wajah Fino yang polos dan lembut tidak menggambarkan kenakalan cowok itu. Bahkan wajahnya memperlihatkan sisi penyayang dan penuh kehangatan didalam dirinya yang tenang. Ujung bibir Kinan mulai naik untuk tersenyum.

"Sejak kapan lo kenal sama Ranu," kalimat itu keluar dari mulut Fino.

Wajah Kinan berubah kaku.

"Tadi pagi gue lihat lo ngobrol sama Ranu. Udah lama lo kenal dia?" Tanya Fino datar.

Kinan masih berdiam. Ia melirik Ana yang menatapnya heran. Ia baru saja menyatakan kalau dirinya tidak kenal pada Ranu tapi Fino malah membuatnya terpojok.

"Lo bisu atau apa? Gue tanya sama lo!" Suaranya mulai meninggi.

"Emm, aku gak kenal sama Ranu." Jawab Kinan gugup.

"Gak usah bohong. Lo kira gue buta. Gue bisa lihat kalo Ranu ngobrol sama lo panjang lebar." Fino berang.

Kinan menunduk. Ia kehabisan alasan untuk menjawab.

"Pasti Ranu punya sesuatu soal lo kan?" Tebak Fino.
Kinan mendongak kaget. Bagaimana fino bisa menebak setepat itu.

Fino tertawa. "Bener!"

Semuanya terasa berputar di kepala Kinan saat itu. Pesan Megan padanya, informasi dari Ana dan Yuli barusan. Kinan masih berdiam dan memilih tidak melawan.

Fino kehabisan cara membuat gadis didepannya berontak agar suasanya menjadi lebih seru. Tapi ia malu hati karena Kinan memilih diam. Fino kembali ke tempat duduknya. Kinan menghembuskan napas dalam. Perasaanya sedikit lega.

Fino berbalik ke arah depan ketika ia melihat salah satu temannya masuk ke dalam kelas sambil menghirup air oren dalam kantong plastik. Ia bisa memastikan kalau temannya itu akan lewat disebelah kinan.

Fino berjalan dengan cepat kemudian dengan sengaja menyenggol temannya itu ke arah Kinan hingga air oren itu tumpah tepat diatas meja. Air oren itu membasahi seluruh bagian depan rok dan seragam kinan. Hingga meninggalkan warna oren yang sangat jelas.

Kinan bergegas berdiri agar air itu tidak terlalu merembes ke bagian yang lain.

"Sorry, ki, sorry. Gue ditolak sama Fino." Ucap teman sekelasnya itu.

Kinan menoleh ke arah Fino yang sedang jalan menuju mejanya tanpa wajah bersalah. Kinan mendekat ke arah Fino.

"Mau kamu apa?" Tanya Kinan pada Fino yang masih membelakanginya.

Kinan's Life Story (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang