BAB 39 | They are connecting

24.2K 1.2K 6
                                    

REVISI : 8 OCT 2018

Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!

Kinan memutar ke kiri dan ke kanan. Matanya tidak bisa menutup karena pikirannya terus bekerja mencerna fakta tentang megan. Dibalik wajah manis dan galak adiknya ternyata ada cerita memilukan disana. Ia juga ingat waktu ia pernah sakit tiba-tiba.

Subuh itu, kinan sedang lelap tertidur. Tiba-tiba ia sadar dan menggigil seketika. Melihat kamarnya yang gelap, ia merasa ketakutan. Kemudian ia menangis dan memanggil nama Rowan dan Jena.

Saat nananya bertanya kenapa ia seperti itu, kinan hanya menjawab 'gak tahu' dengan air mata yang terus mengalir.

Tak berlangsung lama, tubuhnya mulai demam dan berlanjut selama dua hari. Belum lagi kadang-kadang ia merasa sedih dan menangis tanpa sebab. Namun tanpa disadari semuanya hilang dan tanpa bekas. Kinan sudah kembali seperti semula.

Kinan berusaha untuk tidur. Namun matanya kembali terbuka saat ia memikirkan perkataan papanya yang bilang kalau megan tidak punya teman disekolah. Menurutnya itu tidak benar. Karena ia selalu melihat megan dikerumuni oleh teman-temannya. Bahkan banyak yang menyukainya kecuali ranu.

Ditambah lagi saat dirinya dan megan berbicara, kembarannya itu juga mengatakan kalau ia sudah bersyukur memiliki Rita. Kinan bingung. Ia merasa apa yang dilihatnya tidak seperti apa yang didengarnya.

***

Kinan duduk diatas closet sambil memegang perutnya. Sudah dua hari ia mengalami sakit perut seperti ini. Ia berusaha menahannya. Ia keluar dari dalam kamar mandi lalu menuju meja makan dan sarapan bersama.

"Din, megan mana? Kenapa belum sarapan?" Tanya Gunawan pada istrinya.

"Tadi katanya dia sakit perut, pa," sahut kemal.

Kinan terkejut. Bagaimana mungkin dirinya dan megan sakit perut bersamaan. Kinan tersenyum geli. Ia merasa bahagia karena paling tidak jauh didalam hati mereka masih menyimpan kontak batin layaknya anak kembar yang lain.

Dirinya sakit perut dan megan juga bisa merasakannya. Sama seperti megan sedih waktu itu dan ia merasakannya. Ada sedikit bahagia terselip dihati kinan.

Megan turun dari lantai dua dan bergabung dengan keluarganya untuk sarapan bersama.

"Kamu sakit apa, sayang?" Tanya Ardina.

"Sakit perut, ma dari semalam." Jawabnya lemas.

"Kamu ada salah makan?"

"Gak tahu, ma. Semalam gak ada makan yang aneh-aneh."

"Mau papa anterin ke dokter?" Tanya gunawan.

"Gak usah, pa. Nanti aja lihat besok. Kalo belom hilang baru ke dokter."

"Ya sudah."

Mereka kembali tenang dan melahap sarapan pagi itu bersama. Kinan menatap megan penuh kasih sayang. Tak pernah ia memberikan rasa sayangnya untuk megan sebesar hari ini. Sekarang ia paham kalau dirinya sangat menyayangi megan kembarannya.

***

Kinan berjalan memasuki gerbang sekolah dengan rasa sakit di perutnya yang semakin terasa. Setelah sarapan tadi ia merasa dirinya baik-baik saja. Namun saat dalam perjalanan ia merasakan perutnya seperti ada yang mengikat dengan kuat hingga ia susah duduk. Kinan masuk ke kelas dan teman-temannya belum datang. Ia duduk di kursinya dan menenggelamkan kepalanya di atas meja.

Kenapa lagi sih ini perut. Gak pernah-pernah sakit kayak gini, katanya pada diri sendiri.

Teman-temannya yang lain ikut kasihan dengan kinan. Karena sakit perutnya ini, ia tidak konsentrasi belajar. Sedari tadi jika ada celah, ia hanya menunduk dan menekan perutnya yang sakit. Dewi menjadi saksi betapa kinan merasa tersiksa.

Kinan's Life Story (SELESAI)Where stories live. Discover now