BAB 66 | They're still Twins-Sister

22.9K 1.2K 2
                                    

REVISI : 10 OCT 2018

Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!

Megan masuk ke kamar kinan lalu menghidupkan saklar lampu kamar itu dan menutup gorden jendela. Hal itu sudah kebiasaan baginya setiap kali ia masuk kamar. Baik itu kamarnya maupun kamar orang lain. Ia membongkar lemari kinan dan memilih salah satu pakaian yang sesuai dengan tubuhnya. Ia hanya ingin mempersingkat waktu daripada ia menuju kamarnya yang menuju lantai dua.

Lantai ruang itu mulai becek oleh air hujan. Kecoa dan tikus mulai masuk satu persatu dari bawah pintu.

"ARGH!!!! Kinan berteriak geli. Ia naik ke atas kursi. "Megan tolong! Tolong," teriaknya dengan kuat namun suaranya kalah saing dengan bunyi hujan. "Tolong!"

Entah kenapa megan kepikiran sekali dengan kinan sejak dari sekolah tadi. Padahal ia sama sekali tidak pernah seperti ini sebelumnya. Akhirnya megan menelepon ranu. Dua kali panggilan ia mencoba menelepon ranu tapi tidak diangkat. Megan mengirim pesan.

Lo ada lihat kinan gak? Dia belum pulang.

Tak lama ranu menelepon balik.

"Halo," jawab Megan.

"Maksud lo apa kinan belom balik?" Suara Ranu seperti gelisah.

Megan mulai menceritakan kronologi kinan mengirim pesan sampai pulang ke rumah. "Terus dia kemana dong?" Tanya Megan diujung penjelasannya.

"Gue gak ada lihat dia. Coba gue tanya sama ana dulu mungkin dia tahu."

"Ya udah tolong ya." Megan menutup telepon. Ia kembali menelepon seseorang lagi.

"Kenapa?" Jawab suara dari seberang. Nadanya ketus.

"Fin, gue tahu lo marah tapi sorry ganggu lo." Megan ciut kali ini pasa Fino.

"Langsung aja, apa?" Fino malas berbasa-basi.

"Lo lagi sama kinan?"

"Enggak. Gue dirumah. Kenapa?"

Megan kembali menceritakan kronologi yang sama yang ia ceritakan pada ranu.

"Anjir gila lo! Masa lo gak tau nomor sodara lo sendiri sih. Emang lo!" Fino emosi seketika.

"Gue tahu soal itu. Gak usah lo perjelas. Sekarang kinan kemana nih. Perasaan gue gak enak banget." Megan melihat layar hp nya dan ranu meneleponnya. "Eh, ranu telepon. Udah, ya." Ia mengangkat telepon ranu. "Gimana? Ana tahu?"

"Kata ana tadi waktu mereka di depan sekolah, kinan bilang ada yang ketinggalan di kelas terus dia balik lagi. Dia pergi sendiri. Sampai mereka balik gak ada lihat kinan lagi." Jelas Ranu.

Megan merasakan ada rasa ketakutan tiba-tiba yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Buku kuduknya meremang. Gemuruh masih saling menyahut. Pandangan jarak jauh perlahan terlihat.

"Megan?" Panggil ranu.

"Kayaknya kinan masih di sekolah." Megan menarik napas. "Ya udah thanks ya."

Megan setengah berlari menuju ruang kerja papanya. Ia membongkar salah satu laci di ruang itu. Kunci motor. Gunawan memiliki sebuah sepeda motor yang hanya boleh digunakan untuk pergi ke tempat yang dekat saja seperti tetangga dan depan komplek, kecuali kemal yang mengendarai.

Megan nekat. Ia menembus hujan saat itu dengan helm dan jas hujan menuju sekolahnya yang berjarak 3 km dari rumahnya dalam keadaan gusar dan gelisah.

Saat tiba disekolah hujan mulai reda dan menjadi gerimis namun masih dengan gemuruh dilangit. Megan meletakkan motornya di parkiran lalu ia berlari menuju kelas kinan. Namun tak ada seorang pun disana. Satu persatu kelas 12 atas dan bawah ia lihat namun tak ada kinan. Kantin juga tidak ada.

Kinan's Life Story (SELESAI)Where stories live. Discover now