BAB 27 | Her new fase

24.6K 1.5K 22
                                    

REVISI : 8 OCT 2018

Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!

Kinan bangkit dari tempat tidur dan melihat dirinya didepan kaca besar. Tubuhnya semakin kurus dan wajahnya tirus. Kulitnya bahkan berminyak dan rambutnya acak-acakan.

Ia tak sengaja melihat luka si ibu jari kakinya. Luka itu masih tertutup dengan perban. Ia membukanya dan melihat kalau luka itu sudah kering. Ia juga melihat lebam di lengannya. Warna biru dan hijau sudah memudar. Hanya menyisakan warna merah yang mulai samar-samar.

Suara perutnya berbunyi hingga menciptakan gemuruh didalam lambungnya yang berontak minta diisi. Kinan berusaha mengingat kapan ia terkahir mengisi perutnya dengan makanan. Yaitu saat disekolah waktu sarapan bubur ayam dengan teh manis hangat. Itulah makanan terakhirnya.
Kinan mencari hp nya dan menemukan kalau hp nya sudah mati. Ia mengisi baterai hp nya.

Kinan membuka pintu kamarnya dan melihat lampu ruang tengah dan dapur sudah dimatikan. Bahkan lampu kamar didi juga sudah gelap. Artinya seluruh keluarganya sudah tidur.

Kinan berjalan ke arah kulkas dan tidak melihat ada sisa lauk atau makanan yang bisa ia makan kecuali dua potong pizza berukuran besar yang disimpan didalam tupperware berukuran sedang bewarna putih.

Kinan mengambil pizza itu lalu memanaskannya didalam microwave. Ia berani memakan pizza itu karena beberapa kali ia melihat hanya didi yang selalu menyimpan sisa pizza dikulkas untuk dimakan bila ia ingin.

Lampu dapur dihidupkan. Kinan kaget. Ia berbalik.

"Papa," ucap Kinan terkejut namun setengah bahagia. Ada rasa rindu dalam dirinya melihat lelaki paruh baya itu.

"Akhirnya kamu keluar juga. Ngapain aja didalam kamar?" Gunawan mendekat lalu memeluk lembut putrinya sambil mencium keningnya.

"Kinan laper, pa." Jawab Kinan.

"Kamu kelaperan terus keluar diem-diem. Lalu kamu kunci lagi kamar kamu." Sindir Gunawan.

Kinan menunduk dan menjawab, "Perutnya baru lapar sekarang,"

Gunawan mengerutkan dahi dan bingung.

"Besok Kinan mau masuk sekolah."

"Syukurlah," Gunawan benar-benar bahagia menatap Kinan.

"Tapi Kinan boleh kan dianterin papa ke sekolah seperti biasa?"

TING! Microwave berbunyi. Mengejutkan mereka berdua. Kinan mengambil pizzanya lalu membawanya ke meja makan. Dan ia mulai melahapnya.

"Iya, kapanpun kamu mau, papa anterin." Gunawan penuh senyum. "Kamu kenyang makan pizza? Papa bisa beliin nasi goreng didepan. Masih buka jam segini." Ia melihat jam dinding di dapur yang sudah menunjukkan pukul 1.30 dini hari.

"Gak usah, pa. Ini cukup buat malam ini. Besok kinan udah mulai sarapan lagi."

Gunawan mengangguk. "Kamu kelihatan kurus banget."

Kinan tersenyum sungging tinggi.

"Papa boleh ngomong sesuatu?"

"Apa?"

"Jangan pernah lagi kunci diri kamu didalam kamar sebagai alat pelarian dari situasi yang kamu hadapi. Menghindar mungkin ada baiknya dilakukan tapi gak ada salahnya kalau sekali-sekali kamu hadapi supaya kamu tahu akan berakhir dimana."

Kinan menunduk. "Kinan gak berani, pa." Jawabnya.

"Kenapa?"

"Kinan takut, kalau kinan hadapi nanti malah panjang dan mereka akan tahu siapa kinan sebenarnya dan mereka akan jadikan itu bahan olok-olokan."

Kinan's Life Story (SELESAI)Where stories live. Discover now