BAB 28 | I'm doing nothing with Ranu

25.9K 1.4K 18
                                    

INI BUKAN UPDATE!
MAAF YA! AKU PUBLISH ULANG KARNA ADA YANG GAK BISA BACA PART INI.

Kinan berjalan memasuki gerbang sekolah sambil menghirup udara di halaman sekolahnya. Ia merasa lama sekali tidak masuk sekolah. Ia berjalan menuju kelasnya.

"Akhirnya kamu masuk sekolah juga." Sapa seseorang dari belakang.

Kinan menoleh. Ranu. Cowok itu tersenyum padanya. Walau jarak mereka beberapa langkah cukup jauh namun sama sekali membuat kinan tidak nyaman.

"Kita ada dihalaman sekolah. Kita gak boleh saling bicara." Kinan mengingatkan.

"Aku tahu. Tadi aku lihat kamu jalan, makanya aku sengaja kejar kamu."

"Ada apa?"

Ranu diam sesaat, "Gak ada. Aku cuma mau sapa kamu."

Kinan tidak menanggapi dan ia terus berjalan menuju tangga.

"Kamu kurusan. Berapa lama kamu diem di dalam kamar?" Ranu menyamakan langkahnya dengan kinan.

Kinan kaget. Ia menoleh ke arah Ranu dengan langkah terhenti. "Lo tahu darimana?"

Ranu melirik dan langkahnya juga terhenti melihat Kinan menatap ke arahnya. "Aku cuma nebak,"

"Hah?"

"Beneran kamu diem diri didalam kamar selama ini? Segitu lamanya kamu sedih?"

"Lain kali gak usah menebak apapun soal gue."

"Siapa yang sedih?" Suara familiar itu muncul dari arah kantin lima langkah didepan kinan. "Apa yang ranu tebak soal lo?" Mata Fino lekat ke arah kinan.

"Sejak kapan lo disana?" Tanya Ranu kaget.

"Lo gak usah ikut campur. Lo mau kinan digotong sama roy lagi gara-gara lo?" Gertak Fino tanpa menoleh sedikitpun dan hanya menatap Kinan.

Ranu akhirnya mengalah dan memutuskan pergi.

Fino menatap wajah gadis didepannya yang kurus dan cekung. Matanya memancarkan rasa sendu dan sedih bersamaan. Tidak ada tampak wajah bahagia disana. Tubuh itu juga semakin kecil. Ada sedikit rasa lega di dalam diri fino karena berjumpa dengan kinan setelah beberapa hari. Namun muncul juga rasa kasihan karena kondisi gadis itu.

Kinan mencoba tenang dengan sesekali membalas tatapan Fino namun salah tingkahnya malah membuat terlihat gugup. Entah kenapa tatapan fino kali ini membuat bingung harus bersikap bagaimana.

"Ikut gue," Fino menarik tangan Kinan dan mengajaknya ke arah pojok kantin. Saat tiba disana fino melepaskan tangan kinan dan mulai mengintrogasi. "Apa yang ranu tebak tadi?" Tanya fino dengan suara tenang sebisa mungkin.

Kinan menghela napas bosan. Sepanjang fino menarik tangannya, ia berpikir keras tentang apa yang akan fino lakukan padanya. Namun nyatanya, cowok itu masih saja mempermasalahkan soal ranu dan dirinya. "Enggak ada," jawab kinan.

Fino tahu kinan berbohong. Ada hal yang ia tidak tahu soal kinan dan ranu. "Terus kata ranu tadi kenapa lo sedih?" Fino bersikeras.

"Enggak ada apa-apa."

Fino masih menahan emosinya dan bertanya baik-baik. Gadis seperti kinan harus dengan cara lembut baru ia bisa mengorek informasi. Berbicara setenang ini saja sudah menguji kesabarannya. Fino menarik napas dalam lalu dengan tenang bertanya lagi, "Lo kemana aja gak masuk sekolah? Segitu takutnya lo sama gue?"

Kinan menahan tawa. "Siapa yang takut sama lo?"

"Mungkin lo takut sama gue. Makanya waktu itu lo pulang cepet terus lo sengaja gak dateng ke sekolah alasan ijin. Ya kan?"

Kinan's Life Story (SELESAI)Where stories live. Discover now