BAB 53 | The truth game

21.7K 1.3K 8
                                    

REVISI : 8 OCT 2018

Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!


Mereka mengangguk paham. Mereka mulai hompimpa dan yang pertama keluar adalah Doni. Lalu keluar kedua adalah Dani.

"Tahun ini rahasia apa yang paling mengejutkan buat lo. Siapa dan kenapa?" Tanya doni pada dani.

Dani menganga. Ia mati kutu. Ia melirik kinan dan gadis itu juga sedang melihat ke arahnya. Dani mengangkat alis dan kinan mengangguk padanya.

"Emm, tahun ini rahasia terbesar yang gue tahu adalah soal kinan. Ternyata dia sama Megan adalah saudara kembar."

Wiji, Doni dan Ranu menganga.

"Ah serius lo? Jadi itu beneran." Tanya doni sambil melihat ke arah kinan. Kinan mengangguk.

"Anjir parah banget. Ini bukan besar lagi. Pantesan lo sama fino gak pernah lagi ngomongin soal itu." Doni manatap dani dan fino bergantian. Ia meras ditinggalkan.

Wiji melirik Ranu. Seolah mereka membenarkan satu sama lain atas pertanyaan mereka dulu soal kinan. Tak ada yang perlu dikejutkan kecuali diyakinkan. Lalu mereka hompimpa dan Ana keluar.

"Ana, lo kan selalu satu sekolah sama fino. Lo juga satu komplek. Gimana menurut lo kalo akhirnya nyokap kalian jodohin kalian?" Tanya dani pada ana.

Ana tersedak. Ia meneguk airnya. "Enggak lah. Gue tolak mentah-mentah. Dan gue rasa fino juga gak bakal mau."

Fino mengangguk lalu hi-five dengan Ana. Dan Ana menyambutnya. Mereka hompimpa lagi lalu keluar Dewi.

"Gue tahu lo pendiam. Dan gue juga tahu lo suka merhatiin anak-anak disekolah. Menurut lo siapa tingkah lakunya paling aneh akhir-akhir ini disekolah? Dan kenapa?" Tanya ana pada dewi.

"Riki. Akhir-akhir ini gue lihat dia kayak berubah jadi lebih baik. Dulu kalo jalan liatin orang kayak sinis. Sekarang udah mulai mau negur siapa aja yang dia kenal." Jawab dewi jujur.

"Orang kayak dia gak bakalan berubah," sahut fino cuek. Mereka hompimpa lalu keluar wiji.

"Apa yang paling lo iri dari ranu selama ini?" Tanya dewi pada wiji.

Wiji tertawa, "Megan dan Fino. Kalo Megan, ranu itu termasuk beruntung ada cewek kayak megan suka banget sama dia. Megan selalu baik sama dia. Setidaknya dia beruntung ada satu orang yang peduli sama dia daripada enggak sama sekali. Kalo fino, gue iri karena pertemanan mereka. Gue gak pernah tahu dulu mereka kayak apa. Tapi kalo denger ceritanya pasti waktu itu mereka saling benci. Tapi lihat dilapangan. Mereka buang ego masing-masing dan menang. Walau sekarang dieman lagi karena gengsi." Celoteh wiji.

"Kampret lo!" Cerca fino. Yang lain hanya tertawa.
Mereka hompimpa dan keluar ranu.

"Apa ada cewek yang lo suka di sekolah? Kenapa dan apa tanggapan cewek itu?" Tanya wiji pada ranu. Ia sengaja mengajukan pertanyaan itu.

Ranu melihat kinan sekilas lalu menjawab, "Ada. Gue suka sama dia karena gue juga gak tahu." Ia mengangkat bahu. "Pertama kali gue lihat dia udah suka aja. Semakin gue tahu soal dia, semakin suka dan sekarang udah beneran suka. Tapi dia gak pernah balas perasaan gue." Sambung ranu. "Mungkin dia mengalah karena dia tahu ada orang lain yang juga suka sama gue." Pungkasnya.

Fino menatap Ranu lekat. Ia teringat percakapn mereka kemarin dan ia juga seperti tahu siapa orang yang menyukai ranu. Sedangkan yang lain melirik kinan yang sedang menunduk.

"Oke lanjut," seru dani setelah keadaan mulai hening.

Mereka hompimpa lagi dan keluar Kinan. Ada senyum tipis dibibir ranu saat ia punya kesempatan bertanya.

"Ada cowok yang lo suka di sekolah? Kenapa? Dan apa tanggapan cowok itu." Tanya ranu pada kinan.
Ia membalikkan pertanyaan itu unuk kinan.

Kinan menelan ludah. Semua mata tertuju padanya menunggu jawabannya. Mata fino begitu tajam melihatnya. Cowok itu menunggu jawaban jujur kinan.

"Ada. Gue suka sama dia karena rambutnya. Gak tahu kenapa. Sebelumnya gue udah pernah lihat dia, tapi tepatnya hari pertama gue datang ke sekolah, gue lihat dia turun dari mobil dan suka aja. Gak tau kalo dia suka sama gue apa enggak. Sifatnya berubah-ubah, bikin gue serba salah." Jawab kinan memandang minuman didepannya.

Ranu menatap kinan lekat. Ia tersenyum tipis. Ia sudah tahu siapa orang itu. Dani menyenggol tangan fino seolah memberi kode kalau orang itu adalah dirinya. Tapi fino hanya menunduk karena ia masih ragu. Lalu mereka hompimpa dan keluar Yuli.

"Kalau lo dikasi kesempatan satu kali untuk berontak dengan keadaan. Lo bakal bilang sama siapa dan kenapa?" Tanya kinan pada yuli.

"Fino." Jawab yuli yakin. "Gue bakal bilang sama lo. Kenapa sih lo dulu jahat banget sama kinan. Lo tahu gak dia nangis setiap kali lo kerjain dia. Waktu dia pindah duduk dengan ana. Dia sedih banget cuma karna lo gak mau lihat muka dia. Terus waktu kaki dia sakit lo sengaja nendang meja dia. Lo gak lihat luka di kaki dia kayak apa. Terus waktu lo buang seragam dia di tong sampah. Itu sungguh kurang ajar menurut gue. Apalagi waktu lo sengaja jatuhkan tas kinan ke lantai terus semua isinya keluar. Lo tahu gak dia sedihnya gimana. Kinan kasihan banget." Sambungnya. Kalimat itu keluar begitu saja.

Fino terdiam sesaat. Ia menyadari kelakuannya pada kinan dulu sungguh melampui batas. Ia menoleh Yuli sinis, "Udah aksi berontak lo?" Tanya fino tegas pada yuli.

"Udah," Yuli menutup mulutnya. Ia kelepasan. Yang lain hanya tertawa kecuali Ranu yang menggeleng kepala. Ia tidak tahu kalau fino sampai begitunya pasa kinan.

"Terakhir tinggal lo yang belom." Kata dani pada Fino. "Lo tanya Fino, yul." Perintahnya.

"Kalo dikasi tiga moments terburuk dalam hidup lo yang bisa diulang. Lo milih yang mana?" Tanya yuli pada fino.

"Pertama, gue bakal milih kembali waktu gue kelas dua SMP. Ada satu moment terburuk gue disana dan gue bakal mengubahnya jadi lebih baik. Kedua, gue gak bakal ketemu megan di hari pertama kinan masuk sekolah. Karena kalau gue gak ketemu dia gue gak bakal pernah jadi jahat dan ngerjain kinan kayak dulu. Dan ketiga adalah mungkin gue akan lebih baik ke kinan." Jawab fino sambil menatap kedua bola mata kinan lurus. Dan gadis itu juga membalas tatapannya.

"Lo gak boleh jawab gitu," protes Yuli merasa tidak adil.

"Suka-suka gue lah." Bantah fino. Yang lain mulai tertawa dan mengejek yuli.

"Berarti lo gak bakal ngerjain kinan lagi?" Tanya wiji memperjelas.

"Mungkin ya mungkin tidak." Fino melirik kinan.

"Wooooo ..... " sorak yang lain.

"Sekarang gue tanya doni." Fino memikirkan sesuatu. "Oh, oke. Apa 2 hal yang lo tahu soal gue tapi orang lain gak tahu."

Doni penuh tawa, "Pertama, rasa benci lo udah berubah jadi cinta sekarang. Dan kedua, orang yang lo cinta itu bakal ninggalin lo karena dia udah bosen sama lo." Celotehnya.

"Sialan lo!" Maki fino.

"Cieeeeee ....." ejek Dani untuk fino penuh semangat.

"Ehem, ehem," sahut Yuli melirik kinan.

"Udah. Balik yuk. Udah mau maghrib." Kata fino melerai sorakan teman-temannya. 

"Baru juga jam lima kurang, magrib dari mana." Sahut ana dengan wajah penuh ejekan. Yang lain hanya tertawa melihat salah tingkah fino. Kinan yang berusaha untuk netral akhirnya juga ikut tertawa dengan yang lain.

***

Aku balik publish ya, selamat menikmati.
Karna maraknya plagiat belakangan ini, so aku berharap kalian bisa kabarin aku kalo ada yg ceritanya mirip. Anyways, aku publish lagi karna takut juga kalo ada yg diam-diam plagiat cerita ini terus udah mau naik cetak😭😭😭

Part 1-2 versi baru.
Part 3 itu campuran
Part 4  dan seterusnya adalah versi lama, jadi maaf kalo ada kata-kata yang aneh dan jadul.


Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!

Kinan's Life Story (SELESAI)Where stories live. Discover now