BAB 58 | Her mom

24.1K 1.2K 2
                                    

REVISI : 9 OCT 2018


Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!

Malam itu kinan pulang ke rumah pukul 8 malam. Ia langsung menuju kamarnya tanpa memberi salam pada siapapun. Di ruang tengah hanya ada Didi. Kinan hanya menoleh ke arah adiknya sesaat lalu pergi. Ia masuk ke kamarnya. Keluar sebentar untuk mandi dan mengunci diri kembali dikamar.

Tak lama pintu kamar kinan diketuk.
Tok. Tok. Tok.

"Kinan ini mama," panggil ardina.

Sejujurnya Kinan kaget karena mamanya mengetuk kamarnya dan memanggilnya. Tapi entah kenapa ia enggan untuk membukanya.

"Kinan, kamu sudah makan belum? Tadi pergi kemana? Kenapa jam segini baru pulang?" Ardina masih berusaha mengetuk pintu kinan. Kemal turun dari lantai dua melihat mamanya.

"Abang, pintu ini memang gak ada kuncinya. Kamu yakin?" Tanyanya setengah memaksa.

"Gak ada ma. Waktu megan kecil kan kunci serepnya hilang dibawa ke sekolah." Jawab Kemal.

"Coba cari dulu baik-baik."

"Yakin ma, gak ada." Kemal terdengar yakin. Ardina menghela napas berat.

"Kinan udah pulang?" Tanya Kemal. Ardina mengangguk.

"Masih marah?"

"Sepertinya."

"Kinan buka pintunya mama mau masuk." Giliran kemal memanggil adiknya.

Kinan masih enggan membukanya. Ia mengambil headset nya lalu membesarkan volume hp nya dan mencoba untuk tidur.

Jam menunjukkan pukul 10.28 malam. Kinan merasakan sesuatu seperti meremas perutnya. Kedua kakinya sudah mulai bergerak mengekspresikan rasa sakit tapi matanya masih tertidur. Kedua tangannya sudah memegang perutnya. Tubuhnya mulai meringkik kesakitan. Matanya terbuka.

Hanya mimpi, batinnya.

Kinan memastikan sekali lagi kalau perutnya sakit. Benar, tapi tidak terlalu terasa seperti tadi. Perutnya hanya terasa agak mulas seperti mau buang air besar. Tubuhnya berkeringat.

Ada rasa mual yang muncul tiba-tiba di tenggorokannya. Kinan menahannya dengan minum air putih yang ada di botol di samping tempat tidurnya. Ia bangkit dan ke kamar mandi untuk buang air kecil dan kembali tidur.

Ardina berbaring ke kiri dan ke kanan. Jam sudah pukul 11.48 malam dan ia masih belum bisa tidur. Suaminya bahkan sudah terlelap dan mengorok karena kelelahan hari ini. Tapi mata Ardina tidak bisa terpejam. Setiap kali ia menutup mata pikirannya mulai melayang dan teringat kembali kalimat orang tua dan suaminya soal Kinan.

Ardina bangkit dan keluar dari kamar. Ia masuk ke kamar kemal dan melihat anaknya sudah lelap tertidur. Ardina menutup pintu itu dan beralih ke kamar megan. Ia masuk dan memastikan kalau putrinya tidur dengan nyaman. Ardina melihat megan meringkuk menahan perutnya. Ia meraba kening megan namun putrinya itu tidak demam.

Ardina hanya merapikan selimut megan agar tidak kedinginan. Ia membuka setengah pintu kamar Megan dan membiarkan lampunya menyala. Ia turun ke bawah. Mengecek keadaan rumahnya yang sepi dan sunyi.

Ardina masuk ke kamar Didi dan mengambil guling putra bungsunya yang terjatuh ke lantai. Ia memperhatikan kamar itu yang berantakan dengan berbagai mainan, kertas dan juga buku-buku lainnya. Ia menggeleng sambil tersenyum kecil lalu keluar.

Ardina berdiri di depan kamar kinan. Beberapa detik ia memandangi pintu itu. Ia maju perlahan dan menggenggam ganggang pintu. Perlahan ia membukanya dan tidak terkunci. Ardina kaget sekaligus gembira sekali.

Kinan's Life Story (SELESAI)Where stories live. Discover now