BAB 68 | Their love the way they are

28.7K 1.4K 26
                                    

REVISI : 10 OCT 2018


Jangan lupa vote dan komentar ya setiap habis baca! Aku suka baca komentar kalian lho!


Ranu memilih megan sebagai date night nya karena hanya megan yang ia kenal dekat selain kinan. Dibalik penolakannya selama ini pada Megan, malah membuat Ranu tahu sifat asli Megan. Awalnya ia ingin mengajak kinan, namun ia ingat fino. Ia yakin teman sebangkunya ith pasti sudah mengajak kinan. Dan kinan juga pasti dengan senang hati menerimanya.

Wiji sudah memilih Dewi. Dani memilih Yuli. Dan doni dengan Ana. Mereka memasuki gedung olahraga dengan pasangan masing-masing.

"Lo yakin bisa pakai sepatu hak tinggi itu?" Tanya ranu sambil memegang erat tangan kanan Megan.

"Untung lo tinggi. Jadi sama guenya seimbang." Celetuk Megan sambil senyum tipis dan melirik Ranu yang tepat berada disebelahnya. Tidak pernah ia sebegitu dekat menatap wajah cowok itu.

Ranu membalas senyuman megan yang tampak kaku padanya. Entah apa yang terjadi didalam dirinya, namun setelah kejadian tempoh hari dan ia melihat dengan matanya sendiri betapa Megan begitu peduli dengan Kinan, secara otomatis sifatnya juga berubah pada gadis itu.

"Lo cantik banget malam ini," seru fino berbisik di telinga kinan dengan desahan napasnya yang bisa Kinan rasakan di anak rambut belakang telinganya.
"Kenapa bisik-bisik ngomongnya?" Tanya Kinan menoleh ke arah fino dengan dahi sedikit berkerut.

Fino menatap kedua bola mata Kinan dengan lembut dan memajukan wajahnya hingga ia bisa melihat samar-samar bulu-bulu halus diwajah gadis itu, "Kan gue bilangnya sama lo bukan bilang sama satu sekolah." Nada suaranya penuh kasih sayang. "Satu sekolah gak perlu tahu apa yang gue bilang sama lo." Tambahnya.

"Memangnya lo mau bilang apa?" Kalimat fino membuyarkan fokusnya hingga ia tidak sadar kalau wajah mereka sudah sangat dekat.

Fino diam sesaat. Jantungnya deg-degan dan ia menelan ludahnya beberapa kali untuk mengucapkan kalimat yang sudah ada didepan bibirnya. Hanya saja nyalinya kecut seketika.

Fino menoleh ke arah lain dan menjauhkan wajahnya dari Kinan beberapa centimeter saja.
"Surat pemberitahuan udah sampe?" Tanyanya. Hembusan napas kecewanya samar-samar terdengar. Bukan itu yang ingin ia katakan pada kinan.

"Belum. Harusnya akhir minggu ini atau minggu depan." Jawab Kinan datar tanpa menyadari helaan napas Fino.

Fino menegakkan wajahnya dari depan Kinan, "Lo bakal kasi tau gue kan hasilnya?"

"Enggak." Wajah Kinan serius. "Gue bakal langsung pergi hari itu juga. Gue gak bakal bilang sama siapapun." tambahnya masih dengan wajah serius.

Fino terkejut. Mulutnya bahkan menganga saat mendengarnya. Seperti ada yang hilang didalam dirinya saat itu juga. Fino menatap wajah kinan lekat seolah ia ingin menyimpan siluet gadis itu didalam hatinya. Ia menunduk sejenak untuk menenangkan dirinya. Ia menutup rapat kedua matanya seolah menahan perasaanya.

Kinan memperhatikan tingkah laku fino. Hatinya terasa sedih. Mungkin ia bisa menangis saat ini walau hanya menatap fino. Perlahan bibirnya melebar dan merekah hingga suara tawanya menyerinai keluar, "Enggaklah. Mana bisa gue langsung pergi. Gue kan belom bilang orang tua." Katanya penuh candaan.

Fino membuka kedua matanya lalu menatap kinan dengan dahi berkerut. "Lo bercanda dari tadi?"

Kinan cekikikan sendiri melihat fino, "Lagian lo serius benget wajahnya. Jarang-jarang gue bisa ngerjain lo."

Fino merasa lega. Ia merasa apa yang hilang beberapa waktu tadi telah kembali ke dalam hatinya. Walau ia tahu kalau sesuatu itu hanya sementara dan pasti akan pergi lagi, mugkin untuk waktu yang lama. Fino mencubit pipi kinan dengan lembut dan berkata, "Pipi kamu chubby sekarang. Makin lucu."

Kinan's Life Story (SELESAI)Where stories live. Discover now