Chapter 10

48.7K 1.8K 42
                                    

SUARA berisik dari luar jendela dengan angin membuat semua orang yang tertidur tidak ingin beranjak dari ranjang. Sama seperti Anna dan Cameron, pagi ini mereka sangat malas sekali untuk beranjak karena cuaca mendukung sekali untuk bermalas-malasan. Di luar sana sedang turun hujan lebat dengan angin kencang, membuat langit yang harusnya sudah terang menjadi gelap karena mendung. Anna mengucak kedua mata sesambil mempererat selimut nya. Di sebelah gadis itu ada sosok lelaki yang tertidur tidak tau diri.

Coba lihat, lelaki itu tampak nyaman nya menarik selimut Anna hingga yang empunya tidak mendpatkan selimut. Ingin sekali Anna tendang ke Afrika, hanya saja ingat Cameron sudah menjadi suami nya kalau tidak sudah ia tendang. Anna berdecak kesal, menarik dengan kuat selimut kesayangan nya.

Sumpah ini cowok minta di tabok banget sih! Gerutu Anna dalam hati kesal.

Anna menghela, ia jadi harus membuka mata nya. Ia menatap jendela kamar yang lebar yang menampakkan situasi di luar sana. Tangan nya menyambar ponsel nya yang di letakan di laci sebelah ranjang.

Ia membuka lockscreen ponsel nya, mencari nama yang hendak akan ia kirimkan pesan.

Anna Derulia
Kamu dimana? Udah bangun? Btw good
morning, sayang.

Lalu ia menaruh kembali ponsel miliknya. Anna kembali berbaring dan lagi-lagi mencoba menarik selimut miliknya dengan kuat-kuat. Tapi ternyata kembali gagal. "Sialan nih Cameron, udah numpang kamar orang, nggak tau diri lagi. Nyebelin banget sih, kan Princess kedinginan," Gerutunya.

Anna pun mendorong tubuh Cameron membuat suara benturan keras. Anna tersentak kaget langsung pura-pura tidur. Sementara lelaki yang di dorong terbangun meringis kesakitan. "Anjir! Ini gue di dorong dugong apa di dorong setan, ya? Kuat banget tenaga kayak tenaga kuproy," Teriak Cameron dari bawah ranjang Anna. Anna menyengir diam, niat nya hanya menendang saja bukan membuat Cameron terjatuh. Ya mungkin Tuhan mengizinkan terjadi.

Cameron bangkit, berkacak pinggang menatap Anna seperti daging segar. "Heh, kampreto! Bangun, jangan pura-pura tidur! Maksud lo apaan nendang gue, hah? Sakit nih, udah berapakali lo tendang gue dari awal nikah sampe tiga bulan ini? Dendam banget kayak nya," Celoteh Cameron yang tidak di sahuti pelaku tersebut.

Cameron mendelik, ia pun berjalan ke arah Anna dan mengelitiki sang gadis yang berpura tidur itu. Gadis itu pun tertawa dengan geli. "Hah kan, tercyduk lo sama gue."

"CAAM UDAAH HAHAHA! IYA MAAF GUE NGGAK BERNIAT, ADUH GELI BEGO HAHA!" Tawa nya dengan nafas tak beraturan.

"Mampus, jangan tengil sama gue makanya!" Ujar Cameron masih setia menggelitiki Anna tanpa ampun.

"IYA CAM, AMPUN DEH NGGA--HAHAHA! NGGAK GITU LAGI, UDAH DONG GELI ANJIR HAHAHA!"

Cameron pun memberhentikan aksi nya. Sekarang ia menatap Anna tajam, sedangkan gadis yang di tatap membenarkan baju nya yang berantakan sambil menatap Cameron dengan datar, seakan tidak ada dosa sedikitpun pada lelaki yang tengah menatapnya tajam. "Muka lo pen banget gue ketekin anjir," Gerutu Cameron geram.

"Jibang banget sih lo. Lagian apa-apaan coba ambil selimut gue semuanya, serakah banget. Gue kan kedinginan, bego!" Pekik Anna geram.

"Sama, gue juga dingin kealeus!" Jawab Cameron tak kalah nyebelin.

"Ish, lo udah numpang nggak tau diri banget, ya! Minta di sleding banget kepala lo." Pekik Anna lagi.

Married Enemyजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें