Chapter 38

34.3K 1.3K 43
                                    

mulmed:
anna-cameron-athala 💕

💯💯💯

ANNA mengetuk pintu kamar apartemen di depan nya. Di sebelah Anna ada Hanna yang sama menunggu sahutan dari dalam. Anna baru saja mendapatkan informasi dari Athala tentang kamar apartemen Ivana, dan Anna tidak menyianyiakan informasi tersebut. Ia langsung saja pergi dengan Hanna untuk menemani dirinya.

Lama menunggu, akhirnya pintu terbuka menampilkan Ivana yang sedang memakai baju oblong berwarna kuning dengan rambut di ikat asal. Anna tersenyum canggung, Hanna menyikut Anna ikut canggung. "Eh, Anna, ya?" Tebak Ivana di anggukan kepala oleh Anna.

Ivana memberi senyum. "Ayo masuk, untung gue udah bersih-bersihin rumah," katanya mempersilahkan Anna masuk dan juga Hanna.

Anna masuk, duduk di salah satu sofa di dalam sana. Tercium sekali bau menusuk khas alkohol di alat penciuman Anna. Hanna juga merasakan nya, gadis itu membulat mata pada Anna. Ivana datang dengan sebuah minuman sirup, dia taruh di meja kecil depan Anna, lalu duduk di sofa depan Anna persis. "Di minum, hehe," Ivana memberi cengiran imut nya.

Anna mengangguk ragu. "Ada apa? Eh, ini siapa?" Jari telunjuk Ivana ke arah Hanna yang sedang meneguk minum buatan Ivana.

Hanna mengulur tangan menjabat tangan Ivana. "Gue Hanna, teman kampus Anna dulu. Salam kenal, ya!"

Ivana mengangguk seraya tersenyum. "Salam kenal juga, Hanna!"

Mata Anna sibuk menatap Ivana menyelidik. Gadis itu terlihat periang dan banyak senyum. Tapi, Anna pastikan senyum yang di tampilkan senyuman palsu. Anna tau, Ivana sedang tidak bersahabat keadaannya.

Bola mata Ivana beralih menatap gadis di sebelah Hanna dengan raut wajah ramah dia miliki. Walau Anna tau itu hanya bohongan. "Lo apa kabar, Vana?" Tanya Anna terlihat basa-basi terlebih dahulu.

Ivana menyengir. "Baik, dong. Lo sendiri? Pasti baik dong?"

Anna memberi senyum ramah. "Puji Tuhan, gue baik,"

Ivana memberi senyum. "Jadi, ada apa nih?"

Anna melirik Hanna sekilas. Telapak tangan Anna berkeringat, seakan atmosfir di ruangan itu sangat dingin. Anna menelan ludah susah payah. "Engg- gue ke sini ada yang mau di tanyakan sama lo, ya, lo tau pasti tau gue mau nanya tentang siapa. Tapi, ngelihat lo kayaknya kurang baik jadi kayak nya gue nggak jadi nanya," Hanna meringis. Wajah Ivana sangat pucat di hadapan kedua gadis itu, seakan baru melihat hantu.

Ivana menyelipkan anak rambut ke daun telinga sambil tersenyum simpul. "Tanya aja, gue baik-baik aja kok. Perasaan lo aja kali enggak enak nanya, jadi berpikiran kayak gitu, hahaha,"

Anna menyengir. "Iya, ada benar nya juga. Tapi wajah lo itu ketebak banget, Van. Gini, deh. Gue emang orang asing, anggap aja gue pelakor di hubungan lo sama Cam. Tapi gue juga punya hati, gue juga tau rasa nya meninggalkan orang yang masih kita sayangi, karena gue juga merasakan itu, Vana. Sebelum nya, gue minta maaf udah buat lo sehancur ini, gue juga mewakili Cameron untuk minta maaf udah buat lo sakit. Tapi, asal lo tau aja gue sama Cam masih peduli kok sama lo, jadi kalo lo butuh tempat untuk nenangin diri bisa kontak kita aja," Anna memberi jeda sebentar untuk memikirkan dahulu ucapan yang akan dia ucapkan apa bisa dia lakukan seperti ia ucapkan.

Tapi lain sisi, Anna tidak boleh egois. "Tapi kalo lo emang nyaman curhat ke Cam, gue bisa ngertiin kok."

Mereka sudah putus, mereka hanya masa lalu. Anna tidak boleh egois. Ya, Anna harap hati nya bisa mengerti dan di ajak kompromi. Ivana tertawa hambar. Anna tau itu tawa sakit hati. "Apaan deh, enggak kok, Na. Gue beneran baik-baik aja, lagi pula nggak ada hubungan nya sama Cameron,"

Married EnemyWhere stories live. Discover now