Chapter 51

31.4K 1.1K 17
                                    

RASANYA semua sudah berubah beriring nya waktu. Dari rasa terpaksa, Anna dan Cameron lalui itu dimana keduanya harus memutuskan hubungan dengan pasangan mereka. Sementara yang di tinggalkan harus merelakan keduanya bahagia. Lalu, keseharian bersama membuat keduanya mencoba untuk saling mencintai dan melupakan masa lalu nya. Semuanya memang sangat menyakitkan, apalagi bagi Cameron karena dirinya sudah mempersiapkan dengan matang untuk kedepannya

Anna dan Cameron melalui masa menyakitkan itu dan memutuskan untuk lebih serius dalam hubungan mereka, hingga sekarang. Betapa bahagia nya Cameron, dirinya merasakan menjadi suami yang asli. Sebenarnya sebelumnya memang Cameron suami asli, tapi entahlah dari malam itu ia merasakan bahwa dirinya benar-benar suami sah untuk Anna. Sementara Anna, tentu ia senang sudah menjalin hubungan lebih serius dengan Cameron. Tapi sebagai wanita, tentu dirinya gelisah akan kedepannya bisa membuat Cameron bahagia atau tidak. Apa hanya Anna saja yang gelisah?

Cameron mengambil sisir dari nakas dan duduk di belakang Anna untuk menyisirkan rambut panjang Anna. Lelaki itu tersenyum, tangan nya dengan hati-hati menyisir rambut Anna. "Aku bisa sendiri padahal," ujar Anna masih kesal akan perdebatan kecil dengan Cameron saat dirinya hendak ingin menyisir.

"Biarin kenapa, biar romantis. Nggak bisa romantis banget kamu Na, heran,"

Anna berdecak kesal. Ia hanya bisa diam hingga Cameron selesai melakukan tugasnya. Anna menghela nafas cukup panjang membuat tatapan Cameron beralih. "Ada apa kamu?"

Gadis itu diam tidak menjawab, "Udah lima hari dari malam itu," ujar nya terdengar seperti gumam-an.

Cameron menyengir, "Mau lagi?" Rayu Cameron berniat bercanda. Anna tidak diam, ia menyikut keras dengkul Cameron. "Buset marah kali,"

Anna mendengus, "Cam, aku besok mau ketemu Kak Syira deh, bisa nggak ya?"

"Bisa kali, telpon lah,"

"Besok kerja?"

"Iya dong,"

Anna memutar bola mata kesal. Cameron tampak seperti senang sekali berkerja, tidak tau kah bahwa Anna kesal karena Cameron selalu pulang larut malam. "Seneng ya lo, kerja biar pulang malam terus abis dugem sama cewek simpenan. Emang minta di potong lo!" Cerca Anna mendadak Cameron merinding.

Anna memutar badan tiba-tiba menghadap Cameron. Wajahnya hanya tinggal beberapa inci dengan wajah Cameron. "Nyari mati kamu Cameron?" Bisik Anna membuat Cameron menelan ludah susah payah.

"E-eh, bukan gitu! Sejak kapan suami kamu yang gagah perkasa ini dugem Anna? Nggak boleh asal ngomong kamu sayang," ujar Cameron cepat mendapat cengiran menyeramkan dari Anna.

"Gagah gagah apaan! Perkasa? Liat kecoa aja teriak lo Cam!" Pekik Anna kesal.

Cameron menyengir seperti bocah, mengapa menjadi buka aib seperti ini. Cameron meringis, "Eh astaga Anna, jangan ngomong gitu di depan Papa mertua ya,"

Anna berdecak, "Biar aja, kesel Anna ."

"Sejak kapan Cameron dugem Anna? Itu mah zaman SMA, terus main sama cewek? Emang cewek barbie? Kamu ya kalo ngomong,"

"Ya emang cewek barbie, kalo cowok borbor!"

"Lah iya galak istri gue," Cameron meringis seram.

Tangan Anna bergerak dan mencubit bagian dada Cameron. Tentu lelaki itu teriak sakit mendapatkan cubitan maut Anna. "ADUDUDUDU, ASHH SAKITT EGO NAA!"

"Dududu?! MIKIRIN CEWEK-CEWEK KOREA LO YAA?!"

"Lahh kan sakit Na. Udah ah Na, sakit jangan cubit ah,"

"Peduli emang?"

"Peduli dong, kan aku suami kamu,"

"Kalo suami mah inget istri di rumah, nggak kelayapan!"

Married EnemyDove le storie prendono vita. Scoprilo ora