Chapter 44

32K 1.1K 55
                                    

LANGIT pagi pada hari itu kembali cerah setelah lama selalu gelap karena akan turun hujan. Cuaca sangat cerah sangat mendukung kegiatan kumpul futsal di tempat biasa mereka berkumpul. Anna sudah berada di tempat itu, walau perjalanan ke tempat futsal harus perang dingin karena keduanya memilih diam, Anna tetap memasang wajah ceria disana. Begitu juga Cameron, malah dia sudah memeluk masing-masing teman-teman nya.

"Asik, udah baikan nih sama Anananya Cameyonn," celutuk Darrel bercanda.

Anna meninju lengan Darrel kencang. "Duh, sakit, Nananya Cameron,"

"Bodooo!"

Cameron menyengir, ia rangkul Anna. "Jangan gitu sama cewek gue, Darl,"

"Unch, darling masa di panggil Cam, haha! Nggak cemburu Na?" Sahut Ben dari belakang sana.

"Apaan, sih," Anna tertawa.

Cameron masih merangkul Anna. Ini sangat drama sekali. Liat, keduanya tidak terlihat sedang ada masalah, malah Cameron dengan wajah sumringah nya merangkul Anna. "Eh, mana Raffel?" Cameron celingak-celinguk mencari sosok dicari dari tadi.

"Lagi nunggu si Gaffriel, dia ikut futsal," jawab Darrel.

"Gaffriel Kenziano?"

"Ya, iya, masa Gaffriel Makmur Sentoso penjual vidio anu," sahut Ben asal di balas jitakan maut Darrel. "Itu mulut di saring dulu, kampret!"

"Hoo iya, monmap teman-temankuh,"

Darrel memanggil seseorang, Cameron yakini lelaki itu memanggil kekasihnya karena mereka kompak akan membawa kekasih masing-masing untuk di kenalkan. "Jezzy! Yang, sini jangan main ML mulu ih,"

Cameron menatap Ben di sebelah Darrel persis, mereka tersenyum penuh arti. Anna hanya menonton saja, maklum Anna tidak terlalu akrab dengan teman Cameron yang super jahil dan ember. "Iya, iya! Sebentar," Tampak gadis manis berambut hitam tipis sebahu berjalan ke arah mereka.

Gadis itu memakai kaos oblong berwarna hitam crop dan celana legging. "Ada apa?" Tanya gadis itu pada Darrel. Wajah nya polos sampai gadis itu tidak melihat Anna, Cameron, dan Ben disana. Sungguh ajaib.

Jari jempol Darrel menunjuk ke arah Cameron dan yang lainnya, "Kamu nggak liat ada orang?"

Gadis bernama Jezzy itu menatap ke sebelah Darrel. Wajah nya masih polos, tidak memberi senyum sedikitpun sampai Cameron pikir kekasih Darrel itu bayi yang baru saja lahir ke dunia. "Liat, kenapa?"

Anna meringis, sungguh datar sekali tanggapan gadis manis itu. Darrel menghela, tangan nya terulur merangkul Jezzy. "Sayang, ini tuh temen-temen aku. Kenalan dulu, masa di kacangin gitu, sih?"

Jezzy menyengir kuda. Ia mengulur tangan hendak menjabat satu-satu tangan Cameron dan lainnya. "Halo, maaf, gue Jezzeleine, panggil aja Jezzy," Senyum nya manis sekali.

Anna meraih jabatan tangan Jezzy, "Gue Anna, pacar Cameron," semua mata ke arah Anna dengan tatapan heran.

Anna melepaskan jabatan tangan, sekarang Cameron. "Gue Cameron, paggil Cam aja. Gue suami Anna," tegasnya. Mata Cameron melirik sinis ke arah Anna.

Lagi-lagi Anna salah.

"Gue Ben Gans Pars, panggil aja Ben," ia menyengir.

"Namanya ada Gans Pars nya beneran?" Tanya Jezzy polos seperti wajah bocah berumur 1 tahun.

Darrel meringis, "Enggak, Jez. Nama asli nya Ben Geraldo, itu cuma kepengen nya aja Ben di panggil Gans, Jez," Darrel mengelus kepala Jezzy lembut.

Jezzy mengangguk, "Oooh, kirain, Darl,"

Darrel sontak menoyor kepala Ben kesal. "Lo sih monyong, pake secara kasih nama gitu. Cewek gue polos ini,"

Married EnemyOnde histórias criam vida. Descubra agora