Chapter 33

31K 1.2K 50
                                    

"HMM jadi lo kesini karena Cameron. Gue kira lo emang mau rayain ultah gue,"

Anna tertawa. Aldo sangatlah kepedean sekali, kalau memang iya juga sudah jauh-jauh hari Anna dan Shenna berkompromi. Anna saja baru ingat tadi siang.

"Pedean banget deh. Lagi juga nih ya, gue baru inget lo ulang tahun tau," Anna tertawa di akhir kalimat.

"Iya apa? Parah banget, mentang gue mantan lo jadi lupa begitu."

Anna menyengir. "Nggak gitu juga, ye. Lagi buat apa lupain mantan, orang pernah senang bareng kok. Susah bareng juga pernah, justru di ingat kenangan nya. Apalagi yang manis-manis."

Aldo menautkan alis. "Jadi lo masih inget kenangan kita?"

Anna mengangguk sementara Aldo mendekatkan wajah pada Anna, membuat Anna heran. "Jadi lo gagal move on juga kayak gue?"

Anna membulat mata, memukul lengan Aldo. Ini yang Anna takutkan bila Anna di rumah Shenna dan Aldo. Anna takut Shenna salah sangka. "Ish, apaan sih! Jaga omongan lo, Shenna udah sayang sama lo. Jadi gue nggak mungkin masih berharap sama lo. Lo juga tuh, cepet-cepet lupain gue," ujar Anna sambil berbisik agar tidak terlalu terdengar oleh Shenna.

"Hm? Lupain lo?" Aldo memberi senyum. Entah maksud senyuman itu apa. "kalau gue udah move on, gue takut malah nanti nggak bisa kayak gini sama lo. Gue malah nempel sama Shenna terus, gak peduliin lo ada di sekitar gue apa nggak. Ya, kayak lo sama Cameron gitu. Itu nyakitin hati, lho. Gue nggak mau kayak gitu, gue ngerasa aja ada saat nya nanti."

Anna terdiam. Dia tidak menanggapi. "Tapi lo tenang aja, gue juga tetap berusaha sayang sama Shenna kok. Gue nggak mau Shenna udah sayang gue, sementara gue sibuk mikirin orang asing yang malah anggap gue asing."

Anna tersenyum kecut. "Udah ah, ini kan ulang tahun lo. Kita seneng-seneng aja. Eh, btw gue nggak ganggu lo sama Shenna kan?"

Tampak wajah Aldo yang heran. "Ganggu?" Aldo membeo.

Anna mengangguk. "Iya, siapa tau kan lo mau romantis-romantis gimana gitu sama Shenna,"

Aldo terkekeh. "Gue belum pernah aneh-aneh sama dia. Lagian juga kalo emang iya, gue mah cuma making out aja. Itu pun susah."

Anna tertawa. "Susah?" Anna membeo.

"Iya, perut dia kan lagi buncit. Badan gue jadi susah ngelakuin lebih panas. Ah tau deh, lo pasti ngerti. Lo gimana sama Cam?"

"Hm, sama kayak lo gitu." Jawab Anna sambil meneguk soft drink nya.

"Enak si Cameron. Terus, kalian beneran nggak mau punya baby?"

Anna menggidik bahu. "Entahlah, belum siap aja."

"Iya deh, Na, jangan."

Anna menoleh heran. "Kenapa?"

"Hamil muda nggak baik sebenarnya. Entar lo kenapa-napa lagi,"

Anna tertawa hambar. Ia tepuk bahu Aldo. "Lo nggak usah pikirin istri orang. Pikirin Shenna yang hitungan bulan lagi ngelahirin anak lo. Jangan gue doang yang di takutin kenapa-napa, giliran istri lo enggak."

"Enak aja. Gue tuh nyuruh Shenna gugurin, gue juga takut kali anak orang meninggal karena hamil muda. Yang salah kan gue, karena posisi gue belum sah sama dia,"

Anna mengangguk setuju. "Tapi katanya Shenna sempat gugurin kan?"

"Iya, gagal karena ketawan bokap nya. Sejak itu pernikahan kita di percepat,"

"Sebenarnya lo sayang nggak sih sama anak lo?"

"Ya sayang, tapi belum siap aja. Biaya anak tuh mahal, Na. Ngehidupin Shenna aja masih belum becus. Gue posisi belum ada perkerjaan, ini semua barang disini hasil tabungan gue beli mobil impian gue sama hasil nyokap bokap gue sama Shenna juga sih. Ah tau deh."

Anna meringis. Ia tepuk lengan Aldo, memberi support. "Gue salut kok sama lo Do. Lo mau bertanggung jawab, ya gue tau emang lo nggak sebrengsek laki-laki di luar sana. Jadi mau lo sebrengsek apapun, kalo dari akarnya nggak ada niatan juga jatoh nya lo nggak enak hati. Jadi bawaan nya terpaksa, tapi setidaknya lo berusaha bertanggung jawab dengan apa yang lo lakuin,"

Aldo memberi senyum. "Sana tidur, udah jam satu pagi."

Anna mengangguk. "Kamar gue dimana?"

"Sini gue kasih tau."

×××

Cameron terbangun dari tidurnya. Ia tatap di sebelahnya kosong yang berarti Anna belum kunjung pulang. Ia pikir Anna hanya akan pulang terlambat, tau nya sampai pagi ini Anna belum kunjung pulang.

Cameron beranjak dari duduk. Ia berjalan ke bawah, mengambil makanan bekas kemarin yang Cameron pesan. Ponsel nya berbunyi, Cameron hendak menatap layar ponsel cepat. Ternyata bukan dari Anna.

Cameron mengangkat telpon tersebut. "Ada apa?" Sahutnya dingin.

"Pagi, pak. Seto hari ini izin tidak masuk karena tidak enak badan. Dia kasih jadwal bapak hari ini, bahwa hari ini bapak hanya di kantor karena tidak ada meeting. Besok jadwal bapak baru padat,"

Cameron mengangguk seraya tangannya mengambil potongan pizza. "Yaudah, saya juga izin nggak masuk. Ada hal yang harus saya urus."

"Tapi hari ini ada beberapa kertas penting yang harus bapak tanda tangan?"

"Besok bisa."

"Oh, oke. Semoga hari bapak menyenangkan."

Cameron mematikan sambungan. Ia membenamkan tubuh nya di sofa. "Nggak ada si kutu air di rumah sepi," Cameron menyengir.

Sebuah ketukan terdengar. Cameron dengan kilat berdiri membuka pintu. Lalu saat di buka pintu bukan seperti perkiraan nya. Ia pikir Anna, tau nya bukan. Tampak gadis manis berdiri, pakian nya sangat feminim. Walau bukan Anna, ia sangat rindu dengan gadis di hadapan nya. Melebihi rindunya pada Anna.

Cameron memeluk tubuh gadis itu kencang. "Heyy baby girl,"

Gadis itu membalas pelukan Cameron erat. "Aku kangen banget tauuu!!!" Jerit gadis itu.

Cameron melepaskan pelukan nya. Ia genggam tangan gadis itu. "Ayo masuk. Anggap aja kayak kosan kamu," celutuknya.

"Sialan, kosan aku mah nggak segede ini."

"Oh, ya? Eh, tapi kamu cantik banget loh. Feminim banget, dulu mah apaan,"

Gadis itu memakai rok putih dan baju sabrina berwarna cream. Menampilkan tulang dada nya dan warna tubuh nya yang agak cokelat. Rambutnya di ikat setengah dengan riasan wajah tipis. "Ah bisa aja nih," sahut gadis itu dalam cengiran.

Cameron terkekeh melihat perbedaan fisik gadis itu. Ia helus kepala gadis itu. "Kamu juga sekarang berisi. Nggak di operasi kan?" Celutuk Camero dalam tawa.

"Sialan! Enggak lah, ini hasil olahraga tau. Emang kayak situ, coba liat otot nya udah nggak kayak dulu," gadis itu mengulurkan tangan nya, mendaratkan tangan nya ke baju Cameron. Ia buka baju Cameron, menampilkan pemandangan perut Cameron. Gadis itu tersenyum. "Perut nya nggak sekekar dulu. Apaan nih, lemak semua! Makan mulu sih, pagi-pagi aja udah makan pizza."

Cameron memutar bola mata. Ia buka seluruh baju nya, menampilkan dada bidang nya hingga perut nya yang mulai seperti roti sobek. Ia arahkan tangan gadis itu menyelusuri perut miliknya. "Kerasa kan?"

"Tapi nggak kayak dul--"

"CAMERON?!"

Cameron mendongak, begitu juga gadis di sebelah Cameron yang menoleh cepat. Camerom segera memakai kaos nya kembali, mendekat ke arah gadis yang terdiam di pintu masuk rumah. "Anna?"

×××

macem di sinetron ye wkwk.

menurut kalian 'gadis' itu siapa? siapa tau ada yang benar hiks :p

mantan kah? hm:p

Married EnemyWhere stories live. Discover now