Chapter 40

36.9K 1.2K 47
                                    

"CAM," panggil Anna.

Seminggu Anna sakit, dan seminggu Cameron tidak masuk kerja. Ini adalah hari terakhir Cameron merawat Anna, dan Anna sangat menikmati tiap waktu kebersamaannya bersama Cameron.

Besok Athala pergi ke Bandung, akan menetap disana hingga kuliah nya kelar.

Anna menatap Cameron kesal.

Cameron sibuk dengan ponsel, padahal Cameron sedang menyuapi Anna di ruang tengah. "Cam!"

Cameron tersentak kaget. Dia mendongak cepat menatap Anna. "Iya? Sori, ini orang kantor ngirim jadwal besok sama liat-liat email kantor,"

Anna mendengus. "Iya udah, sini piring nya. Gue makan sendiri aja," Anna mengambil piring yang berada di atas paha Cameron.

Lelaki itu tampak sibuk kembali. Anna menyuapkan dirinya dengan rasa jengkel. "Awas keselek, makan nya jangan marah-marah," ujar Cameron.

Anna menoleh kesal. "Biarin!"

Cameron pun menoleh, menoyor kepala Anna. "Lo ngomong di saring apa, Na! Kalo mati keselek gimana?"

"Enggak bakalan keselek, kecuali makan biji durian!"

Cameron geleng-geleng kepala tidak percaya. "Dasar gila,"

"Tau ah!"

"Kenapa sih lo?"

"Gak!"

"Yaudah," Cameron menggidik bahu tidak peduli. Anna menatap Cameron kesal. Dia hentakan kakinya. "Cam, gue mau di suapin!"

"Iyaa, entar dulu, lagi sibuk,"

"Yaelah, sibuk mulu."

"Kemarin kan enggak sibuk, fokus ke lo doang,"

"Ya, bagus, dong?"

Cameron menghela nafas. Cameron mengalah, dia menaruh ponsel di meja, mengambil piring yang tadi Anna ambil alih dan menyuapkan sesendok nasi pada Anna. "Nih, aaaaa,"

Anna mengunyah makanan itu dengan kesal. "Udah, jangan marah. Udah gue taruh hape nya,"

"Iya, iya,"

Cameron senyum, dia mengacak rambut Anna gemas. "Udah enakan?"

Anna mengangguk sambil meneguk air  saat makanan di dalam mulutnya sudah ia telan. "Udah nggak meriang?"

Anna menggeleng lagi, ia membuka mulut meminta Cameron kembali menyuapkan dirinya. "Besok gue masuk siang, kuatkan anter Athala ke stasiun?"

Anna mengangguk kali ini. "Iya, kuat kok,"

"Oke,"

Anna mengunyah makanan nya, seketika terlintas pikiran nya tentang keadaan Ivana. Dia melirik ke arah Cameron yang sedang menonton acara TV. Mungkin ini waktu yang tepat bagi Anna untuk bicara pada Cameron, karena kemarin-kemarin dia sangat lemas untuk bicara sedikitpun.

Anna berdeham, meneguk air  lagi dan menatap Cameron saksama. "Cam, mau ngomong,"

"Ngomong aja," Cameron mengarahkan sendok pada Anna, tetapi Anna tolak karena ia akan bicara.

"Bentar, ngomong dulu,"

Cameron mengangguk, menunggu Anna buka suara. "Ini soal Ivana, gapapa, kan?"

Cameron terdiam lama, perasaan Cameron tidak enak sesaat.

"Ya udah, ngomong aja," ujar Cameron mempersilahkan.

Anna menelan ludah susah payah. Perasaan nya agak menciut untuk bercerita, dia takut respons Cameron akan berlebihan dan membuat Anna cemburu akan itu. Tapi setengah dari dirinya, dia tidak boleh egois. Cameron berhak tau, dan Ivana berhak untuk mendapatkan setengah kasih sayang dari Cameron.

Married EnemyWhere stories live. Discover now