Chapter 41

32.4K 1.1K 17
                                    

TEPAT pukul 12.00 pagi Cameron memarkirkan mobil di garasi rumah. Ia turun, mengunci mobil dan memasuki rumah. Setelah ia menutup pintu ia berjalan ke lantai 2, hanya saja ia harus memberhentikan langkah karena mata elangnya tidak sengaja mendapati seseorang tertidur di sofa ruang tengah.

Cameron mendekat, ia melihat Anna yang tidur meringkuk seperti janin. Cameron pastikan Anna menunggunya pulang.

Cameron mendekat lagi agar bisa menggendong Anna, membawa ke kamar. Dengan perlahan Cameron menggendong Anna agar tidak menggangu tidurnya.

Setelah berhasil, Cameron berjalan ke lantai 2, menidurkan Anna ke ranjang kamar. Tidak lupa menyelimuti tubuh Anna dan mencium kening Anna sebelum ia  tertidur.

☄☄☄

Anna mengerjap mata beberapa kali, menatap seluruh ruangan yang berbeda. Ia pastikan Cameron membawanya ke kamar karena dirinya tertidur di lantai bawah. Di sebelah Anna ada Cameron yang masih terlelap. Anna menyinggung senyum, dia mendekatkan tubuh ke Cameron, memeluknya dari samping. "Aku yakin kamu nggak aneh-aneh sama Ivana, benar kan?" Anna menghela.

Dia memutuskan beranjak ke dapur untuk meminum air mineral. Sampai di bawah ia mendapati Athala sedang merapihkan koper bawaan nya. Anna tetap diam berjalan ke dapur untuk minum terlebih dahulu, lalu ia kembali berjalan ke tempat Athala berpijak.

Anna ikut duduk di sebelah Athala, "Tumben udah bangun?"

Athala mendongak memberi cengiran. "Iya, aku belum beresin koper satu ini,"

Tatapan Anna berpindah menatap barang-barang Athala. "Pas kamu ke sini kayaknya enggak ada koper ini?"

"Iya, ini koper dari rumah Mama Alma, isi nya baju sama barangku di kamar rumah Mama Alma,"

"Oh, gitu. Mau Kakak bantu?"

Athala menggeleng. "Nggak usah, ini bentar lagi selesai kok,"

Anna mengangguk. "Bang Cam kemana kemarin?" Tatapan Athala tidak ke arah Anna, dia masih sibuk memasuki barang bawaan nya.

"Dia ke apart Ivana," jawab Anna.

Entah kilat apa yang menyambar Athala. Gadis itu langsung saja mendongak dengan mata lebar dan mulutnya berbetuk O. "APA?"

Anna terkekeh geli. Ekspersi Athala sungguh dramatis sekali, tapi Anna tau mengapa Athala berekspresi seperti itu. "Iya, aku suruh kok. Ivana lagi butuh Cameron, aku nggak mau egois. Ivana masih berhak buat membutuhkan Cameron, kok, dia kan mantan Cameron. Beda lagi kalau bukan siapa-siapa Cameron,"

Athala berdecak, kepalanya geleng-geleng. "Gila, gila, kayaknya Kak Anna adalah istri terbaik sepanjang masa. Kalau ternyata Bang Cam ciuman atau pelukan sama Kak Ivana gimana? Nahlo kan,"

Anna menggidik bahu. "Ya, itu terserah Cameron. Yang penting kan aku kasih izin dan kalau dia bertindak lebih dari izinku, ya, otomatis dia mengurangi rasa kepercayaan aku sama dia, itu kan risiko."

"Good job Kak Anna! Aku salut sama Kakak, aku juga banyak belajar sama tindakan Kakak ke Bang Cam. Semuanya penuh kesabaran dan alasan tiap tindakan. Aku suka cara Kakak!" Athala memeluk Anna erat, membenamkan wajah nya di bahu Anna karena kebetulan posture tubuh Anna dan Athala sama persis. "Kakak itu Kakak idaman banget, dan aku beruntung bisa punya Kakak kayak Kak Anna. I'm so lucky to have you! Aku jadi berat buat ninggalin Kakak, Bang Cam, Mama Alma. Benar-benar kalian kayak keluarga inti aku." Lirihnya.

Married EnemyWhere stories live. Discover now