chapter 57

30.4K 1K 9
                                    

MASIH di bali, masih di Villa yang sama, dan masih tentang Anna dan Cameron. satu hari sudah mereka lewati, sudah banyak hal manis yang mereka lalui kemarin. Hanya langit yang tau, bagaimana berjalannya waktu kebersamaan mereka yang sudah mereka lalui kemarin. Hari ini, akan berbeda. Entah apa yang terjadi hari ini, yang pasti akan menjadi hari yang harus di manfaatkan karena esok mereka harus kembali ke kehidupan nyata.

Cameron menaruh nampan yang berisi makanan makan siang mereka, hari ini Cameron memasak masakan yang ia bisa saja. Anna menatap senang akan tingkah laku Cameron yang semakin menggemaskan untuknya. Cameron duduk lalu tersenyum pada Anna. "Aku enggak yakin, sih, rasanya kayak makanan restoran berbintang. Cuma, penting yang harus kamu tau masakan ini aku buat dari penuh cinta bahan nya," katanya dalam senyum. Anna tertawa akan ucapan Cameron.

Satu suapan berhasil masuk ke dalam mulut Anna, gadis itu tampak berpikir bagaimana rasa dari makanan Cameron. Lelaki di sebelah Anna tentu sangat takut mendapat penilaian buruk dari Anna karena jujur Cameron sudah lama tidak memasak. Lagi pula ia memasak makanan kesukaan nya saat kecil, yaitu Cream Soup buatan Neneknya. Anna tampak masih menimbang rasa makanan buatan Cameron.

"Enakk! Kurang sedikit garam dikit aja, sih, Cam," komentar Anna membenarkan rasa yang menurutnya kurang sedikit racikan dari Cameron.

Lelaki itu tentu senang hanya kurang satu saja penilaian Anna. "Okay, senang dengar kamu suka makanan buatan aku,"

Anna tersenyum, kembali menyuapkan makanan buatan Cameron ke dalam mulutnya. Siang itu mereka habiskan waktu di Villa saja, dan malam nya Cameron memilih untuk ke suatu tempat. "Seandainya aku sultan," ucap Cameron memulai percakapan.

Anna mendongak menatap Cameron yang akan kembali melanjutkan ucapannya. "Kalo sultan, gue bisa nggak kerja. Seharian, gue bisa sama lo kayak gini. Asik kali, ya?"

Anna tertawa kecil, ia menaruh sendok ke piring dan membalas tatapan Cameron. "Jangan tiap hari, yang manis-manis itu bisa diabetes!"

"Ya, gimana, ya. Gue juga manis, makannya gue milih buat kerja aja sibuk di kantor daripada elo kena diabetes karena gue manisin terus, di tambah wajah tampan gue,"

Anna memutar bola mata malas, "Niat gue ngomong gitu, nggak ke unsur itu kali,"

"Aaah, jangan malu gitu,"

Anna mendengus, ia tarik telinga Cameron pelan, "Geeran lo!" teriak Anna mengundang tawa Cameron.

Suasana kembali seperti semula, sibuk akan pemikiran masing-masing. Anna menatap wajah Cameron, sepertinya ini tepat untuk mengucapkan hal yang ia tahan lama untuk di bicarakan. Waktu selalu tidak tepat, tapi kalau seperti ini terus tidak akan di bahas. Gadis itu berdeham kecil, melirik Cameron. "Cam?"

Lelaki itu diam tidak menyahut, kedua alisnya hanya terangkat menatap Anna. "Aku pikir-pikir, kalau sampai beberapa minggu ke depan belum ada tanda-tanda aku mau ke dokter," ujar Anna sangat berhati-hati.

Cameron merasa suasana mulai serius, ia membasahkan bibir nya menatap Anna seksama, "Tanda gimana, yang?"

"Hamil,"

Dengusan. Cameron hanya mendengus. "Kamu enggak mikir gimana-gimana, kan, sayang?"

Anna menggidik, dia benar-benar di buat tidak nyaman bila berpikir tentang hal ini. Jujur, Anna hanya takut ia tidak bisa memberikan keturunan bagi Cameron. Pasti sangat hancur sekali Cameron, dan pasti dirinya tidak akan memaafkan keadaan itu. Anna hanya ingin memastikan mimpi buruk nya hanya sebuah mimpi belaka. "Aku rasa, kita udah harus serius soal ini,"

Cameron terdiam beberapa saat, lalu dia mendekat ke arah Anna. Ia belai kepala Anna, "it's okay, babe. I'm here for you, always."

"Bukan gitu, aku enggak mau kamu ngerasa nyesal sama aku."

Married EnemyWhere stories live. Discover now