Chapter 22

37.6K 1.4K 54
                                    

UDARA sejuk di pagi hari sangat menyapa Anna. Di biarkan nya jendela terbuka dengan angin sejuk khas pagi hari. Hari pertama Cameron masuk kantor, dan Anna akan seperti ini; tiap pagi membuat sarapan untuk Cameron. Itu kah, yang Bunda nya inginkan? Ya, Lovita menginginkan itu.

Anna terdiam beberapa saat, masakan nya sudah siap di santap. Hanya tinggal menunggu Cameron selesai berpakaian.

Anna menyalakan lagu kesukaan nya, sembari menunggu Cameron. Ia memutar lagu berjudul, Paris In The Rain, milik LAUV.

Cause anywhere with you feels right

Tiba-tiba kenangan bersama Cameron melintas di kepala nya. Ketika ia berusaha untuk menutup hati pada Cameron, lelaki itu selalu bersabar untuk meluluhkan Anna.

"Anywhere with you feels like
Paris in the rain
Paris in the rain," Anna menyanyi sesambil tersenyum.

"Anna, makanan udah siap?" Anna sontak mendongak kaget. Ia mematikan lagu itu.

"Iye, udah. Macem babu ya, gue nyiapin makan, minum lo." Cibir Anna.

Cameron duduk dengan baju kemeja dan celana bahan hitam nya. "Namanya juga istri. Lo cerewet amat sih, kayak gitu aja di bilang babu." komentar Cameron.

"Dasi lo kemana?"

"Ada di kantong,"

Cameron menyuapkan dirinya sambil bermain ponsel miliknya. Sementara Anna menatap Cameron diam. Menatap setiap aksi Cameron. Ternyata lelaki itu mempunyai mata teduh. Heran, kenapa ia benci sekali, ya dulu? Harusnya ia sadar, Cameron melakukan itu agar membuat dirinya jatuh cinta. Ternyata, ia menanggapi nya salah. Malah menjadi benci sekali dulu.

Bodoh.

"Nanti gue kayak nya pulang sekitar sore hari. Hari ini mau kemana lo?" Tanya Cameron tanpa menatap Anna.

Anna terdiam lagi. "Gak kemana-mana."

"Bagus deh, bensin gue gak kekuras buat jemput lo," celutuknya bercanda.

Anna memutar bola mata. "Rese lo!"

Cameron menyudahi sarapan nya. Ia meminum minuman yang Anna buatkan. "Takut nih, Na. Belum siap kerja,"

Anna memberi senyum. "Lo siap kok, asal mindset lo enggak begitu. Coba lo arahin pikiran lo, bahwa ini awal yang baru, memulai hal yang baru. Jangan jadikan beban, jadikan aktifitas rutin yang akan lo lakukan demi masa depan lo."

Cameron tersenyum simpul. "Bisa aja lo, dugong, ah! Yaudah gue berangkat, ya,"

"Eh, sebentar!" Anna menahan langkah Cameron.

Lelaki itu pun membalikan tubuh dengan heran. "Ada apa?"

"Sejak kapan seorang Cameron bisa memakai dasi?" Ucapnya dengan tawa.

Cameron menepuk kening nya. "Lupa! Untung lo ingati, kalo enggak bisa mampus di ketawain bawahan gue. Masa depan CEO perusahaan Ayah lo masa gak bisa pakai dasi," ujarnya meremehkan dirinya sendiri.

Anna tertawa hebat. Dari SMA Cameron selalu minta untuk Anna memakaikan dasi nya saat Anna di jadikan babu. Atau bila Anna lagi malas, Cameron meminta pacar-pacar nya untuk memakaikan nya.

Anna pun meraih dasi yang di berikan Cameron. Anna memakaikan nya dengan telaten dan rapih. Anna memberikan sentuhan terakhir nya, lalu ia menatap Cameron. "Udah selesai, ya, kampreto,"

Cameron menyubit hidung Anna lagi dan lagi. Anna meringis, memang benar-benar si Cameron. "Gue jalan, ya, jangan lupa bersihin rumah. Kalo pulang ternyata kotor, gaji lo gue potong 75%."

Married EnemyWhere stories live. Discover now