Chapter 26

36.4K 1.7K 77
                                    

can this chapter get 100 vote with 50 comments for next chapter? :)

✨✨✨

ANNA menatap layar laptop dengan dengan senyum sumringah nya. Betapa bahagia nya dia melihat kedua orang tua yang jauh dari Indonesia sekarang. Bila dulu Anna bisa berlindung di pelukan Lovita, sekarang ia hanya memendam diri. Sungguh rindu merasakan pelukan sang ibunda nya.

Anna mengerucutkan bibir.

"Anna sehat kan? Bunda kangen deh sama Anna. Kangen Anna marah-marah,"

Anna makin cemberut. Tadi siang Anna di kabarin Lovita bahwa akan menelpon Anna saat sore hari di Indonesia. Sekarang sudah pukul 20.02 malam, yang berarti sudah 3 jam lebih mereka berceloteh dan saling cerita.

Anna sesekali tertawa bila Lovita bercerita soal Ayah nya yang bila kangen Anna, lelaki paruh baya itu memeluk sweater Anna yang sengaja Angga bawa.

Betapa rindu nya Anna dengan mereka. "Hahah, kok Bunda kangen Anna marah sih?"

"Abis muka kamu lucu, Na"

Anna menyengir. "Terus, gimana baby?" Anna terdiam.

Ia memberi senyum nya. "Anna belum siap? Gak apa, sayang. Abis Bunda di ceritain sama Mama Cam. Katanya kamu sama Cameron lagi mau buat, Bunda sama Ayah sampe loncat-loncat tau,"

Anna terkekeh. "Itu kesalahan paham aja kok."

"Oh ya, Na. Bunda minta maaf soal kuliah kamu dan Cam Bunda cabut gitu aja. Bunda harap kamu tau maksud Bunda lakuin itu."

Anna mengangguk. "Gak papa, Anna ngerti sekarang."

Lovita memberi senyu. Tanpak wanita paruh baya itu menangis. Anna terkejut,pasti ada hal yang Bunda nya tutupi. Ia tau itu.

"Ada apa, Bun?"

Lovita menyerka dengan senyum. "Ayahmu memburuk, sayang. Udah parah sekali  Ayah. Bunda takut Anna. Bunda belum mau melepaskan Ayah kamu," tangis nya pecah.

Anna ikut menangis. Seandainya ia ada di sana, menyemangati Lovita dengan penuh kasih sayang.

"Apa Ayah ada disana, Bunda?"

Lovita mengangguk lemah. "Ayah di rawat, masa penyembuhan."

Anna menutup mulut nya. Sungguh, Anna lemas.

"Anna, sudah dulu. Udah lama kita bicara, Bunda takut pihak rumah sakit ternyata hubungin Bunda. Doa yang banyak ya sayang buat Ayah. Bunda gak bisa apa-apa, semua di tangan Tuhan,"

Anna mengangguk lemah. "Malam sayang. Bunda sayang Anna selalu. Salam buat Cameron dan keluarga Abang, ya."

Lovita melambaikan tangan sebelum menutup vidio call tersebut. Anna menutup laptop, ia menangis hebat. Anna belum siap untuk semuanya yang terjadi di hidup nya. Kenapa serumit ini? Apa salah Anna sampai ia harus di tinggal orang yang ia sayangi.

Anna sedih, Anna butuh pelukan. Anna butuh penyemangat.

"Pakai bahu gue buat nangis sepuas lo."

Anna menoleh cepat. Oh, itu Cameron dengan baju kerja nya. Lelaki itu mendekat, duduk di sebelah Anna dan menarik kepala Anna agar bersandar di bahu gagah nya. "Karena Aldo?"

Anna menggeleng lemah. Ia tak akan seperti ini soal Aldo untuk sekarang. Ia benar-benar sudah melupakan Aldo.

"Siapa? Kenapa?"

Married EnemyWhere stories live. Discover now