Chapter 11

45.7K 1.8K 113
                                    

CAMERON berlari dari luar kelas nya ke arah kantin untuk mengisi perut nya. Perut nya sangat sakit sekali karena belum makan dari pagi, sementara sekarang sudah jam 12.33 siang. Semuanya gara-gara si kampreto Anna, gadis itu malas sekali membuat sarapan. Alasannya takut ketek nya basah, minyak wangi nya jadi bau bawang, baru keramas, dan lain-lain. Sungguh alasan yang sangat konyol bagi Cameron. Cameron memberhentikan langkah nya di salah satu kios yang bernama 'MIE AYAM MAKNYUS'. "Ibu?" Panggil Cameron saat di lihatnya tidak ada yang menjaga kios tersebut.

Muncul lah sosok penjaga itu dari bawah, membuat Cameron sedikit kaget. Jumpscare juga, ya, si Ibu. "Eh, Mas Cameron. Mau pesan kayak biasa ya?" Ujar nya.

Cameron menyengir sambil mengangguk. "Ehe, iya, Bu. Nggak pake ayam nya,"

Cameron tidak suka ayam di Mie Ayam, rasa nya terlalu manis dan membuat nya menjadi eneg. "Iya, oke deh. Minum nya juga kayak biasa?" Tanya Ibu kantin tersebut yang seperti nya hafal sekali pesanan Cameron.

"Yoi, Bu," Sahut Cameron. Setelah membayar, lelaki itu duduk di salah satu meja kosong dekat kios tersebut. Sambil menunggu Cameron memainkan ponsel nya sambil menjawab pesan Ivana.

Pana💞
Yah sayang banget :( aku udah lama nggak liat kamu ngefutsal. Maaf ya, nggak bisa nemenin, soalnya kan sodara aku ada yang sweet seventeen, kalo aku nggak datang nggak enak kan sekali dalam hidup sweet seventeen. Apa lagi dia dekat banget sama aku.

Cam
Ya, gapapa aku ngerti. Yaudah, hati-hati di jalan ya. Salam buat sodara kamu itu, love you.

Tak lama pesanan nya datang beriringan dengan Darrel yang duduk di depan Cameron secara tiba-tiba. "Hoi, nyet. Ikut kan futsal? Ada anak-anak ini," Ujar Darrel sambil mencomot kerupuk pangsit Cameron. Cameron memukul tangan Darrel. "Punya gue, monyet."

Darrel menyengir kuda. "Iya, jadi ikut kan?"
"Iya lah, kan udah lama nggak nemu," sahut Cameron kemudian menyantap makanan nya.

"Oke deh, langsung ya. Bawa motor apa mobil lo?" Tanya Darrel.

"Motor. Barengan aja ntar, lo bawa motor juga kan?"

"Iye, oke dah," Darrel bangkit dari duduk nya. Lalu ia menepuk punggung Cameron usil. "Bye, Cam!"

"HEEEE DASAR MONYET LU YA! LAGI MAKAN GUE!" Teriak Cameron yang sudah berdiri bekacak pinggang menatap Darrel yang sudah mengicir entah kemana. Masih saja Darrel usil bila Cameron makan, kayak nya senang sekali Cameron mati kesedak makanan.

💞

Cameron menenteng tas nya keluar dari area kampus. Di parkiran juga ada Anna yang tengah bicara dengan teman nya entah namanya siapa. "Yaudah, besok gue kirim ke email lo ya. Gue duluan, Arief udah nunggu," Ujar gadis yang berbicara dengan Anna tadi.

Anna mengangguk. "Iya, hati-hati ya!"

Sementara gadis yang di teriaki Anna, melambaikan tangannya. "Na, lo pulang sendiri, ya."

Sontak Anna membalik badan saat mendengar suara berat yang ia hafal. Anna menatap Cameron lekat-lekat. Enak sekali bilang seperti itu. "Maksud lo apaan?! Mau kemana lo?" Tembak Anna begitu saja seperti Ibu tiri.

Cameron menggaruk kepala tak gatal. Ia sangat heran dengan sikap Anna yang tak pernah jinak padanya. Padahal sudah tiga bulan satu atap rumah, mengapa tidak berubah juga sikap nya. Mungkin Anna menganggap dirinya sebagai rival nya, begitupun juga dirinya yang masih menatap Anna cewek tengil nan garang. Tapi entah kenapa dirinya menjadi lebih netral karena satu atap rumah, ia juga sadar mau sampai kapan menatap Anna sebagai rival? Tapi sepertinya berbeda dengan Anna. Gadis itu malah tampak makin ganas terhadap Cameron, bila di liat benih cinta di antara dirinya dan Anna belum tumbuh. Apa harus ada orang yang pertama untuk meluluhkan hati keduanya?

Married EnemyWhere stories live. Discover now